**✿❀ 16 : Sisi Sebenarnya [2] ❀✿**

527 92 28
                                    

"Maaf, tapi aku lelah. Tolong biarkan aku sendiri."

Kuharap mereka akan mengerti dan segera meninggalkanku sendirian disini. Dengan begitu, aku akan melakukannya lagi sampai perasaanku jadi lebih lega. Aku juga tidak ingin, mereka menjadi incaran Papa jika Papa tahu kalau aku berteman dengan mereka.

Tapi apa-apaan ini? Kenapa mereka tidak beranjak sedikit pun? Tidak kah mereka mengerti? Aku perlu menenangkan diriku! Kumohon, mengertilah...

Aku mencoba memberikan tatapan tajam pada mereka satu per satu, "Tidak terdengar jelas kah? Tolong biarkan aku sendiri."

"Tidak mau!" Ruby menyahut dengan cepat.

Aku segera melayangkan tatapan tajam kearahnya dengan harapan dia merasa terintimidasi lalu pergi secepatnya dari sini.

Namun, lagi-lagi tak sesuai harapan. Walaupun kedua matanya nampak berkaca-kaca, dia menatap tegas kearahku.

"Ini aneh! Kau bukan [Name]-chan ku yang ku kenal! Pasti terjadi sesuatu kan?! Kau pasti tengah menutupi sesuatu kan?! Ceritakan saja semuanya! Akan ku dengarkan! Jadi, berhentilah bersikap seperti itu..." ucapnya dengan suara bergetar dan air mata yang mulai menetes.

Ah... Benar juga. Dia tidak tahu ya? Sekarang, inilah sifat asli ku. [Stage Name] hanyalah topeng yang dipenuhi kebohongan, dan inilah diriku yang sebenarnya.

"Aku yang selama ini kau kenal adalah diriku yang palsu. Inilah diriku yang sebenarnya. Bencilah aku dan pergilah dari sini. Kau tidak perlu menganggapku sebagai teman lagi mulai sekarang." ucapku dengan nada datar.

"AKU MEMANG TIDAK PERNAH MENGANGGAPMU SEBAGAI TEMAN, DASAR BODOH!" serunya dengan kedua tangan terkepal erat. Tapi aku tidak tahu bagaimana ekspresinya karena sebagian wajahnya tertutupi oleh poninya.

"Sejak dulu... Aku menganggapmu sebagai adikku--hiks--sejak kita berpisah... Sejak Mama tiada... A-aku--hiks--aku selalu mencarimu... Mama bilang... Mama bilang ingin melihat kita menjadi Idol... Hiks, aku juga, aku juga sangat ingin menjadi Idol bersama denganmu... Saat akhirnya kita bertemu lagi, aku--aku sangat senang--hiks... Tapi kenapa kau terus menjauh? Memangnya kau tidak merindukanku? Padahal aku pikir, kita bisa akrab seperti dulu lagi... Padahal aku ingin sering-sering memelukmu seperti dulu lagi... Aku juga ingin kita bekerja sama untuk menjahili Onii-chan seperti dulu... Aku--hiks--aku hanya ingin menghabiskan banyak waktu denganmu seperti dulu lagi..."

Jika aku boleh jujur dengan perasaanku, sebenarnya aku tersentuh dengan kata-katanya. Tak ku sangka dia benar-benar menganggapku sebagai adiknya. Dulu dia pernah bilang, dia ingin mengadopsiku sebagai adiknya. Tapi aku tidak pernah menyangka, kalau perkataannya adalah sebuah kesungguhan.

Kalau boleh jujur, aku juga merindukannya. Bagiku, Ruby adalah kakak perempuan yang manis dan sangat baik. Aku juga ingin memeluknya dengan erat dan menceritakan semua ini padanya. Aku sudah lelah memendamnya sendirian, tapi aku tidak ingin Ruby terlibat denganku hingga berakhir seperti mereka.

Aku tidak ingin kehilangan seseorang yang berarti bagiku lagi. Kalau aku sampai kehilangan lagi... Aku bahkan tidak yakin apakah aku masih sanggup bertahan atau tidak.

Ruby duduk di pinggiran kasur rumah sakit yang ku tempati. Kedua tangannya menggenggam tanganku, "[Name]-chan, kumohon... Jangan menyuruhku untuk pergi jauh darimu... Jangan menyuruhku untuk membencimu... Karena sampai kapan pun, aku tidak akan sanggup untuk melakukannya..."

"... Mana bisa seorang kakak membenci adik yang telah ia sayangi setulus hatinya?"

'Deg'

Kata-kata itu, senyuman lembut yang penuh ketulusan itu, kembali mengingatkanku pada sosok kakak perempuan yang telah pergi untuk selamanya karena kesalahanku.

Light Blue Dandelions (Oshi no Ko x Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang