Hello Enemy! -30 [END]

2.3K 232 27
                                    

"Kak Zidane!"

Zidane melambaikan tangannya, tersenyum manis ke arah Gavin yang memeluknya erat. Sesekali mencium pucuk kepala yang lebih tua.

Hari ini adalah kelulusan Zidane, menyandang gelar sarjana pendidikan setelah empat tahun berjuang.

"Vin, udah cukup."

"Loh, kenapa? Sayangku hari ini kan wisuda." Gavin menaik-turunkan alisnya.

Sedangkan Zidane menatapnya jengkel.

"Kak Zidane!!"

Zidane yang awalnya mendelik seketika tersenyum lucu ke arah Hanan, pacar Gavin yang berlari riang layaknya anak kecil.

"Utututu kesayangan kakak."

"Kok gitu sih! Sama gue aja lo misuh-misuh kak!"

"Gimana gak misuh, lo dateng-dateng meluk cium padahal udah punya pacar segemes ini." Hanan hanya berkedip polos menyaksikan pertengkaran keduanya.

Cekrek!

Dari arah kejauhan, Dona mengangkat tangannya yang masih memegang kamera. Diikuti kedua orang tua Zidane.

"Daripada berantem, mending kita foto bareng! Selamat ya calon guru!" Zidane dengan senang hati menerima pelukan dari ibu pacarnya itu.

Ngomong-ngomong, bagaimana soal Hansen?










"TUNGGU!"

Zidane berusaha sekuat tenaga, berlari ke arah Hansen sekalipun napasnya tersengal.

Namun usahanya sia-sia ketika ia harus terjatuh akibat tersandung dan tak sanggup lagi untuk berlari. Tapi untungnya, Hansen dengan sigap menahannya sehingga ia tak benar-benar terjatuh.

"Brengsek lo." Itu yang dilontarkan Zidane sesaat setelah Hansen berada dihadapannya.

"Bisa-bisanya lo gak ngabarin gue apapun soal ini. Sengaja banget bikin gue kesel? Atau sengaja supaya gue kayak gini? Ngejar-ngejar kayak orang gila!?"

Hansen menggeleng. Tak ada satupun jawaban yang benar dari mulut Zidane.

"Aku cuma ga mau kamu berat ngelepasin aku."

"Ya terus kalo kayak gini caranya lo pikir gue ga berat?" Zidane membentak, wajah dan matanya sontak memerah menahan tangis.

"Pacarku jelek kalo lagi nangis." Hansen dengan cepat memeluk Zidane, berkali-kali mencium pucuk kepala pemuda china itu dan sesekali membisikkan kata-kata manis untuk menenangkan.

Barulah setelah tenang, Zidane kembali mematapnya.

"Harus banget ya lo pergi sekarang?"

Hansen mengangguk. Janji tetaplah janji.

"Maaf ya, padahal hubungan kita belum selesai. Ini bahkan baru lima hari."

Zidane tergelak. Ah, soal perjanjian itu.

Ia bahkan sudah bisa memastikan apa yang harus ia buat.

"Persetan soal perjanjian."

Hansen terbelalak. Ciuman panjang dan tiba-tiba dari Zidane benar-benar tak bisa ia duga.

"Gue gak peduli lagi." Zidane tersengal, selain karena lelah berlari tentu juga karena ciuman itu.

"Gak perlu nunggu seminggu, gue udah bisa make sure dan lo harus denger ini baik-baik." Zidane perlahan menarik napasnya.

[1] Hello, Enemy! | BinHao [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang