T H E Y O U T H C R I M E
28
LAHIRNYA ANAK ke dunia dibarengi dengan kebahagiaan orang tua tetapi tidak diikuti dengan kondisi finansial yang makin merosot. Isi dompet menipis ditambah lagi pemasukan kembang kempis. Kalau sudah begini ujung-ujungnya anak yang akan dijadikan sumber masalah tiada akhir.
Jeruji besi yang kerap dipandang sebagai area terisolasi dan sedingin es kutub memang demikian adanya tetapi itu tidak cocok bagi para penghuni lapas koruptor yang sudah terkenal karena uang bisa membeli segalanya termasuk penjara berkualitas hotel atau sekelas penginapan VIP khusus untuk pejabat kaya raya. Makanan mewah? Barang-barang super mahal? Semua itu bisa didapat secara gratis dengan duduk manis-manis. Syaratnya ada dua. Lakukan kejahatan dan dompet harus tebal. Di jamin seratus persen bukan mimpi lagi. Mimpi itu akan hadir di dunia nyata.
Makanan penjara bagi tahanan biasa, nasi putih dengan lauk seadanya. Jayadi duduk sendirian diantara sel penjara sebagai satu-satunya tahanan termuda itu tidak mempermasalahkan makanan apa yang disajikan untuknya terlebih selama di sini ia bisa dengan mudah makan nasi dengan ayam goreng kesukaannya daripada di rumah. Tiap kali menghabiskan makanan pasti ia membalikkan mangkuk kecil yang digenggamnya dan tertempel sebuah kertas. Berisi tulisan:
"Ayam gorengnya untuk kamu. Pak Hendra."
Entah mengapa tiap kali membaca itu memori Jayadi kembali terulang pada pertemuan pertamanya dengan penyidik kepolisian di sebuah warung makan disebabkan karena kejadian yang tak diinginkan. Kalau diingat-ingat lagi ia memang bodoh hingga hampir saja melakukan bunuh diri secara sengaja. Namun, mengapa Mahendra tidak pernah bilang padanya kalau ia bodoh bahkan sampai membunuh orang? Percakapan ini sempat dilakukannya seminggu lalu ketika sedang berolahraga di area lapangan penjara bersama tahanan lain.
Jayadi memulai percakapan pagi hari itu di lapangan penjara yang dipenuhi oleh para tahanan lain. Ia meluruskan kakinya yang sedikit kaku sambil berjingkrak dihadapan Mahendra.
"Pak. Orang tua saya sering bilang kalau saya itu bodoh dan tidak bisa apa-apa. Saya berpikir kalau memang benar saya bodoh kenapa saya tidak pernah mendengar Bapak bilang bodoh?"
"Adi. Ketahuilah tidak ada anak yang benar-benar bodoh atau pintar. Di dunia ini kedua anggapan itu sekadar penilaian belaka yang bersifat sementara. Bapak mau tanya, apa kamu merasa tersakiti setelah dikatakan bodoh oleh orang tuamu?"
"Jujur, rasanya saya ingin mati saja, Pak. Kalau saya lahir di sini tapi tidak ada gunanya maka untuk apa saya hidup?"
"Untuk menjadi polisi seperti Bapak. Benar kan, Adi? Kamu pernah bilang begitu. Semua orang adalah sama, sama-sama harus belajar. Tidak ada bodoh atau pintar, intinya belajar dan belajar. Omong-omong kamu harus makan ayam goreng yang banyak supaya tinggi ya!"
"Siap, Pak!" Jayadi dengan cengengesan mengangguk pelan mendengar ceramah dari Mahendra dan kembali berlari-lari kecil. Anak itu sudah berbeda ketimbang tiga minggu yang lalu.
***
Mahendra berdiri di depan papan tulis seraya menjelaskan tentang materi Bahasa Indonesia yang kini tinggal menyisakan dua bab lagi.
"Sekarang anak-anak bahkan sudah bisa mencari uang sendiri dengan paksaan dari orang tuanya yang tidak disadari mereka akan melahap semua ajaran-ajaran dari luar tanpa saringan informasi yang kuat. Ini jelas berbahaya."
Adelia tersenyum ketika menatap papan kayu di ruang guru. Ia baru saja diberi tahu oleh sang kepala sekolah perihal informasi bahwa dirinya berhasil menduduki kursi Ten Angels posisi ke sembilan. Yah, ini adalah langkah kecil menuju peringkat tertinggi. Target tahun ini ialah peringkat paling pertama yang masih dipegang oleh Aksan.
Latihan untuk persiapan OSN 2019 dilakukan di bimbel LOSECO yang telah menjadi langganan bagi para siswa-siswi SMANJA.
Adelia melirik sebentar ke arah Aksan yang sedang membayar beratus-ratus ribu rupiah ke salah satu petugas bimbel dan menerima tumpukan kertas entah apa isinya. Adelia berjalan mendekati lelaki itu untuk mencari tahu soal itu.
"San, kertas apa itu?"
"Kenapa kau ingin tahu?"
"Aku cuma bertanya kok! Memangnya kertas apa itu? Latihan soal?"
"Latihan soal dan juga ... kunci jawaban. Bye."
"Cih, sombong amat. Tapi kenapa dia harus membayar uang dengan nominal sebanyak itu? Ah, tidak ada gunanya untuk dipikirkan."
Latihan OSN masing-masing bidang terbagi jadi dua sesi, satu sesi selama dua jam dengan istirahat lima belas menit. Persiapan mengikuti olimpiade ini wajib dihadiri oleh semua peserta yang berlangsung selama tiga puluh hari. Omong-omong Adelia memiliki pengalaman ketika mengikuti OSN bidang pelajaran IPA di sekolah dulunya yang berada di pelosok desa daerah Maluku. Tinggal di tempat yang terpencil seperti itu tentu saja menghambat proses latihan bukan? Tenaga pendidik di sana juga tidak terlalu memikirkan persiapan peserta didik untuk mengikuti OSN, diharapkan untuk belajar secara mandiri.
Itulah mengapa daerah terpencil di wilayah Timur Indonesia sangat sedikit menyumbangkan medali OSN yang kebanyakan berfokus di wilayah metropolitan yaitu di pulau Jawa. Kenyataan pahit memang bahwa pendidikan sekarang masih dipandang sebagai sesuatu yang mahal, urusan gedung-gedung sekolah yang layak juga masih bermasalah di Indonesia. Pemerataan pendidikan kurang maksimal dengan aksi pemerintah sebagian besar hanya fokus di pulau Jawa dan sekitarnya. Jangan heran banyak anak-anak putus sekolah.
Mahendra menatap sebuah bangunan tinggi yang bersebelahan dengan SMANJA. Itu adalah bangunan terbengkalai yang sudah lama tidak dipakai setelah kejadian kebakaran yang sempat melanda area tersebut di tahun 1999 silam, mirip seperti Perumahan Tua. Dia selalu bertanya-tanya kenapa bangunan tidak layak huni itu tidak dirobohkan saja dan diubah menjadi taman kota atau fasilitas penunjang lainnya yang pasti lebih baik daripada dibiarkan seperti itu.
Menurut rumor dari masyarakat setempat, bangunan itu kini dimiliki oleh Martinus selaku kepala sekolah SMANJA yang memegang penuh keberadaan bangunan tersebut. Alasan kenapa tidak dirobohkan hingga kini karena bangunan tersebut digunakan sebagai markas rahasia yang sebenarnya tempat pembuangan sampah sekolah. Dari mulut ke mulut masyarakat juga mengatakan bahwa kadang Martinus kerap mendatangi bangunan tersebut untuk mengecek kondisi bangunan yang tidak pernah dibersihkan itu.
Mahendra meluncur sebentar ke area depan bangunan yang sudah tidak rawat huni. Beberapa petugas kebersihan tampak mengumpulkan sampah-sampah sekolah yang menimbulkan aroma tidak sedap. Dia sempat bertanya dengan petugas di situ dan menjawab dengan singkat bahwa bangunan itu sesuai yang dirumorkan oleh masyarakat sebagai tempat penampungan sampah sementara. Namun, kenapa harus di situ?
"Di sini kami lebih mudah mendapat barang rongsokan. Apalagi Pak Martinus sangat bermurah hati sampai memberi kami gaji untuk membersihkan sampah di sini setiap hari."
Martinus rupanya sangat baik mengelola bangunan yang tidak terpakai itu hingga dipakai sebagai area penampungan sampah. Omong-omong Mahendra melirik sebentar ke arah dinding marmer SMANJA yang menyatu dengan bagian kiri bangunan tersebut. Tampak bersih dan kokoh seperti baru saja dibangun. Entah apa fungsi dari keberadaan dinding baru tersebut, intinya Mahendra tidak mau tahu menahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐘𝐎𝐔𝐓𝐇 𝐂𝐑𝐈𝐌𝐄 ✓
ActionStart : 30 Desember 2022 Tamat : 07 Agustus 2023 Pagi-pagi jadi siswa teladan, malam-malam jadi target buronan. *** Remaja, fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa dengan dua ciri khusus, agresif & kompetitif. Jangan mudah terkecoh dengan s...