Bagian 6

176 41 2
                                    

Berputar beberapa kali, menaiki bermacam wahana hingga waktu berlalu tanpa di sadari. Saat keinginan untuk bermain masih ada, dering ponsel menghentikan langkah Dita. Pada layar tertera nama "kepala negara" dia menggeser layar dan menerima panggilan tersebut.

"Ya ayah..."

"Kembalilah lebih awal, kondisi ibumu tidak terlalu bagus."

"Apa yang terjadi? Bukankah ibu baik-baik saja, Selama ini?"

"Masih hal yang sama. Dia melakukan mogok makan. Bahkan bertengkar dengan kakek mu. Cepat kembali, bujuk lah ibumu."

Setelah panggilan terpurus, Dita berhenti untuk berpikir sejenak.

"Ada apa?" tanya Seokjin saat melihat perubahan sikap Dita.

Dita menatap Seokjin dan Haowen secara bergantian, dia memaksakan untuk tersenyum kepada keduanya. "Tidak apa-apa, tapi aku harus kembali sekarang. Ibuku sedang tidak enak badan...."

"Kalau begitu ayo kita kembali, aku akan mengantarmu."

Dita sedikit ragu-ragu. Jika Seokjin datang, Bagaimana reaksi ibunya? Faktanya, kondisi ibunya seperti ini tidak lain adalah bentuk protes dari rencana pernikahannya dengan Seokjin. Jika dia membawa keduanya, bukankan situasi semakin buruk? Tetapi tidak baik juga untuk membiarkannya berlarut-larut. Minimal ibunya harus mengenal Seokjin dan Haowen agar dia bisa merasa sedikit tenang. Seokjin bukan pria yang buruk dan Haowen sangat manis.

Setelah memikirkan ya beberapa saat, Dita menganggukkan kepalanya menyetujui. "Tinggal ah sebentar untuk menyapa ayah , ibu juga kakek." gumam Dita lirih. 

"En! Kami akan tinggal sebentar. Haruskah aku membawa beberapa hadiah?"

"Tidak diperlukan. Jangan repot-repot, kau datang dengan niatan tulus sudah cukup untuk orang tuaku apalagi kita akan menikah besok."

Agh?! Ya tuhan dia benar. Besok mereka akan mendaftarkan pernikahan ke biro. "Dita, tapi aku tidak memiliki mahar yang begitu mewah untukmu..."

"Lupakan tentang mahar. Kita bisa mengadakan pesta saat kau sudah memiliki cukup uang."

"Kenapa?"

"Jika aku mengambil semua tagihan, aku yakin kau tidak akan senang dan merasa diremehkan atau yang lebih parah, harga dirimu pasti terluka. Tidak maslaah jika tidak ada pesta, yang terpenting adalah terdaftar di biro dan di akui.

Seokjin menatapnya dengan pikiran yang rumit. " Dita. " panggil Seokjin tanpa sadar.

"Hum?" Dita memperhatikan pria yang sedang memegang kemudi, bertanya-tanya.

"Gadis seperti apa dirimu sebenarnya?"

"Kenapa? Apakah ada yang salah?" semakin Seokjin berbicara semakin dia kebingungan. Apa yang salah? Apakah kata-kata tidak pantas. Mungkinkah dia menyinggung batas bawah Seokjin?


Seokjin tersenyum sekilas, dia berkata saat kembali pada jalanan. "Kesan pertama yang aku miliki tentangmu adalah Wanita karir yang angkuh dan berwatak keras. Aku tidak berpikir bahwa kau akan memikirkan perasaan dan posisi orang lain."

Seperti tersiarkan satu baskom air dingin di kepalanya. Ya sejak kapan dia menjadi lunak? Dimana benteng yang selama ini sudah dia kembangkan? Bukankah sudah disepakati bahwa mereka akan hidup seperti awal, hanya pernikahan di atas nama?

Dita mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Dia masih merasa tidak nyaman. Dia merasa telah berubah.

"Apakah aku menyinggung mu?" tanya Seokjin lagi.

Dita mengabaikan Seokjin, dia memilih untuk memejamkan matanya sejenak.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Dita! Kita sudah sampai." lirih Seokjin mengguncang bahunya.

pampering my little husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang