بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Meskipun dalam waktu yang berbeda, tetapi mereka sama-sama jatuh cinta.
3 Ranah Cinta 🪐
Bandung, 18 September 2019
Jam 3 sore di Bandung terasa panas. Hari ini cuaca Bandung sedang gersang, berdebu dan panas sekali. KBM telah usai, seluruh warga sekolah berhamburan keluar dengan peluh keringat karena gerah juga kepanasan.
Beda halnya dengan siswa lain, para anggota ekskul yang latihan hari itu bubar mencari ruangan kumpulan. Sama halnya dengan siswa baru bernama Putra Imam Adzani, dia melangkah keluar kelas menuju ruang PMR. Bukan keinginannya untuk masuk anggota ekskul, tetapi dia sengaja ditunjuk oleh pembinaannya dengan alasan badannya tegap dan tinggi.
Remaja usia 17 tahun itu jalan menunduk, menghindari matanya menatap begitu banyak siswa perempuan yang baru keluar dari kelasnya masing-masing. Ini adalah kumpulan pertama setelah dia mengiyakan untuk ikut dalam ekskul PMR.
Sesampainya diruang kumpulan, Putra berdiri diambang pintu. Ternyata sudah ada beberapa anggota yang duduk mengobrol didalam. Remaja itu mengetuk pintu dan mengucap salam, hingga seluruh mata tersorot padanya. Tak lama suara jawaban salamnya dibalas, dan sang ketua PMR mempersilahkan dia masuk dan duduk lesehan dimana saja dia nyaman sembari menunggu anggota lain datang.
Bagi seorang introvet berbaur itu sulit, bisa sangat sulit sekali bahkan. Apalagi bagi Putra, dia bukannya tidak ingin berteman dengan siswa dikelasnya ataupun para anggota ekskul ini, tetapi dia tidak tahu cara memulai sebuah obrolan itu seperti apa. Ketakutan terbesarnya adalah dia salah berbicara, ataupun salah mengartikan pembicaraan orang lain. Usianya masih muda, masih anak-anak yang labil dan belum berpikir sedewasa itu. Dibesarkan oleh seorang ibu dan memiliki kakak perempuan yang telah meninggal salah satu adalah alasan Putra tidak terlalu bisa mengekspresikan diri.
Hidup biasa saja, bahkan kadang dia melihat ibunya menangis karena tidak memiliki uang sama sekali untuk mereka makan membuat dirinya terlalu memaksakan diri. Ikut membantu perekonomian dari usia dini, mecari kerja yang bisa dilakukan seusai sekolah supaya tidak meminta uang kepada ibunya. Meskipun kerjanya hanya sebagai tukang bersih-bersih di cafe hingga saat ini, pemuda itu sudah tidak lagi meminta uang saku pada ibunya. Kadang memang sang kakak memberi, tetapi dia lebih memilih memberikan uang itu kepada ibunya.
Mengejar pelajaran, hafalan Al-Qur'an, juga kerja sampingan kadang memang membuat dia sakit kepala bukan main. Semenjak kejadian meninggalnya bunda dan kakak perempuannya, dia didiagnosa insomnia dan kadang membutuhkan obat untuk bisa terlelap. Beberapa tahun lalu, dia bersama kakaknya harus bulak balik psikiater. Meskipun belum sembuh total, Putra mengatakan dia baik-baik saja dan hanya kakaknya yang terus berobat. Karena biaya yang mahal, dan ekonomi yang kurang membuat Putra mengalah, dia yakin bisa sembuh sendiri dengan bantuan doa juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Ranah Cinta | Spin Off ANC
Teen FictionSpiritual | Romance [BUKAN CERITA POLIGAMI!] Ini tentang mereka yang saling memiliki perasaan. Serta tentang fakta kehidupan yang disembunyikan diam-diam. Anjani, anak tunggal pengusaha terbesar di Bandung yang di tuntut untuk menjadi sempurna. Me...