Lembar dua puluh sembilan

525 66 64
                                    


Seharusnya, waktu tujuh tahun adalah jarak yang cukup jauh untuk membuat kehidupan seseorang banyak berubah. Entah itu dari penampilan dan fisik. Keadaan status ataupun segala keseharian orang tersebut. Sebab kurun waktu terus berjalan, membawa seseorang datang dan pergi. Melukis kenangan baru. Juga meninggalkan kenangan yang sudah lama.

Begitu pula dengan Jeon. Pria dewasa yang kini berstatus sebagai seorang Ayah. Memiliki satu putri cantik yang pintar dan cerdas. Hari-hari nya menjadi lebih berwarna dan ramai. Di impasi oleh si cantik yang lincah di setiap detiknya.

Seperti saat ini, dimana dia yang baru saja turun dari lantai atas menuju meja makan. Di ekori satu gadis kecil yang memiliki rupa seperti dirinya. Hampir sama tapi di versi seorang perempuan. Tersenyum lebar dengan dua gigi kelinci yang menyembul keluar malu-malu.

"Selamat pagi, Ayah, Ibu."
Sapa Jeon.

"Pagi Nak / pagi sayang."
Jawab Tuan Dan Nyonya Jeon serempak. Pelan, namun masih bisa di dengan Jeon begitu jelas.

"Selamat pagi, Nenek! Kakek!"

Lengkingan suara cempreng khas gadis kecil itu memecah hening meja makan. Membuat ketiga orang dewasa di sana terkekeh halus sebagai respon. Lalu, mereka melakukan sarapan bersama.

"Makan yang banyak, sayang. Kamu perlu energi untuk kegiatanmu."

"Siap, Ibu ratu!"

Gelak tawa kembali terdengar. Jeon mulai meraih dua lembar roti dan mengoleskan slai kesukaan putrinya di sana. Tidak lupa segelas susu dan beberapa potong buah-buahan.

"Makan dengan baik dan sehat membuat daya tahan tubuh mu kuat
Kamu juga bisa lebih baik ketika di sekolah nanti."

"Iya, Daddy!"

Tangan mungilnya meraih piring yang di sodorkan Jeon ke depan nya. Mulai melahap satu persatu apa yang sudah Jeon berikan.

Tidak lama kemudian, si gadis kecil lebih dulu selesai dengan sarapan nya. Lantas, dia pamit untuk pergi ke sekolah bersama sopir yang di tugaskan khusus hanya untuk dirinya. Menyisakan Jeon dan kedua orang tua yang kini duduk di ruangan keluarga.

Jeon tidak berangkat ke kantor hari ini, dia mengambil cuti karena merasa kesehatan tubuh nya sedikit terganggu.

"Bagaimana dengan keadaan kantor, Nak?"

"Sangat baik, Ayah. Semua berjalan lancar dan sesuai dengan seharusnya."

Tuan Jeon terkekeh, dia mengangguk bangga," pilihan mu untuk meninggalkan dunia artis dan meneruskan kursi CEO yang di tinggalkan Tae ternyata adalah pilihan baik."

"Ayah juga ikut andil. Ini bukan hanya karena aku saja."

"Tidak sebanyak itu, Nak. Sejak kecelakaan pesawat itu, Ayah sudah tidak sesehat dulu."

"Ya, aku mengerti."

Jeon memasang senyum tipis. Tidak berniat meneruskan obrolan yang di mana pasti selalu berakhir pada pertanyaan tidak terjawab tentang Taehyung. Ayah nya pasti akan selalu bungkam pun begitu dengan sang Ibu. Seakan kompak menghukum dirinya yang sudah menorehkan luka mendalam di hati si bungsu keluarga Jeon tersebut.

Tapi ini sudah tahun ke tujuh semenjak kejadian itu. Kecelakaan penerbangan yang tragis yang hampir membuat Jeon kehilangan kewarasan nya. Dimana kemudian tersiar kabar jika Tuan Jeon yang selamat tapi Tae menghilang tanpa jejak. Jeon sempat histeris, namun ucapan sang Ayah ketika siuman, membuat dia membatu di kebisuan.

Dia akan kembali suatu saat nanti, Nak. Dia tidak pergi. Dia tidak menghilang. Dia tetap Taehyung mu. Adik kecil yang selalu kau rindukan. Dia hanya perlu waktu sendiri. Ayah tidak punya hak memberi tahu dimana dia berada. Tapi, Ayah pastikan dia baik-baik saja.

INTO YOU ( TAEKOOK ) *END*✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang