Seorang gadis kecil berusia 12 tahun berlari ke kamar yang ada di sebelah kamarnya saat mendengar keributan di ruang tamu.
Dia naik ke kasur dan langsung memeluk adik kesayangannya yang sedang tertidur pulas.
Matanya terus mengeluarkan air mata saat mendengar suara perabotan yang pecah dan teriakan dari orang yang paling dia cinta.
Suasana yang hampir setiap malam selalu dia rasakan semenjak kematian ibunya. Yah itu adalah perbuatan dari ayahnya yang marah atas kematian orang yang paling dia cinta.
Orang yang selalu memperlakukan dirinya seperti tuan putri berubah menjadi seseorang yang tidak dia kenali lagi, dia menjadi kasar kepada dirinya dan adiknya.
" Aku pasti kembali", ucap bocah laki-laki dengan melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Alya.
Bayangan akan kejadian itu terus menerus berputar di ingatannya berharap dia datang menepati janji yang telah dia buat pada dirinya.
" Gib aku takut, kamu dimana", dengan air mata berlinang membasahi pipinya.
Alya Anastasya Maheswari anak kecil yang di paksa menjadi dewasa sejak kematian ibunya. Dia harus selalu kuat untuk ayahnya dan adik sematawayangnya.
❄️❄️❄️❄️❄️
" Gib Lo naksir sama to cewek", tanya Andre yang penasaran kerena dari tadi Gibran terus saja menatap gadis tersebut." Baru juga masuk sekolah sudah ada aja incaran lo", sambung Riski yang menanggapi ucapan Andre.
Gibran memang memperhatikan seorang gadis cantik sejak awal pendaftaran hingga hari pertama masuk sekolah, ada ketertarikan yang membuat dirinya terus menerus menatapnya.
" Tapi omong-omong tu cewek sendiri Mulu dari tadi gue perhatiin", tanya Fahri dengan tangan merangkul pundak Riski dan Gibran.
" Gak punya teman kali", jawab Andre dengan santainya.
" Masa sih", sahut Fahri.
" Kan mungkin saja kan", jawabnya.
Arfan tertawa kecil saat melihat Gibran yang senyum-senyum sendiri gak jelas," lo gak kesambet kan", tanya Arfan dengan suara kecil yang hanya bisa di dengar oleh dirinya dan Gibran.
" Ngak.., gue gak papa kok", ucapnya dengan santainya.
" Oh, bagus deh gue kira lo kenapa-kenapa", Arfan memang merasa aneh bukan tanpa alasan hanya saja sejak awal pendaftaran di belum pernah melihat senyuman Gibran yang seperti itu, ia merasa bahwa senyuman itu berbeda dengan biasanya.
" Ketemu juga lo", monolog Gibran dengan tatapan mengarah pada Alya yang sedang duduk di gazebo dengan membaca buku.
Alya Anastasya Maheswari
Gibran azlir arendra
Lambang belakang jaket
Di samping kiri jaket
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN AZRIL ARENDRA
Fiksi Remajakebahagiaan itu bukan saja tentang orang lain tetapi juga tentang diri sendiri, bila kau tidak bahagia maka jangan dilakukan - Gibran Percuma saja berada di tempat ramai jika yang bisa kita rasa hanya kesunyian, karena ini bukan tentang tempatnya...