[] THIRTY-SIX 🐊

5 0 0
                                    

T H E Y O U T H C R I M E

36

Mainkan audio di atas untuk pengalaman membaca yang berkesan.

PERTAMA KALI Aksan menangis ketika ia dilahirkan ke dunia. Namun, saat itu tiada buliran air mata yang jatuh. Kini ia tanpa sadar menangis untuk yang kedua kali.

Seusai insiden penggrebekan LOSECO oleh pihak instansi pemerintah yang bekerja sama dengan presiden bersama pihak kepolisian yang berhasil membongkar kebobrokan SMANJA terkait perbudakan dan kekerasan anak. Dan ditemukan juga praktik korupsi berupa pungutan liar yang tidak masuk akal dan akhirnya memaksa anak-anak untuk melakukan tindakan di luar nalar demi sesuap nasi.

"Low Student Company atau biasa disingkat LOSECO adalah perusahaan bimbingan belajar dibawah kekuasaan Martinus Stefanus selaku Kepala Sekolah SMA Nasional Jakarta yang kini masih dalam status buronan dan asisten pribadi berinisial S telah berhasil diamankan. LOSECO ternyata memanfaatkan popularitas dan kredibilitas SMANJA untuk melabelkan diri sebagai bimbel ekslusif yang membagikan kunci jawaban ujian nasional, OSN bahkan olimpiade internasional lewat uang. Perusahaan ini sudah berjalan selama delapan tahun dari 2011 dan rupanya bekerja sama dengan seorang polisi untuk menyembunyikan rahasia yang ditutup-tutupi dengan sangat rapi. Kasus ini menarik perhatian dan atensi publik yang luar biasa. Saat ini tim penyidik sedang mendalami ...."

"Ayah dengar itu?"

Aksan berdiri kaku di ruang tamu seraya mencari siaran berita televisi yang menampilkan berita trending. Foto Martinus terpampang jelas di layar televisi sebagai target buronan yang harus ditangkap.

"Ya? Terus kenapa?" Dengan perasaan bersalah yang ditutup-tutupi, Martinus masih berlagak keras terhadap anaknya.


"Ayah, kalau boleh jujur, ini pertama kalinya Aksan bisa leluasa berkomunikasi karena Ayah selalu tidak punya waktu bicara buat Aksan."

Martinus mengepalkan tangan, sudah pasti ia akan membela diri. "Kamu itu tidak punya perasaan—"

"Aku punya perasaan!"

Aksan mengatur napasnya yang kian bergemuruh.

"Ayah, apa Ayah tahu bagaimana kondisi hatiku? Aku memang tidak pernah bercerita karena aku tahu, Ayah pun tidak akan pernah ingin mendengar ceritaku. Semenjak Ayah membuat perusahaan LOSECO bersama para bajingan itu, aku benar-benar tidak pernah diperhatikan kecuali Ibu. Hanya dia yang bisa mengerti tentangku."

Aksan menatap langit, sang ayah terdiam seribu bahasa.

"Selama 12 tahun, selama itulah aku memendam segala rasa sakit. Aku makin sakit lagi ketika terpaksa melihat anak-anak yang sejatinya kurang mampu tetapi orang tuanya memilih dengan mendaftar di LOSECO maka nilai sang anak akan lebih baik karena bisa membeli kunci jawaban hanya dengan uang. Tapi perlahan-lahan keuangan mereka makin membengkak setelah pihak bimbel meminta bayaran yang tidak masuk akal. Kenapa aku bisa tahu? Karena Ayah juga mendaftarkan aku ke sana. Otomatis aku sadar apa yang sedang mereka lakukan terhadap anak-anak itu!"

Martinus hendak membela diri seperti apa yang biasa dilakukan olehnya tetapi kali ini ia telah disiram oleh lautan fakta.

Aksan menjatuhkan air matanya, ia menangis terisak-isak. "Tapi kenapa ... kenapa ... Ayah tidak mau mendengar omonganku?! Kenapa ... kenapa Ayah tidak bisa memahami aku?!"


"Aku menangis bukan karena aku lemah tapi ... aku sudah dewasa dan bukan anak kecil lagi. Aku tahu bagaimana sakitnya anak-anak itu ketika terpaksa melakukan tindakan kriminalitas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Selama ini aku takut, Ayah. Aku takut kalau aku menolak perintah Ayah untuk mencari uang di watchsatan.com dan menggunakan pacaran sebagai bisnis cinta. Aku sudah tidak kuat lagi ...."

"Aku butuh orang lain untuk bercerita tentang masalahku, aku tahu masih ada orang terdekat tapi aku menyadari bahwa orang-orang terdekat pun tidak akan ada yang mau mendengar masalahku! Tidak ada! Tidak ada!"

PUK!

Martinus memeluk Aksan erat-erat, ia  baru sadar bahwa posisinya sebagai sosok Ayah benar-benar kurang di mata sang anak dan begitu menyesali segala tindakan kekerasan selama ini. Martinus menutup matanya seraya merasakan gejolak emosi Aksan.

"Ayah minta maaf, San."

Aksan melepaskan diri dari pelukan dingin itu.

"Ayah tidak perlu minta maaf denganku tapi minta maaflah kepada anak-anak yang sudah tersiksa gara-gara mendaftar di LOSECO! Ayah harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi,, bukannya lari!"

NINU! NINU! NINU! NINU!

"Pak Martinus Stefanus, Anda ditangkap."

Penangkapan Martinus berlangsung dramatis, sang istri yang baru saja datang dari berbelanja mendadak terkejut dan menangis di pelukan suami bersama Aksan. Mahendra yang juga melihat hal tersebut benar-benar tidak tahu apa yang dirasakan oleh Aksan sebagai anak tunggal yang harus merasakan semua itu.

Melihat kondisi Aksan yang belum benar-benar stabil pasca jatuh dari Lawang Sewu, ia dibawa ke rumah sakit terdekat ditemani dengan sang ibu untuk pengobatan mental dan psikis anak. Selama di perjalanan, air matanya tidak henti-hentinya jatuh menatap langit kelabu tanpa kehadiran mentari.

Adelia sedang dirawat di rumah sakit untuk menjalani pengobatan mental dan luka dalam. Ia dijenguk oleh teman-teman sekelasnya yang tidak begitu akrab dan sontak tersenyum tatkala kedatangan lelaki bertubuh tegap dengan aroma miras.

'"Halo, Adel. Masih ingat aku?"

"Hai, T-Rex."

"Sekarang kamu tidak perlu memikirkan keuangan tentang miras, cukup fokus dengan kesehatanmu."

Mahendra mengecek kondisi Adelia yang sedang dijenguk oleh sesosok pria. Setelah berkenalan singkat, Adelia seketika menangis. 

"Pak, saya mau cerita. Ini tentang LOSECO ...."

"Saya benar-benar merasa bersalah, Pak! Semua medali, piala dan piagam yang saya dapatkan dari OSN dan Lithuania itu ... tidak membuat saya bangga! Malah jadi bumerang yang sangat ketakutan karena setiap kali saya melihat itu seolah mengingatkan saya akan beragam kebohongan yang telah saya perbuat. Saya ... saya ... sudah gila!"

Mahendra membiarkan Adelia masuk dalam dekapannya untuk memberikan kehangatan, anak-anak banyak menangis hari ini. Hati mereka benar-benar hancur. Namun, hidup layaknya roller coaster. Semoga dengan hadirnya hati yang hancur selalu mengingatkan anak-anak untuk menjadi sosok yang lebih kuat dari kemarin.

𝐓𝐇𝐄 𝐘𝐎𝐔𝐓𝐇 𝐂𝐑𝐈𝐌𝐄 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang