08|Berbolak-baliknya Hati🪐

6.4K 768 40
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Hati dan kehidupan manusia itu akan di susahkan ditempat dimana dia di taruhkan."

Putra Imam Adzani 🪐

Lampu-lampu di setiap sudut ruangannya selalu cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lampu-lampu di setiap sudut ruangannya selalu cerah. Banyak sekali yang berlalu lalang, dengan ekspresi yang berbeda. Entah senyuman untuk menguatkan, tangisan karena tak tahu dengan keadaan, dan ekspresi prustasi setelah berjuang masih tetap tak ada perubahan.

Itulah suasananya. Harapan dan doa selalu menetap di hati, berharap besok bisa pulang, atau bisa sadar apalagi sampai dikatakan sudah sepenuhnya kembali seperti sediakala. Keputusan bisa diambil manusia, tapi takdir dan ketentuan tetaplah milik Allah semata.

Rumah sakit, dimana setiap manusia enggan menginjakan kaki di gedung putih dan mewah itu. Karena tangisan selalu menyertai, serta harapan tinggi yang kadang kala dikecewakan. Itulah pengamatan sosok pemuda yang duduk di kursi tunggu, di luar ruangan inap seseorang..

"Dek," panggil sang kakak yang baru saja membuka pintu ruang inap.

Putra, pemuda itu mendongak. "Iya kak?"

"Sebaiknya kamu pulang dulu, istirahat. Biar kakak yang menjaga Anjani di sini," katanya.

Dia bangkit, berhadapan langsung dengan kakaknya. "Seharusnya kakak yang pulang dulu. Ini sudah hari ke 3 dia di rawat, dan belum sadar juga. Kakak kurang istirahat, jadi lebih baik kakak pulang dan istirahat. Biar Anjani saya yang jaga di sini."

"Kakak hanya takut kejadian 6 bulan lalu terjadi lagi. Kakak tidak ingin kehilangan teman yang bahkan baru kakak dapatkan," ujarnya dengan raut wajah begitu sendu.

Putra memeluk tubuh kakaknya. "Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi. Kejadian itu salah saya juga, saya tidak memperhatikan keadaannya. Saya terlalu sibuk dengan diri saya sendiri, sampai melupakan bahwa dia memiliki musuh dalam tubuhnya."

"Dia yang lebih dekat dengan kamu. Setiap kali kakak menanyakan bagaimana perkembangan masa remaja kamu, dia begitu antusias Dek. Dia begitu menyayangi kamu, dan kakak tahu kamu juga menyayangi dia," jawab Aila membalas pelukan Putra, adiknya.

"Kalau begitu, jangan pernah berniat untuk pergi. Setelah kehilangan dua orang sekaligus, saya hanya memiliki kak Ira dan Ibu."

Dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Aila melepaskan pelukan adiknya. Menatap bagaimana pemuda didepannya ini begitu kehilangan, sama seperti dia.

"Jangan Ira, tapi Fiya. Sekarang kakak adalah dia, meskipun kakak tahu dia jauh lebih baik. Anggap saja Fiya memang masih hidup, sedangkan Ira sudah pergi, ya?" pinta Aila.

"Meskipun saya dan kakak tidak tinggal bersama selama bertahun-tahun, dan saya lebih dekat dengan dia, tapi kamu kakak saya juga. Tidak mungkin saya membanding-bandingkan kalian," jawab Putra.

3 Ranah Cinta | Spin Off ANCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang