[] EIGHTEEN 🐊

5 2 0
                                    

T H E Y O U T H C R I M E

18

HARI TERAKHIR PTS diwarnai dengan senyum bahagia dari seluruh siswa, bukan hanya mengakhiri belajar yang melelahkan tetapi juga menantikan libur panjang akhir semester satu.

Para guru merayakan hari terakhir dengan merencanakan jalan-jalan mengelilingi Jawa.

Adelia masih dengan membawa buku sejarah yang belum ia kembalikan sedang duduk bersama duo fotografer, Baskara dan Vincent. Mereka bertiga saling membicarakan perihal hasil PTS serta apa saja mata pelajaran yang kemungkinan mendapatkan nilai dibawah KKM alias remidial.

"Fisika sudah pasti, apalagi matematika!" sahut Vincent melipat tangannya dibelakang leher dan bersandar pada pohon pulai.

"Bahasa Inggris! Nilaiku pasti jeblok di bidang itu!" celetuk Baskara saat ia sedang sibuk-sibuknya memotret sekumpulan siswi yang berjalan sambil bergandengan tangan.

"Adel, bagaimana denganmu? Adelia?"

Ketika namanya disebut barulah Adelia tersadar dari lamunannya, entah sedang memikirkan apa. Ia menjawab dengan sedikit terbata-bata. "Aku optimis tidak akan remidi di semua mata pelajaran!"

"Ah, kamu terlalu percaya diri. Coba renungkan dulu apa saja pelajaran tersulit yang bisa membuatmu harus ikut remidi," tukas Vincent yang asyik mengunyah permen karet.

"Menurutku tidak ada. Sama sekali tidak, aku sangat berharap begitu."

"Adel, jujur saja pada kami. Kenapa kamu murung begitu? Wajahmu seperti habis ditolak oleh orang yang sangat kamu cintai! Eh, tidak mungkin kan?"

Adelia memutarkan bola mata beberapa derajat tanda ia cukup kesal. "Huh, mana ada lelaki yang mau berpacaran dengan gadis hitam sepertiku?"


"Ah, itu kan cuma pendapatmu saja. Siapa tahu ada laki-laki yang tertarik denganmu."

"Katakan saja bahwa kamu suka sama Adelia kan, Bas?"

"Hei, apa kau bilang?! Mulutmu itu ya seperti keran bocor!"

Mahendra mendekati perempuan berambut ikal yang sedang terduduk lemas dibawah pohon pulai.

"Halo, anak-anak. Kalian Vincent dan Baskara ya? Bapak dengar-dengar kalian suka sekali memotret sampai bawa kamera DSLR segala."

"Halo, Pak Hendra. Iya, itu benar. Apalagi si Baskara ini selain suka memotret dia juga suka gadis yang duduk di-" Baskara membekap mulut lelaki berkacamata itu hingga napasnya megap-megap sebab pasokan oksigen dicegah masuk oleh tangan kotor milik Baskara. "Diam, keran bocor!"

"Tanganmu kotor, bekas makan sambal terasi ya?! Ih, jijik!"

"Oh, ada Adelia. Bagaimana perasaan kamu setelah PTS? Kamu kelihatan murung. Jangan-jangan cintamu habis ditolak?"

"Pak. Saya sudah dua kali mendapat pertanyaan yang sama. Saya bukan lagi ditolak atau diputusin pacar! Saya cuma ... khawatir."

"Khawatir kenapa, Adel? Ayo, ceritakan saja sama Bapak. Ini rahasia ya, cuma kamu dan Bapak yang tahu."

"Pak, kami tetap bisa mendengar lho. Izinkan kami ikut mendengarkan sebagai teman yang baik untuk Adel!"

𝐓𝐇𝐄 𝐘𝐎𝐔𝐓𝐇 𝐂𝐑𝐈𝐌𝐄 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang