Karena aku tidak ingin ada yang mengenaliku sebagai [Stage Name], aku keluar dari apartemenku sebagai [Name]. Untuk penampilan, seperti biasa, aku lebih memilih yang nyaman dan sederhana.
Hoodie berwarna cokelat susu dan celana jeans semata kaki. Tak lupa, aku mengikatkan pita putih pada belakang rambutku.
Niatnya aku ingin jalan-jalan sebentar sekaligus refresing setelah live streaming dan mengirimkan naskah buatanku.
Tapi aku juga tahu, akhirnya akan berakibat buruk pada mentalku jika aku keluar sebagai [Name].
Bisa dibilang, aku sudah menjadi terkenal. Tapi sayangnya bukan dalam artian baik.
"Hei, lihat itu! Dia si pembunuh itu kan?"
"Padahal dia terlihat seperti gadis baik-baik..."
"Ternyata dia masih berani menampakkan diri ya."
"Dasar tidak tahu malu."
"Gadis gila."
"Kenapa dia tidak dihukum mati saja sih?"
"Mungkin karena masih dibawah umur."
"Lihat. Dia bahkan tidak terlihat menyesal sama sekali."
"Pembunuh berdarah dingin ya? Mengerikan..."
Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa mendengarnya. Lagipula, apa yang mereka katakan memang benar. Secara tidak langsung, aku telah membunuh banyak orang dan menorehkan luka fisik dan batin pada banyak orang.
Aku memang pantas menerima semua perkataan ini.
"K-kau--..."
Aku menghentikan langkah dan menoleh kearah asal suara begitu mendengar ada orang yang sepertinya memanggilku dengan suara tertahan.
'Deg'
Itu kan... Ibunya Nee-chan...?
Tanpa ku duga, Ibunya Nee-chan berlari kearahku dengan membawa sebilah pisau ditangannya.
"PEMBUNUH! KEMBALIKAN PUTRIKU, SIALAN! KENAPA KAU TEGA MEMBUNUHNYA? PADAHAL DIA--PADAHAL DIA RELA MENGANGGAPMU SEBAGAI ADIK KANDUNGNYA!"
Berkali-kali pisau itu hampir menusuk tubuhku. Tapi karena ada yang menahan pergerakannya, pisau itu hanya menggores wajah dan beberapa bagian tubuhku yang lainnya. Walaupun sepertinya luka goresan nya cukup dalam sih...
"Maaf..." hanya itu yang bisa ku katakan.
Padahal pelakunya bukan aku, tapi Papa. Tapi aku juga tidak bisa mengatakannya. Karena secara tidak langsung, aku lah yang telah membuat Papa melakukan hal mengerikan itu pada Nee-chan.
Ini memang salahku. Aku pantas menerima semua ini.
"KENAPA MASIH DISINI, HAH? CEPAT PERGI!" bentak pria yang sepertinya adalah Ayahnya Nee-chan.
"Maaf..." ucapku entah untuk yang ke berapa kalinya.
Ibu itu terdiam. Ia menatapku dengan tatapan kosongnya, "Kau mau ku maafkan? Tentu. Aku bisa memaafkanmu..."
Kata-katanya menggantung, dan tatapan nya berubah menjadi tatapan penuh kebencian dengan seringai menyeramkan yang sama seperti Papa,
"Kalau kau mau ku maafkan... Kau harus hidup dengan segala penderitaan yang lebih buruk dari kematian." ucapnya dengan suara lirih juga seringai yang semakin melebar.
Tubuhku terasa membeku. Ucapan itu, tatapan itu, juga seringai mengerikan itu, entah sudah berapa kali semua itu terputar dalam ingatanku. Tapi tetap saja, rasanya aku masih belum terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Blue Dandelions (Oshi no Ko x Reader)
FanfictionBunga dandelion adalah bunga yang rapuh sekaligus kuat. Ia rapuh karena mudah terbawa arus angin, namun juga kuat karena tak hancur dan tetap utuh saat terbawa angin. Menjadi seperti bunga dandelion adalah keinginan gadis bernama [Full Name]. Walau...