💐 Lotus

167 33 25
                                        

“Menangkan medali emas untukku,” ucap Verena sambil memberikan preserved flowers sebagai jimat keberuntungan.

“Bukankah ini bunga lotus?”

“Ternyata kau mengetahuinya.”

“Tentu saja. Ini kan bunga favoritmu.” Verena tersenyum. Ia suka saat Galen mengingat hal-hal kecil tentang dirinya.

“Lotus merah memiliki arti keberuntungan. Aku sengaja memilih kuncup yang belum mekar sepenuhnya agar tak terlalu besar. Aku juga sudah menambahkan sihir pada bunga ini agar kau menang.”

“Baiklah penyihir manisku, terima kasih. Aku pasti akan membawa pulang medali emas untukmu.”

Galen memeluk Verena sambil mencium puncak kepalanya. “Jaga dirimu baik-baik, jangan biarkan laki-laki lain mendekatimu.”

Tawa Verena pecah. “Justru kau yang harus jaga diri. Apa kau tidak tahu berapa banyak wanita yang mengantri ingin memilikimu?”

“Itu tidak akan terjadi karena aku selamanya milikmu.” Galen mengurai pelukannya, dan saat itulah Verena melihat aura Galen yang meredup. Padahal beberapa detik lalu auranya masih terlihat cerah.

Perasaan Verena mendadak tidak enak.

“Galen, coba pegang lotus yang tadi aku berikan.”

Galen mengerutkan dahi bingung, tapi ia tetap melakulan apa yang Verena suruh. Ia keluarkan lotus itu dari dalam sakunya, kemudian ia pegang erat dengan tangan kanannya. Beberapa detik kemudian Verena merebutnya.

“Mungkin hanya perasaanku saja,” gumam Verena. Lotus yang ada di tangannya tak berubah sedikit pun. Meski bunga itu telah diawetkan dengan teknik rehidrasi, tapi tetap akan berubah saat seseorang dengan perasaan negatif memegangnya.

“Ada apa?”

Verena menggeleng. “Bukan apa-apa. Aku hanya sedang menambah sihirku,” guraunya sambil mengembalikan lotus ke tangan Galen.

“Ada-ada saja kau ini.” Galen melirik jam di tangannya. Sudah waktunya untuk berangkat kalau ia tidak mau ketinggalan pesawat.

“Aku berangkat Ve. Aku akan menghubungi saat sudah sampai di penginapan.” Galen memberikan kecupan singkat lalu berangkat menggunakan snowcar miliknya, meninggalkan Verena sendirian yang termangu menatap kepergiannya.

“Padahal ini bukan pertama kalinya dia pergi, tapi kenapa perasaanku tidak enak begini?” Verena meremas dadanya. Ia tiba-tiba teringat pada kecelakaan pesawat yang dialami kedua orang tuanya beberapa tahun lalu.

Tuhan, Dewa, atau apapun sebutannya. Tolong lindungi Galen.

Setengah jam kemudian Verena pulang ke rumahnya sendiri. Luke sedang membaca buku sambil menjaga toko saat ia tiba di sana.

“Galen sudah berangkat?”

“Ya.” Verena menjawab lesu.

Luke memperhatikan gerak gerik kakaknya serta raut wajahnya yang muram. Tidak biasanya Verena terlihat seperti itu saat Galen pergi. Apa terjadi sesuatu?

“Ada apa? Kau terlihat sangat sedih.” Luke membenarkan letak kacamatanya dan menatap Verena penasaran.

“Tentu saja sedih. Galen baru saja pergi meninggalkanku tahu!”

“Dia hanya pergi beberapa minggu kenapa wajahmu sangat muram seolah dia akan pergi selamanya?”

“Tidak tahu, rasanya kali ini aku tidak ingin melepasnya.”

Luke mendengus. “Padahal saat aku pergi kau tidak terlihat sedih sama sekali.”

“Kau hanya pergi dua minggu.”

Virgo: A Kind of Magic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang