bagian 12

193 38 10
                                    

Seperti yang sudah keduanya rencanakan, begitu jam operasional biro dimulai segera Seokjin  dan Dita dengan di temani oleh ayah juga Ibunya, pergi untuk mengurus pernikahan keduanya. Terlihat begitu jelas di wajah bayi Haowen, bahwa dia begitu bahagia.

Setelah begitu lama akhirnya dia akan memiliki ibu, sama seperti teman yang lain. Pria kecil ini tidak hanya tidak bisa duduk, dia juga terus mengintip di celah kursi pengemudi depan.

Hari ini mereka membawa mobil milik keluarga Kim Nam Gill, dan ayah Suho yang mengambil kemudi.

Suho melihat jahil putrinya dari kaca spion. Dia berharap akan menemukan sesuatu yang menarik dari wajah Dita tetapi kekecewaan yang dia dapatkan.

Putrinya begitu tenang seperti petapa budha, memandang keluar jendela mobil tanpa emosi. Bukanlah seharusnya dia gugup sepertiku? Kenapa anak muda di era sekarang tidak menggairahkan sama sekali.

Dia mendengus dan mencolek paha yang terungkap dari gaun yang tersingkap milik istrinya.

Silla terkejut, wajahnya sangat masam dan jengkel. Pria ini benar-benar krisis moral. Ada cucu juga menantu, tetapi otaknya masih bisa memikirkan hal yang cabul. Eoh ayolah, kita sudah tua. Haruskah terlihat begitu intim dimana-mana? Masa kita sudah lewat.

Saat Silla menegur Suho dengan tatapan nya, Suho kembali memberinya isyarat.

Mata itu seolah berkata "Kita pergi untuk mengambil sertifikat pernikahan, tetapi di bagian belakang mobil seperti pergi untuk mengambil sertifikat perceraian. Saling acuh dan acuh."

Silla segera mengintip bagian belakang dari spion mobil. Benar saja, Dita duduk di ujung yang lain, Sedangkan Seokjin berada di ujung yang lainnya juga.

"Sudah sangat lama kita tidak berkendara dengan santai seperti saat ini. Apa kau ingat Suho, dulu kita akan begitu melesat dengan Dita, meletakkan nya dia antara kita berdua dan memeluknya. Mendengarkan nya bercerita sepanjang jalan."

"Ya, aku masih mengingat nya. Memang seperti itulah anak-anak, dia akan sangat bahagia berada di antara kedua orang tua mereka. Membicarakan banyak hal, apakah itu ringan, remeh, kita akan mendengarkannya dengan antusias."

Silla mengangguk setuju. Begitu lah mereka dulu merawat Dita. Melimpahinya dengan banyak kasih sayang juga perhatian yang berlebihan. "Ya! Saat dia kembali dari sekolah, di dalam mobil, kita akan bertanya padanya, Bagaimana harimu  di sekolah? Apakah semua bisa di kendalikan? Apakah ada seseorang yang menggertak mu di sekolah? Kita selalu melakukannya."

Suho kembali ke masa itu, di masa yang sangat menyenangkan. Bukan berarti masa saat ini buruk, tidak! Di saat itu, kami baru memiliki Dita, dia adalah biji mata kami yang berharga. Sesuatu yang baru. Dita di masa itu begitu tergantung pada kedua orang tuanya dan ciuman selalu menjadi sesuatu yang normal, tetapi begitu bayi mereka tumbuh ke masa yang panas, mereka mulai kehilangan momentum manisnya. Dita tidak pernah Membiarkan kedua orang tuanya untuk mencium nya, terlebih di tempat umum.

"Masa di usia anak masih kecil adalah sesuatu yang harus di hargai dan tidak untuk di lewatkan. Lihatlah Dita kita saat menjadi remaja, aku tidak ingat pernah mencium nya lagi sampai hari ini." hela nafasnya panjang. "Saat dia tumbuh bahkan dia tidak lagi bercerita dengan kita. Apa yang telah dia alami, dan kencan! Sekarang putriku akan menikah, dia akan menjadi wanita dari pria lain. Rasanya ini sangat berat."

Tanpa di sadari, Suho sudah meneteskan air mata. "Dulu aku selalu menggendong nya. Dulu dia akan berkata " aku ingin menikahi ayah," dengan suara susunya tapi sekarang...... "

Dita memutar matanya. "Ayah, hentikan. Bahkan jika aku menikah, aku tetap putrimu. Aku akan pergi menjenguk Kalian dari waktu ke waktu. "

Suho mengusap air matanya, lagi.

pampering my little husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang