Bagian 4

217 48 11
                                    

Seokjin berjalan mengikuti Dita dan Haowen. Entah Bagaimana melihat keduanya berjalan bersama terlihat seperti pasangan ibu Dan anak. Bahkan saat keduanya diam, mereka sangat mirip.

Dita berdiri di dekat pintu mobil menunggu kedatangan Seokjin yang ternyata masih berada jauh di belakang. Tidak hanya lambat pria itu juga melamun sepanjang jalan. "Apa yang kau pikirkan?"

Tersentak dari lamunan, Seokjin merasa malu, ketahuan melamun oleh Dita dan buru-buru pergi ke arah mereka. "Maafkan aku.... Ayo kita berangkat." katanya melewati Dita membukakan pintu untuknya.

Haowen duduk di kursi penumpang belakang, sedangkan Dita dan Seokjin berada di sisi depan. Sesekali Dita akan mengintip dari kaca spion, melihat apa yang sedang dilakukan bocah kecil itu.

Anak yang sangat patuh. Dia hanya akan duduk melihat pemandangan di luar jendela. Bagaimana pria tampan ini bisa disamakan dengan monster, huh?! Lihatlah betapa manisnya dia. Sangat patuh, tidak seperti kebanyakan anak yang selalu merengek dan menuntut.

"Haowen, Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya Seokjin berusaha mencairkan suasana yang kaku.

Mereka menunggu beberapa waktu tetapi anak di belakang tidak juga memberinya tanggapan.

Ada perasaan putus asa di wajah Seokjin. Dia ingin memperkenalkan putranya pada Dita dan berharap bahwa Haowen akan memberinya kesan yang baik. Tetapi kepribadian anak itu terlalu kuat, tidak mudah untuk dipengaruhi. Di dalam hati terdalam, Seokjin terus berdoa agar Dita tidak memiliki kesan buruk tentang anak itu atau setidaknya Dita akan mengabaikan fakta bahwa putranya sedikit istimewa.

"Xiao Kim, aku melihatmu melakukan hal yang keren hari ini. Anak nakal seperti dia, memang pantas mendapatkan pukulan. Monster?! Siapa yang lebih terlihat seperti monster? Kim kecil terlihat manis dan tampan, sedang kan di sisi lain, mereka terlihat seperti sekawanan beruang. Tidak! Mereka lebih terlihat seperti monster godzilla, apa kau pernah melihatnya?" Dita berbicara dengan alami sembari melihat reaksi Haowen dari kaca mobil. Pria kecil Hao akhirnya bereaksi. Dia melihat dita dari cermin dan menggelengkan kepalanya. "Tidak? Itu kerugian, ayo kita melihat godzilla movie saat libur datang. Bagaimana dengan itu, tampan?" saat menyebut tampan, dita berbalik mengintip Haowen dari balik kursi.

Haowen tersenyum kecil dan mengangguk ribut. "Sudah di putuskan!"

Rahang Seokjin terjatuh. Dita benar-benar memberinya kejutan. Tapi tunggu, kenapa dia mengajari Haowen anaknya cara-cara yang buruk? Kenapa Dita membenarkan kekerasan untuk dilakukan? "Tidak ada kekerasan. Kekerasan adalah sesuatu yang salah."

Dita menatap datar Seokjin. Saat dia mengalihkan pandangan ke pada dita, sudut matanya juga menatap bayi Haowen yang sama menatapnya seperti sedang melakukan protes. Ya tuhan jika Haowen adalah anak yang dipungutnya, mungkin dia akan berpikir dita adalah ibu yang membuang Haowen tetapi faktanya, Haowen adalah anaknya sendiri. Darah dagingnya.

Seokjin menelan ludah nya kasar. Dia merasa sedang di intimidasi oleh kedua orang di hadapan nya.

"Jika aku menghajarmu tanpa alasan itu adalah kesalahan, tetapi Haowen hanya berusaha membela dirinya sendiri, tidak ada yang salah dengan itu." kata Dita kemudian.

"Tetap saja berke..."

"Kim Seokjin, saat ini aku benar-benar ingin menghajarmu."

"Apa?"

"Aku benci dengan pemikiran mu. Apakah harus menunggu putramu dipukuli sampau koma baru kau akan merubah pandanganmu tentang membela diri?"

"Tidak... Tidak... Aku hanya tidak ingi. Dia menjadi kriminal.."

"Kriminal?! Hey! Anakmu hanya memukul seseorang yang berusaha menggertak nya. Jika tidak ingin dipukuli jangan mencoba batas bawah yang telah ditetap Haowen. Penggertak adalah kriminal yang sesungguhnya."

Ya tuhan! Kenapa dia lebih galak dari aku ayahnya? Seokjin mengintip Haowen dari kaca, dia melihat pria kecil itu melipat tangannya di dada yang membusung seolah berkata. Ya! Dengarkan itu. Aku melakukan kebajikan. Tidak ada yang salah dengan memukul beberapa orang. Seokjin terperangah. Ini adalah kali pertama dia melihat putranya lebih hidup dan angkuh. "Kau sependapat dengan ibumu, eoh?"

Mendengar pertanyaan ayahnya, Haowen buru-buru menganggukkan kepala dengan antusias. Sedangkan Dita yang mendengar Bagaimana Seokjin menyebutnya sebagai ibu Haowen terasa asing. Bukan hal buruk tetapi hatinya seolah disiran dengan kehangatan yang nyaman. Ibu? Dia tidak lagi bisa menjadi ibu untuk kapan pun. Jadi mendengar bahwa dia secara tiba-tiba menjadi ibu rasanya sangat aneh, sangat luar biasa saat di dengar.

"Ya kalian menang, apakah kalian puas dengan itu?" gerutu Seokjin sambil tersenyum. Dia menggerutu diluar tetapi kenyataanya dia merasa senang di dalam. Putranya untuk pertama kali mau terlibat dalam obrolan. Seolah angin segar baru saja berhembus. Dita cukup menjanjikan sejauh ini. Ayo kita lakukan dengan baik.

Mereka tiba di taman bermain. Seokjin berjalan menggandeng Haowen sedangkan dita disampingnya melihat-lihat. Ini adalah kali pertama baginya untuk pergi ke taman bermain. Sebelumya dia hanya akan belajar dan bekerja dengan giat. Sejak kecil dita lebih di didik layaknya seorang bangsawan. Duduk di atas materi dan bermain alat musik sebagai rutinitas setiap hari.

"Apakah kau pernah pergi ke tempat ini, sebelumnya?" tanya Seokjin penasaran saat melihat mata Dita yang semakin cerah saat menghamburkan Pandangan nya ke sekeliling.

Dita menoleh ke arah Seokjin. "Belum, ini pertama kalinya untukku."

Seokjin tidak tahu Bagaimana harus memberikan reaksinya. "Mustahil. Kau pasti berbohong. Saat berkencan, kekasihmu pasti pernah membawamu ke taman bermain, itulah hukum tidak terucap dalam berkencan."

"Jadi, apakah itu artinya kau juga pergi dengan kencan mu, sebelumnya?" tanya Dita menembak tanpa terduga.

"Agh..." Seokjin ragu-ragu tetapi tidak ada salahnya untuk jujur, toh mereka baru baru mengenal dan pernikahan yang akan dilakukan hanya atas nama. "Ya, pernah, sebelumnya."

Dita memberikan tatapan datar lagi pada Seokjin dan berkata. "Apa kau tidak pernah dengar rumor tentang pewaris Kim Nam Corp?"

"Rumor? Rumor apa?" tanyanya bingung.

Dita menghela nafas panjang sebelum bom dijatuhkan. "Aku seorang lengan potong (gay/lesbi)" kata dita dengan santai sebelum akhirnya pergi mengabaikan Seokjin yang terpaku di tempatnya. Sedangkan Haowen, dia melepaskan gandengan Seokjin dan memilih untuk mengejar Dita.

"Lengan potong? Ku kira aku hanya mendengar rumor tentang wanita tangguh yang tidak tersentuh jadi sebenarnya adalah dia seorang lengan potong? Seorang lesbian? Jadi.... Jadi. ... Ya tuhan! Jangan katakan bahwa dia menikahiku hanya untuk sampul. Ya tuhan!" Seokjin semakin kalut. Apa yang terjadi jika pikirannya benar? Bagaimana jika putranya akan melihat Dita intim dengan seorang wanita? Apa yang akan terjadi?

"Tidak... Tidak... Tidak... Aku akan menjadi suaminya. Tidak perduli apa, suami tetap suami meskipun hanya atas nama. Aku benar-benar harus menyadarkan Dita bahwa pria lebih nikmat dari wanita. Bagaimana dia bisa melakukan itu? Benar! Saat pernikahan terjadi, aku harus memintanya untuk mencoba. Dia harus merasakannya terlebih dahulu sebelum memutuskan mana yang lebih puas, bukan? Ya... Kau pintar Kim Seokjin. Kau harus membawa istrimu ke jalur yang tepat." Seokjin masih terus berdebat dengan dirinya sendiri tanpa tau bahwa dia sudah tertinggal jauh oleh anak juga wanitanya.

pampering my little husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang