06

192 29 1
                                    

Please support me hehe






Please support me hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Masih di tempat yang sama, hanya saja Hanbin sudah lebih tenang kini, duduk di bawah pohon sambil bersandar Zale sendiri di sampingnya masih sesenggukan, hidungnya memerah sungguh dia sangat menggemaskan

“siapa perempuan itu Zale?” tanya Hanbin

“itu hiks aku Hanbin” jawab Zale

“tidak Zale, kalian berbeda” Hanbin menatap Zale kini

“itu benar! Hiks dia aku tapi bukan aku, aku juga ga tau hiks Hanbin, rasanya seperti dua orang, aku juga bingung siapa aku sebenarnya” nafasnya tersenggal

Hanbin memeluk tubuh Zale, Zale sendiri kaget dengan perlakuan Hanbin, kenapa memeluknya? Tapi Zale menyukai itu

Hanbin sendiri bingung apa yang harus ia lakukan kini, perasaannya tak bisa ia hentikan, semakin hari malah semakin dalam, seharusnya Hanbin membantu Zale untuk kembali ke alamnya, bolehkah Hanbin egois? ia tidak mau Zale pergi dari sisinya

Hanbin menyukai warna ketika Zale berada disisinya, hidup Hanbin yang sebelumnya abu-abu kini berwarna, dengan bantuan Zale, dan Hanbin tidak ingin warna itu hilang, tolong Hanbin

Lalu? Jalan apa yang Hanbin pilih? Haruskan dia menyimpan perasaannya dan tetap mencari tahu apa yang terjadi? Atau haruskah dia egois dan mencoba berpura-pura tidak tahu apa-apa?

Tidak! Yang inginkan Hanbin hanyalah menghilang kini, andai dia bisa

“Zale...... mari berkencan denganku”

Dunia berhenti kata itu juga, kicauan burung pun tak terdengar kini, ombak laut yang tadinya ramai menjadi sepi

Apa yang Hanbin lakukan?

-opsi kedua lebih baik- batin Hanbin

“Hanbin? Apa yang kamu katakan” akhirnya Zale mampu membuka mulutnya

“kau tak menyukaiku?” tanya Hanbin

“a-aku menyukaimu, tapi Hanbin..... Kita berbeda, kita tak sama” ucap Zale

“tak apa Zale, mari jalani bersama” Hanbin menatap Zale dalam

Bagai dedaunan yang jatuh pada laut, kesana kemari mengikuti arus, tak ada niatan melawan, hanya memilih untuk tetap pergi meski tak tahu kemana air akan membawanya

Zale mengangguk

Keduanya saling menatap, lalu saling tersenyum kini, saling menautkan tangan percaya

Hanbin semakin yakin, pilihannya tidak salah, hatinya berbunga-bunga, jantungnya berdetak tak karuan

Ucapkan saja bahwa Hanbin gila, ia akan menerimanya, andai Yujin tahu mungkin ia akan memanggilnya bodoh

Hari ini, resmi keduanya berpacaran, tidak melakukan hal aneh-aneh hanya saja lebih lembut satu sama lain, di perjalanan pulang Zale menganggap satu tangan Hanbin dengan kedua tangannya, pasangan sederhana yang sangat romantis adalah title yang sangat pas jika keduanya sama

. . .

“Dari mana saja Sung Hanbin?”

Mautnya datang, benar seharusnya Hanbin jangan terlalu bahagia tadi

Hanbin mengirimkan sinyal pada Zale untuk pergi ke kamarnya, Zale tidak bisa melakukan apa-apa ia hanya pergi begitu saja ke kamar Hanbin, mencoba tetap menjaga privasi pacarnya itu, bisa saja Zale berprilaku seakan tidak ada disana, tapi Hanbin tidak bisa, dia akan selalu mengawasi Zale

“Saya baru saja membeli peralatan sekolah ayah, maafkan saya jika pulang terlambat” bohongnya

“Jangan berbohong! Ayah melihat mobilmu terparkir di pantai sana”

Ayah Hanbin yang tadinya duduk di sofa membelakangi Hanbin, kini berdiri, jangan lupakan kayu tipis panjang sekitar 40cm di tangannya itu

“Saya hanya menemui teman saya sebentar ayah, saya tidak melakukan hal-hal lain” ucap Hanbin tertunduk

“Semakin berani dirimu! Buka bajumu sekarang” ayah Hanbin mendekat, tanpa membantah Hanbin hanya bisa pasrah, mulai membuka kemeja coklatnya itu, menyisakan celana panjang nya, ia berlutut, ini bukan yang pertama kali bagi Hanbin

“Sudah mulai bermain-main hah? /ctak/ anak tidak tahu malu /ctak/ sudah di beri fasilitas semewah ini malah tidak tahu terimakasih /ctak, ctak/ dirimu itu anak orang terkemuka Hanbin /Ctak/ kamu harus menjadi anak ayah yang sempurna /ctak/ bagaimana tanggapan orang hah? Jika anak sekolah Sung Eunhyuk bermain-main di luaran sana? Tidak menjadi panutan /ctak/ Ayah perduli sama kamu Hanbin! Ayah mau kamu disiplin /ctak/” berhenti, sepertinya sudah cukup

“niat ayah pulang kerumah untuk melihat bagaimana perkembangan anak Ayah, tapi apa yang ayah lihat? Ayah kecewa sama kamu Hanbin” lanjut ayah Hanbin

“maafkan saya ayah” rintih Hanbin, rasa panas dan perih menjalar di tubuhnya, ini adalah pukulan terkuat yang pernah Hanbin rasakan selama ini

“dari pada permintaan maaf, ayah lebih suka dirimu tidak melakukan hal-hal aneh sehingga tidak perlu meminta maaf! Camkan itu Hanbin! Sekarang ke kamar jangan ambil istirahat selama 30 jam!” tegasnya

Hanbin hanya menunduk, terakhir kali ia tidak diperbolehkan mengambil Istirahat selama 20 jam, itu saja Hanbin mau pingsan rasanya, rasa kantuk dan lapar menguasainya namun ia hanya bisa mengurung diri dan mengerjakan tugas-tugas itu selama masa kerjanya habis

“Hanbin” Zale memanggilnya kala kakinya baru melangkah masuk kamar, melihat Zale Hanbin tersenyum, matanya sedikit menyipit, rasanya beban di punggungnya tadi langsung menghilang begitu saja ketika melihat Zale

Hanya satu harapan Hanbin kini, jangan biarkan Zalenya pergi, sekeras apapun dunia ini padanya Hanbin tak peduli, yang dia butuhkan hanyalah Zale nya ada disisinya

Akankah tuhan akan berbaik kepadanya? Tidak kah tuhan cukup membuatnya tersiksa?


TBC




See you.

Letak Sraddha || Binhao E.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang