Part 7

18.4K 868 12
                                    

Happy Reading!

Setelah mendapatkan informasi dari Salmiera, Bunda dan Tante Rani semakin bingung harus berbuat apa, apalagi karena Salhiera menyuruh mereka untuk tidak mencarinya.

"Terus gimana? Kamu nggak nanya dia baliknya kapan? Seriously, hari pernikahan dia dan Ronald sudah dekat, loh." Ibu Ronald, terlihat sangat cemas membahas hal ini.

"Ibu, tenang. Buk, Ronald sudah minta tolong temannya untuk melacak nomor utama Salhiera dan nomor yang tadi dipakai untuk menelepon Salmiera. Semoga bisa segera dapat titik terang, ya Dok, Bu," Ronald terlihat optimis, terutama setelah mengetahui kabar terbaru tentang Salhiera.

"Serius ya, Ron? Temanmu itu bisa melacak keberadaan Salhiera sebelum pernikahanmu?" Ibu Ronald terlihat sangat cemas.

"InshaAllah, Buk, tenang saja," ucap Ronald optimis, meskipun sebenarnya dia pun tidak yakin bagaimana semua ini akan berakhir.

"Kalau nggak ketemu sampai hari pernikahan mereka, Salmiera mau ya, Nak?" Bunda tiba-tiba memegang erat tangan Salmiera sambil menatap penuh harap ke arahnya.

Salmiera tidak menyukai posisi ini, terutama ketika Tante Rani ikut menatapnya penuh harapan. Kedua sahabat karib ini membuat Salmiera merasa terintimidasi.

"Salmiera, Tante harap kamu memikirkan ini baik-baik ya, Nak. Ini bukan hanya tentang nama baik keluarga kita, tapi juga tentang..." Belum sempat Tante Rani melanjutkan omongannya, Ronald sudah menegurnya, "Buk, tolong."

"Ron, ibu mohon ya, Nak," Ronald tidak suka melihat Ibunya harus memohon seperti ini.

"Kita fokus mencari Salhiera ya, Tante, Bun. Toh pernikahannya masih lama," ucap Salmiera dengan lembut namun tegas, agar kedua ibu mereka mengerti.

"Iya, Salmiera, tapi ini..." Belum selesai Bunda bicara, tiba-tiba ponsel Salmiera berdering, memecah perhatian mereka semua.

"Siapa, Sal?" Tanya Ronald cepat, berharap itu adalah Salhiera.

Salmiera melihat siapa yang menelponnya, lalu menggeleng. Ternyata itu Kak Fira.

"Salmiera, angkat dulu, permisi."

"Salmiera! Hari ini balik ke apartemen, kan?" Suara Kak Fira terdengar penuh semangat dari seberang sana.

"Iya, Kak, kenapa?" Tanya Salmiera.

"Oke, mau dijemput nggak? Eh, tapi Kaka lihat kamu tadi di rumah sakit, jenguk Navila ya?"

"Iya, di rumah sakit. Nggak usah dijemput ya, Kak," Salmiera memberitahu manajernya.

"Btw, anyway, busway, Mas Mantan gebetanmu tadi ke kantor, loh. Terus nanya kabar kamu. Kaka kasih tau aja, gausah deketin Salmiera lagi. Kamu pokoknya gausah sama dia lagi," informasi dari Kak Fira membuat Salmiera emosi.

"Iya, Kak! Tanpa Kaka kasih tau juga aku nggak mau, dan kasih tau itu ikan Lele dan antek-anteknya nggak usah deket-deket kita lagi," suara Salmiera naik satu oktaf, membuat Bunda, Tante Rani, dan Ronald menoleh padanya.

"Oke, Salmiera, kamu tenang aja. Predator itu nggak bakal berurusan sama kamu. Kaka handle semuanya. Kalau gitu, see you di apartemen."

Setelah sambungan telepon terputus, Salmiera kembali ke meja. Sebelum itu, dia menenangkan dirinya yang sempat emosi.

Salmiera tidak ingin berurusan dengan mantan gebetannya itu. Untungnya, sebelum mereka pacaran, Tuhan sudah memberikan petunjuk tentang kebusukan pria itu.

"Salmiera, kenapa, Nak? Itu tadi siapa?" Tanya Bunda.

"Kak Fira, Bun. Tadi nanya mau dijemput atau nggak, terus ngabarin kalau si predator kelas Lele nyari Salmiera di kantor SCM, idih, ogah," jawab Salmiera yang masih kesal. Bunda hanya menggelengkan kepala.

"Eh, sudah mau balik ke apartemen ya?" Tanya Bunda lagi. Salmiera hanya mengangguk, "Iya, Bun, ini nggak ada yang mau dilanjutin lagi, kan? Teman Ronald bisa ngelacak si Salhiera beneran, kan?" Ronald mengangguk untuk merespons pertanyaan Salmiera.

"Salmiera tinggal di apartemen sendiri ya? Kenapa kamu izinkan, Shaf? Duh, nggak takut kamu, Shaf, anak gadis ini?" Tanya Tante Rani, mengubah topik.

"Tau nih, kenapa mau sok-sok tinggal sendirian. Kamu belum tahu aja, Ra, hampir berantem dia sama Ayahnya perkara ini."

"Nggak sendiri juga kok, Tan. Tim Salmiera ada kok, meskipun beda unit, tapi sebelahan kok," jawab Salmiera sedikit berbohong.

Ronald hanya mendengarkan percakapan mereka dan kembali fokus pada makanannya, memikirkan bahwa masalah Salhiera juga butuh perhatian.

Setelah makan siang bersama, Salmiera meminta izin untuk pulang ke apartemennya, "Bun, Salmiera langsung ke apartemen ya, Bunda nggak apa-apa nyetir sendiri?" Tanya Salmiera, agak khawatir.

"Eh, kamu mau naik apa ke apartemen? Bawa mobil Bunda saja," ucap Bunda memerintahkan.

"Terus, Bunda? Nggak deh, nggak apa-apa Salmiera naik taksi atau minta dijemput sekalian," tolak Salmiera.

"Apartemen Salmiera di daerah mana, sih? Ronald nggak ada kerjaan setelah ini kan? Antar Salmiera saja, gimana?" Tante Rani mencoba mengatur, membuat Salmiera dan Ronald saling memandang.

"Nggak usah, Tante, beneran. Saya minta jemput asisten saja," kata Salmiera sambil mengeluarkan ponselnya.

"Di daerah Taman Anggrek, apartemennya, Ran, nggak jauh dari sini," jawab Bunda, tapi Salmiera menggeleng, terheran-heran.

"Nggak apa-apa, Salmiera. Ronald juga mau ketemu temannya, dia ambil shift setengah hari," tambah Tante Rani, semakin gencar menyuruh mereka bersama.

"Apartemen Taman Anggrek ya? Ya sudah, bareng aja, kebetulan mau ketemu seseorang," kata Ronald pasrah, tanpa masalah mengantarkan kembaran Salhiera itu.

Baik Bunda Salmiera maupun Ibu Ronald terlihat tersenyum setelah mendapatkan jawaban dari Ronald.

[Telah direvisi, Jakarta 16 juni 2024]

Hallo! Terima kasih karena sudah membaca cerita ini.

Semoga suka part ini yaaa!!
Komen-komen yaaa kalau ada saran scene gemas hehehe.

Segala hal dalam cerita ini hanya fiktif belaka yang dibuat untuk menyalurkan ide buah pikiran. Dimohon untuk tidak membawa ke luar dan dianggap serius!

Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka di kolom komentar.

Mohon maaf atas segala kekurangannya.

Salam hangat dari Penulis

Jakarta, 2024

Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang