💐 Snowdrop

99 27 14
                                    

Verena menemukan preserved flowers yang pernah diberikannya pada Galen kini sudah dalam keadaan membusuk. Padahal baru satu bulan, seharusnya lotus itu bisa bertahan bertahun-tahun.

Tak hanya itu, bunga-bunga segar yang ia bawakan untuk Galen pun jadi cepat layu bahkan membusuk hanya dalam hitungan hari. Dua hari lalu ia membawa white carnation—bunga favorit Galen—dan kondisi bunga itu kini sudah berwarna coklat. Verena menggantinya dengan bunga snowdrop.

Dalam bahasa bunga, snowdrop diyakini dapat membawa harapan baik serta keberuntungan. Selain itu bunga yang dijuluki tetesan salju ini melambangkan penghiburan serta simpati.

Verena harap Galen cepat pulih, atau paling tidak perasaannya bisa sedikit demi sedikit membaik. Ia tak tahu sampai kapan, karena sampai detik ini aura Galen masih sama pekatnya.

“Apa ada sesuatu yang ingin kau makan? Aku akan membawanya nanti malam. Aku mungkin sibuk, jadi aku akan menyuruh Anne untuk mengantarnya.”

Galen tak menjawab. Pandangannya lurus ke arah televisi yang sedang menayangkan salah satu film. Meski begitu pikirannya melanglang buana entah kemana.

“Galen?” Verena menyentuh punggung tangannya. Lelaki itu menoleh, tapi tak mengatakan apapun. Rupanya sudah seperti orang mati. Ia kehilangan warna pada wajahnya, pun dengan hidupnya.

“Apa kau mau makan sesuatu?” Verena mengulang pertanyaannya.

“Tidak,” jawab Galen singkat.

“Tapi kau belum memakan apapun sejak semalam. Bagaimana jika kau sakit?”

Galen kembali diam.

“Tadi aku membawakanmu sandwich. Makanlah sedikit walau aku tahu kau tidak nafsu makan, tapi tubuhmu tetap memerlukan nutrisi.”

Verena berdiri. Ia harus kembali ke toko karena ada pesanan menumpuk yang harus ia kerjakan.

“Aku harus pergi. Telepon aku jika ada apa-apa.”

“Iya.” Galen membiarkan Verena pergi dari rumahnya. Setelah wanita itu pergi, ia mematikan televisi dan berdiri memandang jendela.

Salju sedang turun cukup lebat. Ia tak pernah melihat salju selebat ini sebelumnya. Entah salju di Britia memang tak selebat ini, atau karena ia lebih sering menghabiskan waktunya di dalam ruangan.

Ya, sesungguhnya lelaki yang sedang berdiri menghadap jendela itu adalah Gareth Northug yang kini menjalani hidup sebagai saudara kembarnya—Galen Northug—Dia bukanlah atlet ski, melainkan salah satu dokter ternama yang lebih sering menghabiskan waktu di ruang operasi atau laboratorium, bukan menjelajahi bukit-bukit bersalju dengan papan seluncur.

Ini adalah kali pertamanya ia menginjakkan kaki di Longnightbyen. Sebelumnya ia tak pernah mau datang kemari. Selain karena letaknya yang jauh, ia tak punya waktu untuk melakukannya. Pekerjaannya sebagai dokter menyita penuh waktu dan tenaganya. Ia bahkan jarang punya waktu untuk dirinya sendiri.

“Bisakah aku terus hidup sebagai dirimu Galen?” Lelaki itu menggumam, lalu melamun lagi. Tak ada siapapun yang lewat di luar sana. Tempat itu terlalu sepi seperti perasingan, tapi rasanya benar-benar cocok untuk 'Galen Northug' yang sekarang.

Gareth balik badan, berjalan beberapa langkah hingga sudut matanya tak sengaja menangkan bunga snowdrop segar di dalam vas. Ia mendekatinya dan menyentuh salah satu bunganya. Namun sama seperti bunga camelia sebelumnya, bunga itu tiba-tiba layu.

“Apa sekarang aku dibenci oleh bunga? Atau aku telah dikutuk karena dosa-dosaku?” Gareth tersenyum pahit. Ia ambil salah satu tangkai snowdrop, dan membawanya keluar.

Virgo: A Kind of Magic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang