15|Cinta Dan Tuhannya🪐

6K 665 328
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Tapi lo gak berhak jatuh cinta sama cewek yang imannya beda sama lo."

Anjani Dewi🪐

Kalau bukan permintaan Papinya, Anjani enggan berada di gedung tinggi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau bukan permintaan Papinya, Anjani enggan berada di gedung tinggi ini. Kantor perusahaan Papinya menjadi tempat yang paling enggan ia untuk kunjungi apalagi harus bekerja di sana.

Tapi, Anjani selalu ingin menjadi anak yang berbakti. Makanya, dengan terpaksa dia harus ikut masuk ke dunia bisnis dan melakukan pekerjaan yang masih terbilang bukan urusannya.

"Anjani, dokumen yang saya berikan sudah selesai?"

Artur, sekertaris Papinya datang dengan wajah lelahnya, sama seperti dia. Akibat kelelahan karena menangani perusahaan yang kini sedang mendapatkan klien besar.

"Udah nih pak, saya sudah kerjakan." Dia memberikan dokumen yang ada di mejanya.

Hari sudah larut, dan hanya tersisa pegawai yang lembur di kantor. Termasuk dia juga pria yang terbilang belum tua ini.

"Sebaiknya kamu pulang sekarang, Anjani. Sudah 3 hari kamu tinggal di kantor, dan mengerjakan banyak dokumen. Saya tidak ingin bertanggungjawab jika kamu jatuh sakit."

Anjani, perempuan itu menyandarkan tubuh di kursi putar miliknya.

"Pak Artur jangan khawatir, saya bisa menjaga diri. Lagian ini masih banyak dokumen yang harus An periksa, gak sempet pulang."

"Lalu apa yang harus saya katakan kepada pak Anas jika kamu jatuh sakit?"

"Saya masih sehat pak, jadi sebaiknya pak Artur tidak udah khawatir berlebihan seperti itu." Anjani kembali menatap layar komputernya. "Saya bisa mengurus diri saya sendiri."

Mendengar itu, Artur menghela nafas dan kembali ke tempat duduknya yang tidak jauh. Kantor yang memiliki ketinggian 30 lantai itu tidak membuat Anjani senang ataupun bersyukur. Dia bahkan sangat pengap berada di ruangan ini selama berhari-hari karena pekerjaan.

Notifikasi pesan yang masuk dari sudut layar komputer membuat Anjani mengalihkan pandangannya. Melihat namanya saja, lengannya dengan cepat bergerak memindahkan kursor dan menekan pesan yang baru saja di terimanya.

Putra Imam Adzani
Ibu menanyakan apa kamu baik-baik saja.
Jadi saya mengirim pesan untuk menanyakan itu.

Rasa lelahnya sedikit berkurang. Bahkan senyuman itu terbit begitu saja di wajahnya.

Anjani Dewi
Gue oke.
Bilang sama Bu Sabrina.

Putra Imam Adzani
Alhamdulillah.

3 Ranah Cinta | Spin Off ANCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang