Part 14

16K 914 69
                                    

Happy Reading!!!

Keadaan rumah Salmiera sekarang sedang sibuk atas makan malam dadakan yang diadakan oleh Eyang Putri, bahkan Eyang Putri langsung yang mengatur semuanya dibantu oleh Bunda dan juga Kak Hanifa.

Sedangkan, Salmiera sekarang berada di ruang favorite nya di rumah, ruang tempatnya untuk menyalurkan kegiatan yang paling dia cintai, ruangan khusus yang dibuatkan oleh orang tuanya untuk menunjang segala bakat dan hobi Salmiera, ruang musik khusus untuknya.

Setelah perbincangannya dengan Eyang Putri, Salmiera memutuskan untuk pergi ke ruang musiknya untuk melepas sejenak rasa lelah dipikirkannya.

Saat Salmiera sedang menyanyikan salah satu lagunya, tiba-tiba Kak Hanifa datang memanggilnya.

"Dek! Dipanggil tuh sama Bunda." Setelah mengetahui dirinya dipanggil oleh sang Bunda, Salmiera langsung berhenti dan pergi menemui Bunda.

Salmiera melihat keadaan ruang makan sudah tertata rapih, sudah ada beberapa masakan yang mulai disusun. Padahal tadi ketika dirinya hendak pergi ke ruang musik, ruang makan belum serapi sekarang.

"Ada apa, Bund?" Tanya Salmiera to the point pada sang Bunda yang sedang memotong buah.

"Eh Sal, sudah di ruang musiknya? Mending siap-siap, tadi Eyang Putri suruh untuk panggil kamu. Katanya kamu terlalu lama di ruang musik tadi, sampai gak sadar ini sudah malam," ucap Bunda barusan menyadari Salmiera bahwa dirinya sudah sangat lama berada di ruangan tersebut.

"Yaelah Bunda kaya nggak tahu anak Bunda yang ini aja gimana, si paling musikalitas, Bund." Kak Hanifa mengejek Salmiera sambil menoel dagu Salmiera.

"Ish! Nggak suka kali aku ditoel-toel daguku kek gini!" Ucap Salmiera ngegas mengeluarkan logat yang bisanya Navila, sahabatnya gunakan.

Bunda yang melihat interaksi kedua putrinya hanya tersenyum. Namun, tetap saja membayangkan putrinya yang satu entah ke mana perginya, andai Salhiera juga ada di sini, akan sangat bahagia malam ini untuk keluarganya.

"Shaf, Rani dan keluarganya datang setelah magrib 'kan?" Tanya Eyang yang sudah muncul.

Bunda mengangguk, "Iya, Bu. Tadi Shaf, sudah beritahu ke dia. Katanya akan datang setelah magrib."

Salmiera yang mendengar percakapan itu kembali teringat lagi masalah ini, mengingat ucapannya yang mengiyakan Eyang Putri untuk menggantikan Salhiera. Sekarang dirinya sedang mencaci maki ucapannya tadi.

"Sangat bodoh, gue sadar nggak sih tadi ngomong apa." Monolog Salmiera.

***

Ronald kembali menginjakkan kakinya di rumah calon istrinya, terakhir dia ke sini adalah ketika mendapatkan kabar mengenai Salhiera.

Saat sudah berada di depan pintu rumah Salhiera, sang ibu menggenggam tangan Ronald, Ronald melihat ke arah sang ibu lalu tersenyum manis, mengisyaratkan bahwa mereka akan menghadapi semuanya sama-sama.

Di dalam rumah ini, keluarga Salhiera sudah sangat lengkap namun, tidak ada sosok seseorang yang dia harapkan ada. Hanya ada seseorang yang sangat mirip dengan Salhiera, namun mereka berbeda, ya itu Salmiera.

"Rani, Malik sudah lama tidak bertemu." Eyang Putri yang pertama kali membuka suara, Ronald dan orang tuanya mengambil tangan wanita sepuh di depan mereka ini lalu menyaliminya.

"Eh kalian bertiga aja? Anak kamu yang dua orang ke mana Ran, Lik?" Imbuh Eyang Putri.

"Nael dan istrinya sekarang lagi di Bandung, dapat tugas di sana, Tan. Nah kalau si bungsu, Syarisyah sekarang di Depok masih kuliah dia." Jawab Ayah Malik.

Eyang putri hanya tersenyum sambil mengangguk, lalu menyuruh semua orang untuk pergi ke ruang makan dan makan malam bersama.

Salmiera sekarang merasakan rasa gugup dan canggung, hawa rumahnya sekarang seperti berbeda. Ditambah lagi posisi Salmiera berada di depan Ronald langsung.

"Ayo dinikmati makanannya, kenapa jadi diam semua?" Heran Eyang Putri yang melihat semua orang diam.

Mereka semua pun mulai makan malam bersama, Salmiera dan Ronald hanya diam menyimak percakapan para orang tua yang ada di sini.

"Setelah makan kita bicarakan masalah Salhiera ya, kita selesaikan ini malam ini." Setelah ucapan yang keluar dari mulut Eyang Putri, suasana kembali tegang.

Setelah makan malam selesai benar saja, sekarang semua sudah ada di ruang yang biasanya digunakan untuk kumpul keluarga, Eyang Putri duduk di depan mereka semua, lalu menatap Salmiera dan Ronald.

"Ronald, apakah sampai sekarang kamu masih mencari keberadaan Salhiera?" Pertanyaan pertama yang diucapkan Eyang Putri adalah untuk Ronald.

Ronald tampak berpikir, jelas dia masih mencari keberadaan Salhiera yang dibantu oleh Paul, sahabatnya. Ini sudah bukan mengenai pernikahan mereka saja tapi juga banyak pertanyaan yang dia ingin ajukan kepada gadis itu.

"Masih ya? Ron, maaf Eyang harus bilang ini, tapi dalam waktu dekat ini kamu tidak akan bisa menemukan Salhiera, dia sudah sangat jauh, Ron," ucap Eyang Putri lagi.

"Jadi sekarang gimana Tan?" Pertanyaan ini muncul dari Ayah Malik.

"Kita kembalikan ke Ronald, di sini dia yang paling berhak untuk memutuskannya."Eyang Putri menatap Ronald diikuti oleh semua pasang mata lainnya.

"Jujur saya belum tahu mau bagaimana, semua ini membuat kalut pikiran saya. Bukan perkara mudah 'kan untuk memutuskan ini semua ini." Ronald sudah tampak frustasi atas segala permasalahan yang ada ini.

Salmiera bisa melihat bagaimana frustasinya dan kalutnya Ronald dalam menghadapi masalah ini, Salmiera sadar ternyata yang tertekan dan pusing dengan masalah ini bukan hanya dirinya, ada orang yang lebih pusing mengenai masalah yang ditimbulkan oleh kembarannya.

"Ron, sekarang keputusan kami berikan ke kamu." Bunda Shafiyyah membuka suara.

"Kalau pernikahan ini tetap dilanjutkan emang Salmiera mau?" Pertanyaan Ronald yang dar der dor ini membuat Salmiera sedikit kaget, sialan Ronald berhasil membuat detak jantungnya berpacu lebih cepat.

"Bukan perkara mudah sebenarnya, tapi saya juga kepikiran ke Ayah, Ibu, Om, Tante, dan semuanya, semua kena imbasnya lagian, H-2 pernikahan batal bukan hanya kalian yang malu 'kan tapi saya juga." Ya selain orang tua dan keluarga jelas dirinya juga malu jika pernikahan ini gagal, tapi bukan itu satu-satunya alasan Ronald.

"Dengan kata lain Ronald mau melanjutkan pernikahan ini, jadi keputusan akhir ada di Salmiera, jadi gimana Sal?" Tanya Eyang Putri yang tiba-tiba menodong Salmiera.

Hatinya sudah berkali-kali berkata kasar dan memaki semua ini.

"Atur aja deh gimana baiknya," ucap Salmiera pasrah, dia tidak tahu mau bagaimana, mundur salah maju salah, Salmiera yang mempunya prinsip yang kuat dan tegas malam ini tiba-tiba saja berubah menjadi lemah, semua pegangan dalam hidupnya tidak berlaku malam ini, tidak tahu mengapa.

Ronald menatap Salmiera dengan tatapan yang sulit diartikan, dia mengira Salmiera akan tetap menolak untuk menggantikan Salhiera tapi mengapa justru gadis ini malah pasrah.

Senyum Eyang Putri merekah ketika mendengar keputusan dari Salmiera. "Lihat Ronald, Salmiera sudah menyetujui ini, kamu setuju kan?" Eyang Putri kembali bertanya ke arah Ronald. Ronald punya mengangguk pasrah. Dua insan ini tiba-tiba saja pasrah atas segala yang terjadi malam ini.

[Telah direvisi, Jakarta 19 Juni 2024]

Hallo! Terima kasih karena sudah membaca cerita ini.

Semoga suka part ini yaaa!!
Komen-komen yaaa kalau ada saran scene gemas hehehe.

Segala hal dalam cerita ini hanya fiktif belaka yang dibuat untuk menyalurkan ide buah pikiran. Dimohon untuk tidak membawa ke luar dan dianggap serius!

Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka di kolom komentar.

Mohon maaf atas segala kekurangannya.

Salam hangat dari Penulis


Jakarta, 2024




Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang