بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Gue dibiarkan sakit, gue dibiarkan patah dan berdarah, lalu kenapa gue masih di biarkan hidup? Untuk alasan apa lagi gue bertahan?"
Anjani Dewi🪐
Rumah mewah, luas dan begitu indah dikawasan Bandung itu kerap kali menjadi perbincangan warga setempat. Pasalnya, rumah itu begitu mencolok juga penghuninya yang terkenal sebagai seorang pengusaha yang sukses di Bandung.
Kadang, tukang sayur keliling sering kali mangkal di depan rumah itu. Hingga para warga yang datang pun akhirnya ber- ghibah. Apalagi soal anak perempuan tunggal pengusaha itu yang dikenal suka pulang malam dengan pakaian yang tidak senonoh.
Tapi, beberapa Minggu ini mereka melihat perubahan pada gadis yang mereka kenal begitu nakal. Pakaiannya tertutup, sarapannya lebih ramah, pulang ke rumah masih batas wajar, dan motor yang dikenakannya pun tidak menganggu seperti sebelumnya.
"Eh ibu-ibu, beli sayur Bu?" tanya seorang gadis yang menjadi bahan ghibah ibu-ibu pagi itu.
Para ibu-ibu mengangguk. "Muhun Neng (Iya Neng). Neng oge (juga) mau beli sayur?" tanya seorang ibu dengan daster motif batik.
Gadis itu menggeleng. "Sanes atuh Bu (Bukan Bu), saya mah mau joging keliling komplek. Permisi, assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam," jawab para ibu-ibu di sana.
Setelah gadis itu melenggang, barulah mereka kembali bergosip. Sedangkan sang gadis dengan earphone di telinganya, pakaian olahraga yang sedikit longgar, juga hijab pashmina yang terlihat modern tapi masih menutup aurat.
Niatnya hanya ingin keliling komplek, tetapi gadis itu malah joging sampai ke rumah temannya yang ternyata tidak terlalu jauh. Butuh hampir 2 jam untuk sampai, dan 1 jam untuk istirahat.
"Kamu ada-ada aja, jarak dari rumah kamu ke sini hampir 10 km, dan kamu jalan kaki? Memangnya tidak sakit kakinya?" tanya sang teman dengan segelas air di lengannya.
Anjani, gadis itu meraih air di lengan Aila dan meneguknya hingga tandas. "Mau nyoba aja gerak dikit, eh ternyata gue spesialis remaja jompo."
Aila mengerutkan alisnya. "Remaja jompo?"
"Iya. Gue masih remaja tapi udah sakit pinggang, sakit lutut, gerak dikit pegal. Udah ke jompo banget tau, pengennya tuh rebahan terus di kasur."
Aila ikut duduk di lantai teras, dimana Anjani duduk. "Ada-ada saja kamu ini. Ohh iya, bagaimana huruf-huruf hijaiyah sudah hafal?"
Anjani mengangguk. "Udah, tinggal iqro 2 aja. Gue lama bisanya, sibuk belajar sampe belajar ngaji ditunda mulu."
"Gakpapa, kamu mungkin belum bisa mengatur prioritas saja," kata Aila.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Ranah Cinta | Spin Off ANC
Novela JuvenilSpiritual | Romance [BUKAN CERITA POLIGAMI!] Ini tentang mereka yang saling memiliki perasaan. Serta tentang fakta kehidupan yang disembunyikan diam-diam. Anjani, anak tunggal pengusaha terbesar di Bandung yang di tuntut untuk menjadi sempurna. Me...