"Haowen, apa yang kau inginkan... Coba lihatlah dan katakan padaku." seru Dita menunjuk ke arah kios-kios pernak-pernik.
Haowen melihat kemana Dita menunjuk dan kerutan terbentuk di sekitar dahinya.
Dita menangkap tampilan itu dan dia mengerti bahwa pria kecil ini tidak suka dengan benda-benda yang imut seperti topi kelinci atau topeng.
"Pilihlah apapun, aku akan membelikannya untukmu."
Pria kecil meraih telapak tangan dita dan membawanya berlari ke salah satu kedai. Itu adalah kedai burger milik seorang pria tua. Haowen membawanya kesana dan menunjuk salah satu menu yang menurut dita sangat biasa. Dengan ragu-ragu dita bertanya. "Kau menginginkan burger?"
Haowen menganggukkan kepalanya satu kali dengan mantap. "Ini junk food, tidak baik untuk kesehatanmu."
Mendengar penuturan Dita seketika kepala kecil Hao tertunduk dengan lesu. Hati dita merasa sakit melihat penampilan menyedihkan itu, dengan enggan diapun mulai berkompromi. Dita mengambil postur berlutut, menyetarakan posisi dengan pria kecil miliknya. "Oke kita akan membeli yang satu ini dengan porsi kecil dan hanya satu kali. Tidak ada lain kali, jika Xiao Hao ingin memakan junk food, kau hanya bisa memilikinya satu kali dalam dua bulan, berjanji?" dita menyodorkan jari kelingking di hadapan Haowen.
Perlahan mata kecil Hao menjadi lebih cerah, senyum yang layu kembali mekar di wajahnya. Dia tersenyum alami sambil menganggukkan kepalanya.
Lonceng kedai berbunyi, Seokjin muncul di ambang pintu. Dia siap membuka mulutnya untuk menegur dita dan Haowen, tetapi sebelum satu suara meluncur, kata-kata tertelan oleh peringatan "Tutup mulutmu!" dari Dita.
Rahang Seokjin terjatuh, dia menemukan putranya sedang berjalan mengekori Dita dengan mimik muka yang mengejeknya. Wah pria kecil ini telah menumbuhkan banyak nyali. Dia bahkan tidak segan menggerakkan sudut bibirnya untuk mencela ku karena ibu berada di pihaknya? Seokjin seakan ingin memuntahkan tiga liter darah. Bertahun-tahun hidup bergumul tidak sekuat pertemuan satu jam mereka? Tuhan rasanya aku ingin menangis berguling di lantai. Ini penghianatan secara terang-terangan. Dia menikung tempatku tepat dibawah hidung.
Dia kemudian bergabung dengan Dita dan Haowen dengan enggan. Wajahnya menampilkan keluhan yang terlalu banyak. Kerutan dan kerutan tertumpuk di dahi dan beberapa kali bunyi ck! Ck! Ck! Mengganggu pasangan ibu anak di masa depan. "Kim Seokjin, berhenti melakukan itu!"
Dengusan lolos, Seokjin membuang muka dari Dita.
Dia kira Dita akan berusaha membujuknya ternyata Wanita ini bahkan tidak perduli sama sekali dan memilih untuk menikmati burger dengan gigitan besar.
"Makanan ini tidak sehat untuk pencernaan."
"Ini tidak seperti kami memakan sepuluh porsi dalam satu kali telan."
"Tetapi junk food tidak sehat."
Dita menyerahkan satu porsi burger dengan selimut (kertas kemasan) ke tangan Seokjin. "Bawa burger mu ke rumah sakit, minta dokter memeriksanya dan meresepkan obat, saat burger mu sudah sehat kau bisa memakannya."
Seokjin membeku untuk sesaat dia melihat burger di tangannya dan berpikir dengan keras. "Kau... Kau pikir ini lucu? Aku serius."
"Apakah wajahku terlihat sedang bercanda? Orang tidak sehat pergi ke dokter, kau bisa mencobanya. Buat junk food mu sehat."
Perdebatan Dita dan Seokjin terhenti saat kikikan kecil terdengar dari sudut yang hening atau sebut saja itu adalah Haowen. Dia terkikik geli mendengar Dita menggoda Seokjin dan memperlakukan ayahnya seperti pria bodoh.
"Yak! Kau menertawakan ayahmu?"
Dita juga tertawa melihat wajah Seokjin menghitam seperti pantat panci karena jengkel.
Semakin Seokjin marah, tawa Haowen semakin keras dan melihat tawa itu seketika hidung Seokjin masam. Dari sekian tahun ini adalah kali pertama dia melihat putranya tertawa begitu riang layaknya anak-anak seusianya. Seokjin ingin menangis tetapi dia khawatir jika tangisnya akan mengganggu momen ini dan senyum Haowen tidak akan pernah terlihat lagi.
Dita memperhatikan mata Seokjin yang berkaca-kaca. Pria ini terlalu lembut bahkan untuk senyum kecil ini dia akan menangis haru?
Dita beralih memandang Haowen dan berkata. "Agh Hao-hao sangat tampan saat tertawa. Aku sangat diberkati dengan melihat senyum terindah seperti ini." Dita mencubit gemas pipi gembil Haowen.
Haowen memandang dita dan ya, senyum yang membawa bulan sabit di mata, muncul. Dita tertawa terbahak-bahak melihat mata sipit Haowen benar-benar tertutup karena tersenyum.
"Mommy cantik."
Senyum dita membeku, tubuh Seokjin membatu. Pandangan keduanya hanya tertuju pada Haowen. "Hao.. Haowen kau berbicara?" tanya Seokjin bersemangat. Dia meraih telapak tangan kecil Haowen. Memintanya untuk berbicara lagi, tetapi pria kecil itu hanya menatapnya. Seokjin patah hati dan berusaha menghibur dirinya sendiri.
"Haowen, inj sangat buruk. Bagaimana kau bisa mengabaikan ayahmu? Bagaimana jika ayahmu membenciku dan tidak menikahiku karena cemburu padaku yang sudah kau ajak berbicara, eoh? Bukankah aku tidak akan bisa menjadi mama mu?"
Memahami perlahan setiap kata-kata dari Dita, seketika bibir kecil Haowen bergetar tidak terkendali. Dia mulai panik. "Daddy yang terbaik."
KAMU SEDANG MEMBACA
pampering my little husband
FanfictionDita dipaksa untuk menikahi seorang pria dengan satu anak. Karena dia menjadi pewaris tunggal tanpa keturunan, dita merawat putra Seokjin untuk menjadi pewarisnya. Dita berpikir bahwa hidupnya adalah lelucon, namun setelah menikahi Seokjin, mata dit...