Epilog

155 23 41
                                    

Verena membuka kedua matanya perlahan. Orang-orang di sekitarnya memekik kaget dan menunjukkan kelegaan yang luar biasa. Ia melihat Anne menggenggam tangannya, juga Gareth dan Rusell di sisi lain tempat tidur.

“Nona, untunglah anda selamat. Saya tidak tahu harus bagaimana kalau sampai terjadi apa-apa pada nona,” kata Anne. Untuk pertama kalinya ia terlihat seperti manusia yang memiliki emosi.

“Aku tidak apa-apa Anne.” Kemudian Verena bangun dan duduk bersandar pada punggung tempat tidur.

Ia menatap Gareth. Pria ia tampak kacau, ia bisa melihat ketakutan luar biasa yang memancar sangat jelas, serta rasa bersalah yang teramat.

“Ve ... aku ... aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku rasa itu salahku, aku minta maaf, sungguh aku minta maaf Ve.” Ketakutan yang menyelimuti Gareth membuatnya kesusahan merangkai kata.

“Tidak, ini bukan salahmu,” jawab Verena. “Kau tidak tahu kalau racun itu akan berbalik menyerangku.”

Sebenarnya selama Verena tak sadarkan diri ia bermimpi bertemu dengan seseorang yang serupa dengannya, mungkin itu alam bawah sadarnya atau dirinya yang lain, entahlah Verena tak yakin. Orang itu memberitahu tentang kekuatan Verena. Katanya Verena memiliki satu pantangan besar yang tidak boleh ia langgar, yaitu berbuat jahat atau sekedar memiliki niat jahat. Jika Verena melanggar maka akan ada konsekuensi besar yang harus diterimanya.

Niat jahat adalah salah satu perasaan negatif yang akan membuat auranya berwarna gelap. Semakin gelap aura yang dimilikinya, Verena akan semakin jauh dari kebenaran dan itu bisa membuat kehilangan nyawa sebab aura gelap itu akan menghabisinya perlahan. Sedangkan perbuatan jahat yang ia lakukan apapun bentuknya, akan kembali menyerang dirinya. Jika Verena membunuh seseorang, bukan orang itu yang akan mati melainkan Verena sendiri. Jika Verena memukul seseorang, dirinya lah yang akan merasakan sakit di tempat dimana ia memukulnya.

“Kali ini kau selamat karena tubuhmu kebal terhadap racun bunga, tapi kalau yang kau minum adalah racun lain kau pasti akan mengenaskan.”

Verena mendesah. Sungguh kekuatan yang cukup merepotkan.

“Kau tahu kenapa dirimu memiliki tanda lahir Virgo?” tanyanya saat itu. Verena merasa aneh mendapatkan pertanyaan dari orang yang serupa dengannya.

“Meski secara teknis bulan lahirmu bukan Virgo, tapi kau adalah simbol dari Virgo itu sendiri.”

Verena mengernyit tak mengerti, tapi orang itu hanya tersenyum lalu menghilang bagai debu yang tertiup angin.

“Omong-omong sejak kapan kau ada di sini? Jam berapa sekarang?” Tatapan Verena beralih pada Rusell. Wajahnya datar, tapi Verena tahu ada kekhawatiran yang terselip di sana.

“Sekarang sudah malan. Kau tak sadarkan diri selama berjam-jam. Aku ke sini tadi siang dan terkejut ketika mendengar apa yang terjadi padamu.”

Pria itu membenarkan letak kacamatanya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya. Setangkai bunga hawthrone ia perlihat pada Verena. Bunga itu sudah tak secantik sebelumnya, ia kehilangan cahayanya dan sedikit layu.

“Maaf, aku lupa menyimpan bunga pemberianmu ke dalam vas, dan bunganya jadi layu.”

Verena terdiam. Rupanya kalau ia tak sadarkan diri bunga-bunga yang sudah ia beri kekuatan akan kehilangan kekuatannya dan jadi layu.

“Aku akan memberimu bunga baru,” kata Verena. Lalu ia menyuruh Anne menyiapkan makanan karena perutnya sangat lapar.

Kini tinggal Gareth dan Rusell yang tersisa di kamarnya. Gareth terlihat canggung, sedangkan Rusell biasa saja. Sepertinya dia bukan tipe orang yang mau repot-repot memikirkan pendapat orang lain.

Virgo: A Kind of Magic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang