Part 11

17.4K 888 29
                                    

Happy Reading!!

Ronald dan Salmiera reflek saling melihat satu sama lain setelah Kak Fira mengatakan itu. Kalimat yang terlontar menyentil hati mereka.

"Jika administrasi sudah diurus, mungkin sebentar lagi Salmiera akan dipindahkan ke ruangannya." Untuk menghilangkan perasaan canggung tadi Ronald membuka suara, Salmiera masih menatapnya.

"Oh iya Dok, terima kasih," ucap Kak Fira ramah.

"Kalau begitu saya permisi duluan, oh iya Salmiera, nanti saya beritahu ke Dokter Shafiyyah kalau kamu opname di sini, beliau saat ini sedang operasi, mungkin sebentar lagi selesai," ucap Ronald dan Salmiera hanya mengangguk.

Kak Fira yang melihat itu mengerutkan dahi, "Dokter kenal sama Salmiera?" Tanya Kak Fira seperti meminta tuntutan jawaban kepada mereka berdua.

"Siapa yang tidak mengenal Salmiera? Juara 1 ajang pencarian bakat bergengsi yang ada di tanah air," ucap Ronald sedikit tengil yang membuat Kak Fira menepuk dahinya.

"Maksud saya saling mengenal." Revisi Kak Fira.

Ronald hanya mengangguk, "Saya calon suami kembaran Salmiera." Dengan senyum yang artinya sangat dalam, Salmiera bisa melihat bahwa senyum Ronald berbeda, seperti ada rasa sakit yang menyentil hatinya.

Kak Fira melebarkan matanya, kaget ternyata Dokter yang menangani Salmiera sekarang adalah calon suami kembarannya.

"Astaga jadi Dokter ini calon suaminya Salhiera ya, sama-sama Dokter ya, cocok sih serasi." ucapan Kak Fira membuat Ronald menyelam ke pikirannya, andai manajer Salmiera tahu bahwa pernikahannya dengan Salhiera berada di ujung tombak, apakah pernikahan ini akan terjadi atau tidak.

Salmiera juga larut dalam pemikirannya, "Sangat serasi kak, semoga pernikahan mereka beneran terjadi."

Akhirnya Salmiera sudah dipindahkan ke ruangan rawat inap dan sekarang sudah terlihat Bunda dan sang Kaka perempuan yang langsung datang ketika dikabari bahwa Salmiera dilarikan ke rumah sakit.

"Jangan banyak pikiran ya Dek, Bunda tahu pasti kamu banyak pikiran juga." Bunda menatap dalam Salmiera sambil menggenggam tangan anaknya itu.

Salmiera menggeleng, lalu menggenggam tangan sang Bunda juga, "Bund, kalau Bunda pikir Salmiera sekarang sakit karena memikirkan Salhiera itu enggak sepenuhnya benar, Salmiera jelas memikirkan Salhiera Bunda, tapi untuk sakitnya Salmiera karena Salmiera terlalu memforsir diri sendiri, emang kegiatannya banyak."

"Lagian kamu juga kenapa sampai padat banget sih jadwal kegiatannya, kata Fira kamu yang minta." Kak Hanifa yang ikut berkomentar sambil memberikan Salmiera apel yang sudah dikupas tadi.

"Jadi 'kan kalian yang minta untuk Salmiera kosongkan waktu untuk pernikahan Salhiera, tapi sekarang malah Salhiera yang hilang, kocak ya." Salmiera tertawa renyah, Bunda dan Kak Hanifa tahu terdapat nada kekecewaan dari Salmiera.

"Salmiera... Maaf ya nak kalau memang masalah Salhiera ini sampai buat kamu seperti ini, Bunda minta tolong sekali jangan terlalu dipikirkan ya Sal." Suara Bunda terdengar getir saat meminta maaf kepada salah satu putrinya karena kesalahan putrinya yang lain.

Salmiera menggeleng, "Ayah dan Bunda selalu minta maaf atas kesalahan Salhiera, nggak seharusnya kalian yang minta maaf!" Salmiera sedikit emosi karena kelakuan kembarannya itu sudah membuat kedua orang tua mereka selalu merasa bersalah ke semua orang.

"Iya Bund, ini bukan kesalahan Bunda dan Ayah, kenapa harus selalu minta maaf?" Kak Hanifa akhirnya berkomentar, sejujurnya ia juga marah dan kecewa kepada Salhiera atas perbuatannya, melihat orang tuanya seperti ini malah membuat rasa itu semakin bertambah.

"Bunda nggak tahu Kak, Sal, kenapa Bunda tidak berhenti meminta maaf atas perbuatan Salhiera. Bunda khawatir sekaligus kecewa dengan dia, Bunda juga merasa bersalah sama Salmiera, Kaka, dan Abang." Air mata Bunda akhirnya tumpah lagi, ini sudah sekian kali Salmiera dan Kak Hanifa melihat Bunda menangis selama hilangnya Salhiera.

Kak Hanifa langsung memeluk sang Bunda, diikuti Salmiera yang juga ingin meraih sang Bunda, mereka bertiga berpelukan memberikan dukungan satu sama lain.

"Bunda juga lebih malu dan merasa bersalah ke Tante Rani, Om Malik, dan Ronald, Bunda nggak tahu harus taruh di mana muka Bunda, Bunda bahkan nggak bisa kalau harus menatap nata Tante Rani atau melihat Ronald nanti ketika Salhiera tidak kembali dan pernikahan itu gagal," ucap Bunda semakin merasa bersalah, Salmiera yang mendengar itu juga ikut membayangkan, bagaimana kedua orang tuanya harus mendapatkan cemoohan dan tatapan orang lain atas gagalnya pernikahan karena ulah Salhiera.

Ternyata selain Salmiera dan Kak Hanifa yang mendengarkan keluh kesah Bunda ada juga sosok Ronald dan sang Ibu, Tante Rani yang sudah berdiri di depan pintu kamar Salmiera.

"Shaf, kamu jangan merasa seperti itu, Shaf." Bunda kaget akan kehadiran Tante Rani dan juga Ronald.

"Seperti yang aku katakan Shaf, aku kecewa sama Salhiera tapi kamu jangan merasa bersalah atas perbuatan Salhiera, aku nggak marah sama kamu Shaf dan nggak akan pernah jika masalahnya hanya ini kita tanggung sama-sama nanti." Tante Rani sudah merebut pelukan Bunda dari Salmiera dan Kak Hanifa.

Salmiera terharu melihat dua sahabat yang sangat manis di depannya ini, Salmiera kalau jadi Tante Rani jelas akan marah dan kecewa atas perbuatan Salhiera, mungkin tak mau dahulu berhubungan dengan keluarga calon menantunya, namun Tante Rani tidak, beliau tidak marah sama sekali dan bilang kalau akan menanggung malu bersama.

"Ibu dan Dokter Shafiyyah nggak perlu seperti ini ya, kalian nggak akan menanggung malu, Ronald janji." Ronald membuka suara. Salmiera setuju dengan Ronald, Salmiera tidak akan membuat kedua orang tua nya malu nanti.

"Bagaimana bisa orang tua kita nggak akan menanggung malu kalau Salhiera sampai sekarang belum ketemu Ronald, Kaka jadi pesimis begini karena sebentar lagi pernikahan terjadi, kemungkinan Salhiera ketemu sepertinya sangat sulit," ucap Kak Hanifa yang juga khawatir atas masalah yang menerpa keluarganya.

"Kemungkinan satu persen pun harus tetap diyakini Kak," ucap Ronald yang masih terlihat optimis padahal hatinya dan otaknya sudah tidak sinkron.

"Tahu, tapi sembilan puluh persen lainnya bukannya justru harus dikhawatirkan, emang apa yang kamu mau lakukan kalau Salhiera nggak ketemu sampai pernikahan kalian terjadi?" Tanya Kak Hanifa.

"Saya ngga tahu Kak, tapi yang saya tahu ada anak lainnya yang juga tidak mau orang tuanya menanggung malu nantinya, ada anak lainnya yang menjadi harapan orang tuanya meskipun ini sangat egois dan tida adil, tapi saya yakin anak itu pasti melakukan yang terbaik untuk orang tuanya." Kalimat panjang yang pertama kali Salmiera dengar ketika bercakap dengan Ronald.

Tapi tunggu dulu, anak yang dikatakan Ronald itu merujuk pada dirinya kah? Sepertinya iya, karena Salmiera tak mau orang tuanya bersedih dan menanggung malu nanti.

[Telah direvisi, Jakarta 17 Juni 2024]

Hallo! Terima kasih karena sudah membaca cerita ini.

Semoga suka part ini yaaa!!
Komen-komen yaaa kalau ada saran scene gemas hehehe.

Segala hal dalam cerita ini hanya fiktif belaka yang dibuat untuk menyalurkan ide buah pikiran. Dimohon untuk tidak membawa ke luar dan dianggap serius!

Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka di kolom komentar.

Mohon maaf atas segala kekurangannya.

Salam hangat dari Penulis

Jakarta, 2024

Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang