Selamat membaca!
Café
Café hari ini benar-benar ramai dengan beberapa orang yang sedang mengerjakan tugas, berpacaran, reuni, ingin menghabiskan waktu luang mumpung punya uang, atau bahkan untuk membahas hal penting lainnya.
Itulah yang dilakukan Zidane dan Celline, berada di meja tengah dengan suasana yang tegang sekalipun lagu Feel Special dari twice mengalun di dalam café.
"Kenapa diam aja Cel? Gak ada yang mau dijelasin gitu?" Matanya berkaca-kaca menatap ke arah cewek berponi yang menundukkan kepala.
"Aku tanya sekali lagi, alasan kamu tiba-tiba minta putus apa Cel? Selama ini kita baik baik aja kan?"
Celline diam. Ia tak sedikitpun berani menatap Zidane.
"Iya kita baik-baik aja kok kak."
"Terus kenapa kamu minta putus tiba-tiba kayak gini? Ada yang salah dari aku?"
Celline menggeleng. Makin pusinglah Zidane.
"Terus kenapa? Kita baik-baik aja, katamu juga aku ga bikin salah, kita juga gak lagi salah paham, tapi-"
"Aku suka sama orang lain kak." Celline semakin menunduk. Ia benar-benar merasa bersalah.
Berada di kota yang berbeda dengan Zidane membuatnya merasa kesepian. Cowok itu bahkan jarang memberinya kabar karena sering menghabiskan waktu dengan belajar.
"Aku capek, mau tidur. Besok ya Cel."
"Hari ini koreoku kacau semua."
"Lusa kudu manggung di nikahannya kak Anya."
Selalu seperti itu.
Itulah yang membuat perasaannya lama-lama berubah. Tanpa diminta, ia terbiasa dengan ketidakhadiran Zidane dan justru menyukai seorang siswa di sekolahnya.
"Maafin aku kak, aku gak bisa jaga hati. Tapi aku juga butuh dukungan dari pacarku, dan selama ini kakak gak pernah ada waktu buat aku. Aku kalah sama les, sama biola juga."
Zidane mengulum bibirnya. Benar, ini salahnya yang hampir tak ada waktu walalupun hanya menelfon.
"Oke, kalau itu mau kamu. Jujur aku gak rela, tapi mau gimana lagi. Aku permisi." Zidane dengan cepat meninggalkan café tersebut sebelum ia terlihat semakin menyedihkan.
Bahkan Celline hanya menggumamkan kata maaf sambil menatap Zidane yang semakin jauh.
"Akh! Bangsat!" Zidane langsung menutup wajahnya dengan bantal. Menahan teriakan agar tak terdengar dari luar.
Jauh-jauh dari luar kota hanya untuk bertemu pacarnya, sekali bertemu malah putus.
Ah, patah hati memang menyakitkan.
Ia berdiri kemudian memasukkan semua barang-barang yang berkaitan dengan mantan pacarnya. Dari kaos, bingkai foto bahkan buku album selama mereka berpacaran langsung ia masukan dalam sebuah kardus.
"Loh, kamu udah mau packing ya?"
Zidane berbalik, kemudian menggeleng menatap sedih mamanya.
"Enggak ma. Cuma mau buang barang yang udah gak kepake aja." Mamanya mengangguk pelan.
"Sekalian aja packing barang kamu, lusa kita balik ke rumah lama. Kebetulan papa juga udah menetap disana dan gak bakal pindah lagi. Kamu kangen kan sama rumah lama kita?"
Gantian Zidane yang membulatkan matanya. Kelihatan sekali matanya berbinar mendengarkan informasi dari mamanya.
"Soal sekolah kamu, pilih aja kamu mau pindah kemana nanti mama yang urus."
Zidane tersenyum lebar, menggangguk dan dengan cepat mengemasi barang-barangnya untuk pindahan.
Kembali ke rumah lama berarti kembali ke tempat Celline tinggal. Otomatis kesempatannya untuk sering bertemu Celline akan semakin besar.
Tentu ia tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatannya untuk mendapatkan hati gadis itu kembali.
"Yes! Gak jadi galau! I'm coming babe."
Part satu : Zidane patah hati - endZhang Hao as Zidane Rayn Hanif
Kim Chaehyun as Celline Athaya
Hai! Call me lily and and
I hope u like my first fanfic!Maaf ya tadi sempet un-publish karena aku memutuskan untuk mengganti nama cast~
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Hello, Enemy! | BinHao [END]
Fanfiction"Bukannya makin deket sama Celline, malah dideketin gebetannya. Mana bisa kek gini anjir!" ••• Zidane yang baru saja diputuskan mantan pacarnya dengan beruntung dapat pindah ke sekolah mantannya dengan niat mendekatinya lagi. Tapi yang menjadi halan...