"Aqua... Akan menjadi aktor, ya? Sedangkan Ruby... Akan menjadi Idol? Oh iya, anak manis itu... [Name]-chan... Kalau bisa, aku ingin melihatnya menjadi Idol menemani Ruby... Ah, padahal aku ingin melihat kalian tumbuh dewasa dan memperhatikan kalian dari dekat... Aku juga... Masih ingin mengobrol banyak dengan [Name]-chan dan mendengar suara imutnya... Aku juga ingin mendengar suara nyanyiannya... Masih banyak yang ingin ku lakukan dengan kalian kesayanganku... T-tapi, sayangnya itu mustahil... Ah, benar juga. Aqua... Ruby... Aku mencintai kalian. D-dan juga, j-jika suatu saat kalian bertemu lagi dengan [Name]-chan... T-tolong sampaikan padanya kalau aku juga sangat menyayanginya walaupun kebersamaan kita masih kurang... Akhirnya... Akhirnya aku bisa mengatakannya... A-aku yakin, perkataanku kali ini bukanlah kebohongan."
Tiba-tiba terdengar suara Ai dalam kepalaku. Entah kenapa, aku jadi teringat kata-kata terakhirnya.
[Name], ya...? Sebenarnya, dia pergi ke panti mana? Dan kenapa Bibi [Last Name] merahasiakannya dari kami? Padahal Ruby sudah sangat merindukannya.
Beberapa hari setelah berkabung atas kepergian Ai, aku dan Ruby mencoba untuk mengunjungi [Name] ke rumahnya. Tapi Bibi [Last Name] bilang kalau [Name] sudah di pindahkan ke panti asuhan untuk menjauhkan [Name] dari Papanya. Dan saat kami bertanya nama pantinya, Bibi [Last Name] bersikeras untuk tetap merahasiakannya.
"Nee, Onii-chan... Apa menurutmu kita bisa bertemu dengan [Name]-chan lagi?" tanya Ruby dengan nadanya yang terdengar sendu.
Pertanyaan itu, dia sudah sangat sering menanyakannya. Rasanya sudah tak terhitung berapa kali dia menanyakan pertanyaan itu padaku.
Aku menghela napas jengah, "Mana ku tahu? Dan berhentilah menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, Ruby."
Ruby terlihat murung, "Habisnya, aku sangat rindu dengan [Name]-chan... Memangnya Onii-chan tidak rindu dengan [Name]-chan?"
Rindu, ya? Sama hal nya seperti Ruby, dulu aku juga sering menghabiskan banyak waktu bersamanya. Apalagi setelah kepergian Ai, aku semakin merasa hampa tanpa kehadirannya.
Apa itu bisa disebut 'rindu'?
"Entahlah." jawabku singkat tanpa melihat kearahnya.
●○●○●○●○●○●○●○●○
"[Name] desu. Yoroshiku onegaishimasu."
Mendengar nama yang terasa familiar, aku langsung menoleh kearah bangku yang berada di dua baris samping kananku.
Surai biru langit bercorak senja diujung rambutnya itu, dan netra berwarna senja itu, aku benar-benar mengenalinya.
Tidak salah lagi, dia [Full Name].
Saat kontak mata kami saling bertemu, dia langsung mengalihkan pandangannya.
Dia tidak mengingatku?
... Yah, mungkin saja. Lagipula itu wajar. Toh, sudah lama juga kan kami tidak saling bertemu?
Tapi kalau Ruby tahu bahwa orang yang selalu dicarinya ini tidak mengingatnya, dia pasti akan merasa sedih.
Hmm, ku rasa nanti aku akan coba bicara padanya untuk memastikan.
Selama jam pelajaran berlangsung, beberapa kali aku melirik kearahnya entah karena apa.
Beberapa kali melirik kearahnya, aku dapat merasakan sesuatu yang berbeda saat melihat tatapan matanya.
Tatapan matanya terlihat kosong dan hampa.
--Tapi tunggu... Kenapa aku malah memperhatikannya?
●○●○●○●○●○●○●○●○
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Blue Dandelions (Oshi no Ko x Reader)
Fiksi PenggemarBunga dandelion adalah bunga yang rapuh sekaligus kuat. Ia rapuh karena mudah terbawa arus angin, namun juga kuat karena tak hancur dan tetap utuh saat terbawa angin. Menjadi seperti bunga dandelion adalah keinginan gadis bernama [Full Name]. Walau...