HEHE HAI ^_^
Dona mengernyit. Menatap ketiga pemuda didepannya dengan tatapan penuh tanya.
Pasalnya, Hansen dan Zidane terlihat duduk berjauhan dan Gavin yang tertunduk dengan wajah ungu pudarnya yang masih kentara.
"Kalian habis berantem?" Dona berhenti mengunyah, menatap ke wajah Gavin dengan lamat dan menatap ke arah Hansen dan Zidane bergantian.
"Enggak ma." Gavin menjawab lemah.
"Terus wajah kamu kenapa?" Dona dengan cepat berdiri dan menyediakan kompres dan p3k untuk Gavin.
Sedangkan Hansen yang melihatnya hanya tersenyum sinis. Lagi-lagi Gavin mendapat perhatian dari ibunya.
Dengan malas ia menghabiskan air dalam sekali tandas dan berdiri, kemudian menarik Zidane yang masih mengunyah. Suapan terkahir memang, hanya saja pemuda itu belum minum sama sekali.
"Ma, aku sama Zidane duluan."
"Eh?" Dona lagi-lagi dibuat bingung.
"Air..air.." Hansen memberikan sebotol air dan langsung dihabiskan Zidane dalam sekali tandas.
"Gila lo! Gue tadi belum minum main ditarik aja." Zidane melayangkan protes namun sama sekali tidak dijawab oleh Hansen.
Aneh, biasanya Hansen akan selalu menanggapi ocehannya setidak penting apapun itu.
Tapi kali ini pemuda tampan itu hanya diam saja.
"Apa gara-gara berantem sama Gavin kemarin ya? Atau gara-gara abis nyium gue?" Zidane kemudian memukul kepalanya.
"Harusnya kan gue yang canggung, tapi kenapa malah dia yang—"
"Udah selesai ngomongnya?" Zidane menoleh dan kali ini reflek memukul bibirnya.
Ia saja bahkan tak sadar kalau tadi bergumam.
"Mikirin apa hm?" Tanya Hansen tanpa menatap Zidane.
"Gue mikir kalo lo canggung gara-gara gue liat lo sama Gavin atau—"
"Kita udah sampe." Zidane melotot. Yang benar saja! Mobil Hansen benar-benar terparkir di dalam parkiran sekolahnya.
"Gue belum turun loh ini, biasanya kan gue turun diluar sekolah baru lo parkir!"
Hansen lagi-lagi tak menanggapi.
"Turun." Zidane menurut. Urusan tanggapan orang-orang nanti saja. Yang penting ia harus turun dari—
"—eh?" Ia menatap Hansen yang menahan sebelah tangannya.
"Nanti kamu balik duluan ya? Aku ada urusan."
"Terserah sih. Toh kita gak biasa pulang bareng kan?"
Hansen tersenyum dan spontan mengacak rambut Zidane yang kini memukul tangannya brutal.
Apa yang Zidane pikirkan terjadi. Ia benar-benar menjadi santapan warga sekolah.
Seperti di film-film, para siswa akan bertanya-tanya ketika melihat siswa populer yang berangkat bersama siswa yang tak menonjol dan tak jarang membicarakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Hello, Enemy! | BinHao [END]
Fanfiction"Bukannya makin deket sama Celline, malah dideketin gebetannya. Mana bisa kek gini anjir!" ••• Zidane yang baru saja diputuskan mantan pacarnya dengan beruntung dapat pindah ke sekolah mantannya dengan niat mendekatinya lagi. Tapi yang menjadi halan...