Enjoy!!!
"Loh? Belom kelar?" Zidane yang baru saja terbangun dikejutkan dengan Hansen yang kembali berkutat dengan urusan osisnya.
"Iya, terakhir sebelum lepas jabatan." Mulut Zidane spontan membentuk 'o' tanpa suara.
Mereka sudah hampir naik kelas tiga, maka berarti tidak ada lagi tanggung jawab yang harus dipegang.
Zidane kemudian menarik napas panjang.
"Lanjut ajalah di rumah. Lo gak laper apa? Pasti mama udah masak banyak di rumah. Lo gak kasian apa mama masak banyak-banyak tapi kita gak pulang? Lagian udah kesorean banget ini, gue aja kemarin-kemarin dicariin kan? Kalo dicariin lagi gimana? Gue laper nih, ayo-"
"Stop atau kamu yang aku makan." Zidane mendelik.
"Dih, kanibal."
Dia tak tau saja arti kalimat Hansen barusan.
"Kalian dari mana aja sih!? Ditelpon gak diangkat, di chat gak dibalas!" Dona mencak-mencak begitu Zidane dan Hansen masuk ke dalam rumah.
"Mama nyanyi ya?"
"Diem dulu, gavin!"
Zidane melirik ponselnya dan benar saja, hampir 60 pesan dan 23 chat yang tak kunjung dibuka.
Hansen pun begitu, bahkan lebih banyak dari Zidane.
"Maaf ma. Tadi abis nungguin kebo bangun dulu." Zidane mendelik.
"Siapa yang lo bilang kebo, hah?! Jelas-jelas pas gue bangun lo masih aja ya ngerjain kertas-kertas itu. Padahal tadi masih tidur di-" Zidane spontan menutup mulutnya.
Mampus, batinnya.
"Di apa?" Tiba-tiba Gavin berdiri di tengah dengan ekspresi kepo andalannya.
"Di kursi lah." Jawabnya asal
"Iya juga sih, kan adanya cuma kursi doang di sekolah." Gavin mengangguk saja.
"Ya sudah, ayo makan. Mama masak banyak nih."
"Gimana latihannya sayang?" Dona melirik ke arah Zidane yang fokus mengunyah.
"Lancar kok ma, besok kayaknya udah mau finishing terus dipoles dikit aja."
"Lancar latihannya apa pdkt sama si Zidan yang lancar?" Hansen menatap sinis.
"Pdkt apaan?"
"Berduaan dimana-mana apa namanya kalo pdkt?"
"Loh? Kan lo tau sendiri kalo gue latihan sendiri gara-gara ketinggalan dan biar ga ngerusak latihan yang lain. Kok jadi pdkt?" Spontan dahinya terlipat.
"Latihan apanya, tiap kali aku awasin malah ketawa ketiwi. Demen juga kan kamu sama dia?"
"Seingat gue cuma hari ini lo nongol pas latihan. Lo stalker apa gimana?"
"Aku ketua osis, wajarlah kalo ngawasin. Ini juga semuanya kan dibawah pengawasan osis."
Kalau dalam kartun, pasti ada laser yang keluar dari mata masing-masing kemudian beradu.
"Loh malah ribut lagi." Gavin menggeleng tak habis pikir.
"Lagian ya kak, kalau kak Zidane pdkt emangnya kenapa?"
Setelah bicara, giliran dia yang dipelototi.
Ting tong.
Perhatian semua orang seketika beralih pada bel yang berbunyi.
"Siapa yang datang jam segini?"
Hansen melirik ponselnya sejenak.
"Oh, kayaknya Celline ma, soalnya dia mau bantuin ngurus laporan akhir osis."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Hello, Enemy! | BinHao [END]
Fanfiction"Bukannya makin deket sama Celline, malah dideketin gebetannya. Mana bisa kek gini anjir!" ••• Zidane yang baru saja diputuskan mantan pacarnya dengan beruntung dapat pindah ke sekolah mantannya dengan niat mendekatinya lagi. Tapi yang menjadi halan...