"Ayah, ibu, apa yang terjadi? Bagaimana Haowen bisa bersama kalian?" Tanya dita sedikit terkejut. Dia melihat anak kecil dalam pelukan ayahnya, sedang menatapnya penuh kerinduan.
Silla menceritakan Bagaimana Haowen muncul ke dalam kamarnya saat itu dengan detail. Wajah tertegun dita tidak tertolong. Banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepalnya.
Suho tersenyum lembut, dia menyerahkan Haowen kedalam gendongan Dita. "Dia terus menangis dan memarahi ibumu. Bagaimana dia menegur mu, Sayang?" goda Suho memeluk pundak istrinya.
"Nenek jangan memisahkan ibuku dari ayah." sergah Silla, membuat gerakan mendramatisir. "Eoh ya tuhan, aku bahkan belum mengatakan apapun."
Dita menyadari bahwa kedua orang tuanya sedang monggodanya dan saat ibunya berbicara tentang pernikahannya dengan Seokjin, itu lebih mengejutkan. "Besok pagi saat Seokjin datang, kita bisa pergi ke biro seperti yang sudah kamu sepakati. Ayahmu sudah berbicara dengan paman Yoongi, dia akan mengatur segalanya." Silla melipat lengannya di depan dada, dia menatap bayi Seokjin dengan tatapan yang rumit. Dia ingat kenangan saat pertama menggendong Seokjin kala itu. Rasanya menyakitkan, jika saja dia tidak impulsif, tetapi dia juga sangat mencintai Suho, kekhawatiran-nya lah yang mendorongnya hingga berbuat terlalu jauh.
Suho menyadari perubahan istrinya, dia menyenggol pelan lengan silla, mengingatkannya agar kembali ke akal sehat.
"Ini sudah terlalu larut, bawa Haowen ke kamarmu, dia pasti sangat mengantuk." kata Suho mengingatkannya.
.
.
.
.
.
.
.
"Haowen baik-baik saja, dia akan tidur denganku malam ini.""Maafkan aku karena telah merepotkan mu."
"Tidak apa-apa, Haowen juga akan menjadi putraku."
"Apa?"
"Agh, aku belum memberitahumu. Ibuku mengijinkan pernikahan kita. Saat kamu datang menjemput Haowen besok, paman Min akan mengatur berkas kita di biro." jelas Dita menunggu Haowen menyelesaikan ritual kamar mandi.
Hao-hao keluar dari kamar mandi sambil berjingkat-jingkat bahagia.
"Kamu sudah selesai?" tanya Dita saat melihat bola ketan miliknya berdiri mendongak, menunggu dita memberikan pujian.
Dita tidak mengerti dengan sinar bintang yang muncul di mata putra Seokjin, dia hanya melihat bahwa pria kecil ini tidak bergeming, tersenyum cerah menatapnya. "Ada apa?" tanya Dita bingung.
Bibirnya menggembung. "Aku menyikat gigiku sendiri."
Ya! Aku tahu itu, jadi apa? "He'em.. Itu bagus. Ayo kita pergi ke tempat tidur." Tangan Dita terulur membawa Haowen melintasi ruang kamar.
Pria kecil itu tertunduk dengan lesu, seolah mainannya telah di renggut oleh seseorang dan berjalan dengan enggan.
"Ada apa? Apa kamu tidak bahagia tinggal bersamaku? Haruskah aku memanggil ayahmu?" tanya Dita lagi saat dia menyadari gelagat enggan dari pria kecil itu.
Haowen masih menundukan kepalanya, dia menggelengkan kepala dengan samar. "Aku menggosok gigiku sendiri." cicitnya.
Dita menoleh, memberi perhatian. Dia tahu Haowen sudah menggosok giginya...... Setelah hening beberapa saat Dita akhirnya menyadari apa yang telah dia lewatkan. "Ya, Haowen ku sangat pintar, dia anak yang patut untuk dicintai karena sudah bersikap sangat manis."
Dita menarik Haowen, menggendong dan membawanya ke atas tempat tidur.
Dia memberikan lengannya sebagai bantalan, menekuk sudut, memeluknya dengan pas, seolah lengan itu sudah di takdirkan untuknya. "Sekarang Xiao Hao tidur, oke." kata Dita menepuk lembut pantat montok bayi Seokjin.
.
.
.
.
.
.
.
"Kamu sudah bangun?" Suara bass yang memikat, terdengar dari sisi samping ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
pampering my little husband
FanfictionDita dipaksa untuk menikahi seorang pria dengan satu anak. Karena dia menjadi pewaris tunggal tanpa keturunan, dita merawat putra Seokjin untuk menjadi pewarisnya. Dita berpikir bahwa hidupnya adalah lelucon, namun setelah menikahi Seokjin, mata dit...