Happy Reading!!!
Malam pun tiba saat ini Salmiera Ronald sedang makan malam bersama, akhirnya setelah bingung bersama ingin memakan apa untuk malam ini, Salmiera dan Ronald memutuskan untuk makan makanan cepat saji.
"Ron, besok gue ke Medan." Salmiera membuka pembicaraan dengan memberitahu bahwa dirinya besok akan ke Medan.
Ronald mengangguk, lalu bertanya kepada Salmiera, "Jam berapa?"
"Pagi udah harus berangkat sih, lo besok udah mulai ke RS?" Tanya Salmiera kembali.
"Hmmm, iya." Jawab Ronald singkat.
"Jam berapa?" Salmiera melihat ekspresi wajah Ronald seperti berpikir.
"Ya pagi, mungkin jam 8." Jawab Ronald lalu kembali menghabiskan makanannya.
Setelah semua kegiatan yang mereka lakukan kini dua insan manusia itu duduk canggung di ranjang Salmiera, diam membisu, larut pada pemikirannya masing-masing.
"Sal." Ronald memanggil Salmiera memcahkan kesunyian yang sejak tadi menyelimuti.
"Iya? Kenapa?" Jawab Salmiera yang langsung menoleh ke arah Ronald.
"Kamu ada selimut lebih?" Tanya Ronald yang sudah berdiri, berjalan ke arah ranjang.
"Ada, eh tapi Ron-" ucapan Salmiera terhenti membuat Ronald mengerutkan keningnya bingung.
"Ada apa?" Tanya Ronald.
"Sudah beberapa hari ini lo tidur di sofa, nggak papa? Sorry banget, gimana kalau—" Salmiera kembali menjeda kalimatnya.
"Kalau apa?" Tanya Ronald lagi.
Salmiera menunduk, tak berani menatap mata Ronald "Lo tidur di sini." Salmiera sambil menepuk-nepuk ranjang yang dia duduki sekarang.
"Salmiera, saya nggak keberatan untuk itu, saya tahu kamu belum terbiasa kan dan tidak nyaman 'kan?" Dengan suara lembutnya Ronald memberi pengertian kepada Salmiera.
"Fak kata gue teh, dia mikiriin perasaan dan rasa nyaman gue Salhiera lu bego banget sia-sia in cowok modelan Ronald." Monolog Salmiera dalam hatinya. Menurut Salmiera tak banyak pria yang mengerti dan paham atas apa yang dialami oleh seorang wanita.
"Tapi Ron, gue justru makin nggak enak. Terlebih sofa di kamar gue ini nggak sebesar di hotel kemarin, pasti nanti bakal lebih nggak nyaman. Gue nggak papa sih, nanti taruh guling di tengah-tengah aja." Ronald tersenyum tipis, hampir tak ada bahkan, melihat tingkah laku Salmiera.
"Ya sudah iya, Sal." Lagi dan lagi suara lembut Ronald keluar dari mulut dokter tersebut.
Kini Salmiera dan Ronald sudah berada di satu ranjang yang sama, lampu kamar mereka juga sudah dimatikan, Salmiera dan Ronald, mereka berdua belum tidur, masih terjaga dan kembali larut kepada pikirannya masing-masing. Di tengah-tengah mereka ada sebuah perbatasan dari guling yang dibuat Salmiera.
"Bjir sebelah gue ada cowok, tidur di sebelah gue banget nih. Gue kerasukan apaan yaa kok maksa dia tadi." Monolog Salmiera memikirkan apakah tadi dirinya kerasukan karna menyuruh Ronald untuk tidur bersama.
Setelah latur pada pemikirannya, kini Salmiera dan Ronald larut ke alam mimpinya masing-masing.
Dua insan manusia yang sudah terikat dalam sebuah hubungan namun, sangat asing ini sudah puas larut pada pikirannya kini mereka menyambut mimpi-mimpi yang sudah siap untuk mereka jelejahi.
Salmiera mengerjapkan matanya, ada hal aneh menurut Salmiera yang mengganjal hatinya saat pertama kali bangun ini. Kamarnya Salmiera memang sudah dimatikan lampunya tapi ada sedikit cahaya, Salmiera menatap orang yang ada di depannya yang sedang dia peluk, ternyata sejak tadi.
Salmiera kaget bukan main, tapi dia menahan suaranya agar Ronald tak bangun.
"Anjing! Kok gue meluk dia, padahal gue yang bacot masalah perbatasan. " Salmiera merutuki kebodohan yang ada pada dirinya.
Sambil merutuki dirinya Salmiera lalu melihat ke arah depannya, di lihat wajah tenang Ronald yang masih tertidur, terlihat masih tersirat wajah lelah namun tetap tampan.
Salmiera kembali merutuki kembarannya yang meninggalkan pria semacam Ronald.
Saat sedang memandang Ronald dalam kegelapan ini, tiba-tiba saja Ronald bergerak yang membuat Salmiera panik dengan posisinya sekarang. Salmiera memejamkan matanya dan diam tak begerak, seolah dirinya masih tidur.
Saat Ronald ingin bergerak terasa tidak begitu lega, dia mengerjapkan matanya melihat ke sampingnya, ternyata posisi Salmiera sudah berpindah lebih dempet lagi, tangan Salmiera berada di atas perut Ronald, seolah memeluk.
Ronald juga melihat wajah tenang Salmiera yang tertidur ini, Ronald masih tak menyangka jalan takdir dirinya sekarang.
Setelah puas melihat wajah Salmiera, Ronald pelan-pelan memindahkan tangan Salmiera agar wanita itu tak bangun. Setelah lepas dari pelukan Salmiera, Ronald duduk bersandar di kepala ranjang, lalu secara tiba-tiba mengelus kepala Salmiera yang masih berbalut hijab tersebut.
"Dasar aneh, semalam dia yang bilang jangan sampai melewati perbatasan, ternyata dia yang melanggarnya." Ronald menggelengkan kepalanya.
Salmiera yang diperlakukan seperti itu sedikit menggerakkan tubuhnya, hal itu membuat Ronald kaget dan langsung turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi.
"Panik dia saudara-saudara." Salmiera menahan senyumnya atas salah tingkah Ronald barusan.
***
Ronald sudah siap dengan menggunakan baju andalannya, hari ini adalah hari pertamanya bekerja dengan status baru.
"Berapa hari di Medan, Sal?" Tanya Ronald yang sudah duduk di meja makan ikut bergabung dengan Salmiera.
"Besok balik." Jawab Salmiera yang sedang menyiapkan roti untuk Ronald.
"Maaf ini doang ya, gue buru-buru hehe," ucap Salmiera yang tak enak, pasalnya hari pertama mereka memulai kehidupan mereka sebagai pasangan suami istri, justru Salmiera tidak maksimal dalam menyiapkan makanan untuk Ronald.
Ronald mengangguk, "Tidak perlu merasa tak enak Salmiera."
Kini mereka fokus ke sarapan mereka masing-masing, sampai akhirnya Ronald yang terlebih dahulu selesai berdiri sambil membawa piringnya ke arah wastafel.
"Taruh di situ aja, udah berangkat lo sono." Ucapan Salmiera tak dihiraukan oleh Ronald, dia tetap mencuci piring bekas makanannya.
Salmiera memperhatikan gerak-gerik dari Ronald, menggeleng heran "Dasar, udah dilarang malah dilakukan."
Ronald sudah selesai dengan kegiatannya, "Saya berangkat ya, Sal." Ucapnya yang langsung mengambil jas dan tas kerjanya.
Salmiera berdiri, "Nggak usah, lanjut makan aja. Saya pergi." Ronald menampilkan senyum tipisnya, sedangkan Salmiera tak mendengarkan ucapan Ronald, dia tetap mengikuti Ronald dari belakang.
Sudah di ambang pintu, "Kamu keras kepala juga ya."
"Kepala mah keras, noh bantal yang lembek." Ronald lagi-lagi dibuat takjub dengan jawaban Salmiera.
Setelah melihat kepergian Ronald, Salmiera kembali ke meja makan, menyelesaikan makannya, lalu kembali bersiap-siap, sebentar lagi manager nya akan datang.
[Telah direvisi, Jakarta 19 Juni 2024]
Hallo! Terima kasih karena sudah membaca cerita ini.
Semoga suka part ini yaaa!!
Komen-komen yaaa kalau ada saran scene gemas hehehe.Segala hal dalam cerita ini hanya fiktif belaka yang dibuat untuk menyalurkan ide buah pikiran. Dimohon untuk tidak membawa ke luar dan dianggap serius!
Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka di kolom komentar.
Mohon maaf atas kekurangannya
Salam hangat dari Penulis
Jakarta, 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengganti [END]
Romance[SELESAI] Salmiera Shira Aliyyah, penyayi yang sedang banyak diperbincangkan karena memiliki suara yang indah dan lagu-lagunya sudah berada di jajaran lagu hits di tanah air ini tiba-tiba diminta orang tuanya menggantikan saudari kembarnya untuk men...