Klek.
Keduanya terhenti.
Keduanya benar-benar terhenti, baik Hansen atau Zidane.
Tapi tenang, tak ada yang memergoki keduanya. Pintu yang terbuka adalah pintu utama toilet yang menandakan sudah ada yang keluar, menyisakan mereka berdua di dalamnya.
Zidane yang melihat Hansen lengah tak menyia-nyiakan kesempatan untuk lepas dari Hansen
"Akhh!" Jerit Hansen. Cowok itu menggigit tangannya kemudian berlari secepat kilat.
Tapi reaksinya hanya menggeleng dan tersenyum.
"Mau lari kemanapun juga lu gak bakal bisa, Zidane Rayn Hanif."
Zidan sedikit terengah. Kelas sudah sangat ramai, untung saja ia sudah merapikan bajunya sebelum kesini.
"Eh, Zidan udah dateng." Kiki tersenyum manis menyapanya.
"Eh Zi, lo alergi ya? Ke UKS dulu gih."
"Hah?"
"Itu.. leher lo merah-merah."
Zidane mengarahkan ponselnya ke area leher dan benar saja banyak ruam kemerahan di lehernya.
"Iya hehe, kemarin salah makan keknya." Zidan berdalih
Untung saja ruamnya banyak dan berdeketan, jadi terlihat seperti ruam gatal.
"Oh.. oke." Kiki sedikit terbata. "Gue kira habis di—" senyumnya sedikit mencurigakan.
Zidan tertawa kaku.
"Ya enggak lah! Lo kira ngapain?"
"Gue mikirnya digigit nyamuk elah! Kotor banget pikiran lu." Zidane tertawa hambar kemudian berjalan menuju bangkunya.
Ya emang, nyamuk besarnya modelan Hansen. Mana kelakuan kayak setan lagi.
Rasanya Zidane ingin menjawab seperti itu. Tapi apa gak bakalan shock satu sekolah?
Sudahlah. Ia malas memikirkan Hansen.
Sebulan lebih setelah kejadian, baru kali ini Zidane merasa benar-benar damai berada di sekolah, setelah Hansen mengacaukan harinya.
Tetapi ia juga cukup sedih ketika melihat Hansen dan Celline yang semakin dekat.
Apalagi ada rumor kalau mereka berdua sudah berpacaran, makin patahlah hatinya.
"Pantesan si Hansen gak gangguin gue lagi. Udah sama Celline toh."
Tidak. Ia tak merasa sedih atau apapun itu. Ia justru sangat senang. Cowok itu tak lagi mengganggunya bahkan menganggapnya seperti orang asing ketika bertemu.
Bahkan cowok itu terlihat posessif ketika ia mendekati Celline.
"Udah pacaran kali. Makanya dia kayak gitu."
Ucap Matthew dan diangguki Tio ketika mereka membahas Hansen.
"Lagian si Celline keliatan suka banget sama Hansen, Hansennya juga keliatan b aja tapi ujung-ujungnya mau."
"Ya kan cellinenya juga cantik. Gue kalo dideketin ya mau lah!" Sahut Tio
Apalah daya gue yang cuma mantannya. Ucap Zidane dalam hati.
Ah sudahlah! Mungkin sudah waktunya ia melupakan Celline. Toh ia bahagia bersama Hansen juga sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Hello, Enemy! | BinHao [END]
Fiksi Penggemar"Bukannya makin deket sama Celline, malah dideketin gebetannya. Mana bisa kek gini anjir!" ••• Zidane yang baru saja diputuskan mantan pacarnya dengan beruntung dapat pindah ke sekolah mantannya dengan niat mendekatinya lagi. Tapi yang menjadi halan...