07

175 32 2
                                    

Please support me hehe


Seharusnya Hanbin menghabiskan waktunya bersama Zale dengan bahagia tadi, mereka pergi ke museum pameran seni tak jauh dari sekolahnya, sayangnya di sana mereka malah bertemu dengan pasangan Jeongmat, ck dengan melihat Jeonghyeon saja Hanbin sudah...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya Hanbin menghabiskan waktunya bersama Zale dengan bahagia tadi, mereka pergi ke museum pameran seni tak jauh dari sekolahnya, sayangnya di sana mereka malah bertemu dengan pasangan Jeongmat, ck dengan melihat Jeonghyeon saja Hanbin sudah mau misuh-misuh, bukan apa-apa hanya saja tatapan Jeonghyeon itu sangat membuatnya tidak nyaman

Pemikiran yang berbeda dengan Zale, karena ia malah ingin mengikuti kedua pasangan itu, dari pada suasana hatinya semakin memburuk Hanbin berakhir mengajak Zale untuk pulang saja

Hanbin menghentikan mobilnya di depan gerbang rumahnya, melihat dua orang yang sedang berkejar-kejaran di depan sana, yang dikejar masih terus berlari dengan muka mengesalkannya, sedangkan yang mengejar berlari dengan satu sandal karena satunya sedang ia angkat sambil berlari, mencoba melempar satu sandal itu pada sosok yang di kejar, kalian bisa membayangkannya kan?

“Hanbin!” bukan, bukan Hanbin kita yang di panggil namun Hanbin kita yang memanggil Hanbin yang lain

Benar, sosok yang sedang mengejar dengan satu sandal itu adalah park Hanbin yang sudah beberapa hari ini menghilang

Park Hanbin menoleh, baru sadar jika disana ada Hanbin, sontak ia berlari ke arah Hanbin dan memeluk sahabat dari oroknya itu

“Kangen ga? Kangen ga? Hehehe” Phanbin menyengir, berakhir rambutnya di usak oleh Hanbin

“bang Hanbin marahin bang Phanbin dong” yang di kejar tadi mendekat, mengadu pada Hanbin

“ga kaget, dari dulu perasaan ga pernah berhenti berantem, kali ini masalah apa lagi?” tanya Hanbin, sangat terlihat dewasa bukan? Benar itulah Hanbin yang sempurna

“Gyuvin tuh mentang-mentang punya pacar masa ngatain aku ga laku” Phanbin mengadu pada Hanbin, Gyuvin anak yang di kejar tadi menjulurkan lidah pada Phanbin tak berhenti mengejek karena Phanbin belum pernah berpacaran sama sekali

“Hanbin?” itu Zale yang memanggil Hanbin, merasa cukup menonton pertunjukan tadi dari dalam mobil akhirnya Zale memberanikan diri untuk keluar

Hanbin menoleh pada Zale yang ada di sampingnya namun suara seseorang mampu membuatnya menoleh lagi

“hei bodoh kau benar-benar berpacaran dengan nya?” dia berjalan dari belakang Phanbin dan Gyuvin yang berada di depannya

“Yujin?” panggil Hanbin

“loh anak SMP” ini Zale yang berucap, membuat Yujin memutar bola matanya malas

“ngapain disini?” tanya Hanbin lagi

“bodoh, aku pacar dia” jawab Yujin, tunggu.........

Tidak mungkin Phanbin, Gyuvin?

“kok kesini sih padahal aku bilang tunggu aja biar aku yang jemput” ucap Gyuvin mengusap pipi Yujin lembut

Semua tercengang selain dua oknum itu

Bagaimana bisa? Pikir Hanbin, Gyuvin yang selalu menjadi buronan anak komplek sini karena jahil berpacaran dengan Yujin yang tak pernah berhenti membodohkan orang

“kamu lama” jawab Yujin pada Gyuvin, singkat namun semburat merah pada pipi Yujin tidak bisa berbohong

“tapi bentar, pacar? Hanbin! Kamu punya pacar?” Phanbin menghentikan sesi geli pada pasangan Gyujin itu

Hanbin tak menjawab pertanyaan Phanbin, hanya saling bertukar pandang dengan Yujin

Zale sendiri di samping Hanbin berharap Hanbin mengenalkan dirinya pada Phanbin, alangkah bangganya dia

“kenapa ga bilang aku hah? Ohh gitu cukup tahu, tapi siapa-siapa? Spill dong ih”

“iya ada, kapan-kapan aja yah aku kenalin” Hanbin bingung dan tak pernah membayangkan bagaimana jika sahabatnya itu tahu dia berpacaran dengan sosok dunia lain

“ih gitu, Yujin aja tahu masa aku nggak di kasih tahu -_-, tapi gapapa aku tunggu kamu mau cerita oke” Hanbin bernafas lega, syukurlah Phanbin tidak meminta penjelasan lebih lanjut, bisa mati kutu Hanbin

-hahaha Zale sadar dong, apa sih yang kamu harapkan- Batin Zale dalam diamnya, Zale cukup senang bisa bersama Hanbin, seharusnya Zale tidak berharap lebih

Meskipun Phanbin sudah kembali Hanbin tak pernah sekalipun menghiraukan Zale, ia tetap perhatian pada pacar kecil nya itu, menghabiskan banyak waktu bersama

Hubungan mereka juga semakin dekat, sudah seperti suami istri bahkan, ketika Hanbin kehilangan sesuatu ia tinggal bertanya pada Hanbin, karena Zale tahu semua tentang Hanbin, sudah hampir 5 bulan mereka menghabiskan waktu bersama, selayaknya satu jiwa mereka saling memahami

Tentang Mimpi Hanbin masih berlanjut, beberapa potongan puzzle sudah Hanbin temukan sayangnya ia masih belum bisa merangkainya, lebih tepatnya Hanbin tidak mau, ia tidak mau Zale nya pergi

Tapi, bohong jika Hanbin tak memikirkannya, gadis itu bernama Zhang Haneul itu yang Hanbin tau, namanya seperti nama gadis Korea pada umumnya namun marganya tidak, justru seperti marga dari china, dia selalu menangis sambil memeluk foto seorang laki-laki sayangnya Hanbin tidak bisa melihat siapa di foto itu, gadis itu memiliki kakak laki-laki tapi laki-laki itu cantik, bukan zale hanya saja sangat mirip dengan Zale

Zale duduk di pangkuan Hanbin yang sedang melamun begitu saja

“kamu melamun lagi” kesal Zale

Entah kenapa pacarnya ini suka sekali melamun
Hanbin terkekeh, dan memeluk pinggang kekasihnya itu, mengeratkan pada badannya

“maafkan aku sayang, apa yang kau inginkan heum?” Hanbin mengusakkan hidungnya pada hidung Zale, Zale sendiri terkekeh geli

“pakai jepitan yang kita beli kemaren”  memang kemaren mereka sempat membeli jepitan berbagai emoji chat, Zale yang meminta, mana bisa Hanbin menolak membelikan

“kamu aja gih yang pake” suruh Hanbin, hanya alibi karena Hanbin benar-benar tidak mau memakai jepitan kekanakan itu

“aku sudah mencobanya, tapi tidak bisa Hanbin, tenagaku melemah hehe” ucap Zale sambil tersenyum, namun tidak dengan Hanbin, ia makin menatap Zale dengan tatapan khawatir
Namun benar badan Zale tidak seperti awal kali bertemu dengan Hanbin

Hanbin menatap Zale lekat, air matanya berburu, mencoba tetap memikirkan hal yang positif, ia tidak mau ketakutannya terjadi, sungguh memikirkannya saja Hanbin tidak mau

“Hanbin? Kenapa menangis?” air mata Hanbin bahkan belum keluar tadi Zale sudah menyadarinya bahwa kekasihnya ini sedang terpuruk, tanpa berkata apapun Zale memeluk kepala Hanbin

Seharusnya Hanbin kuat untuk menahan tangis nya tapi tidak ketika kepalanya menempel pada dada Zale, Hanbin memeluk tubuh yang ada di pangkuannya erat, air matanya tumpah begitu saja

Zale tak tahu harus melakukan apa, ia hanya mengusap punggung dan belakang kepala Hanbin, Zale tidak faham dengan apa yang terjadi, tapi hatinya ikut sakit melihat Hanbin menangis


TBC


















Letak Sraddha || Binhao E.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang