"Sayang, ini charger siapa?" tanya Wilona seraya ngasih liat kabel charger yang ada di tangannya sekarang sama Naja.
Naja melirik, "Gak tau, bukan punya Maudy ketinggalan sini?" baliknya bertanya.
Wilona menggeleng, lantas ngambil charger itu dibawa ke atas rak penyimpanan. Entah punya siapa yang pasti dia harus simpen dulu, kandidatnya sih ada dua; kalo bukan punya Maudy—berarti punya si Rani.
Kenapa di bilang punya Rani? Karena cewek itu baru aja pergi dari rumah mereka sekitar 15 menit lalu. Biasaaaaa, dikata bimbingan private sama Naja padahal ada Wilona juga bareng mereka. Sengaja banget.
Naja tadi mau naik tangga tapi hapenya keburu bunyi, dan waktu diliat yang nelfon ya orang yang lagi diomongin ini. Si Rani.
Cowok itu sedikit berdecak tapi tetep diangkat, "Iya kenapa?"
Wilona yang denger Naja ngomong jadi noleh ke cowok itu.
"Mas Naja, charger aku ketinggalan ya? Boleh minta tolong anterin ke rumah gak?"
Naja seketika menoleh ke Wilona, Wilona yang ditoleh bingung sendiri. Hape Naja yang awalnya dia sampirin di telinga dibawa Naja menjauh kemudian Naja mengaktifkan fitur loud speaker supaya Wilona juga bisa denger.
"Maaf ya, Ran. Gak bisa nih soalnya gue ada ur—"
"Tolong dong, Mas. Aku sendirian di rumah nih, dan hape aku lowbat sekarang, mas tega nyuruh aku ambil sendiri kesana?"
Naja menaikkan satu alisnya sendiri denger itu, EMANGNYA LO SIAPA ANJENG?
"Gak bisa, istri gue juga sendirian di rumah. Gue gak tega ninggalinnya."
"Sebentar doang kok, aku yakin Mba Wilona paham Mas."
"Gak bisa, Rani." Naja menghela nafas gusar, "Lagian yang perlu charger nya lo atau gue?"
Rani sempat terdiam sejenak, "Aku sih Mas, tapi aku lagi ada urusan mendadak jadi minta tolong—"
"Maaf, gak bisa."
"Naja..." Wilona beringsut mendekat ke Naja, ibu hamil itu mengusap pelan lengan suaminya, berharap Naja gak jadi emosi gara-gara kelakuan anak tetangga mereka itu.
"Udah gapapa, nanti Naja anterin kok Ran," lanjut Wilona yang membuat Naja melotot kaget.
"Wilo—"
"Tuh kan, Mas! Mba Wilona aja ngerti, buruan ya aku tunggu di rumah nih hehe!" belum sempat Naja mengeluarkan protes ke Wilona, Rani udah lanjut ngomong kemudian mematikan sambungan ponsel sepihak.
Naja memejamkan matanya sejenak, kemudian menatap Wilona meminta penjelasan. Dan yang ditatap cuma lempeng aja, kayak gak merasa ada yang gak beres.
"Wil, serius?" tanyanya dengan nada pelan walau emosi Naja lagi kesulut banget.
"Gapapa, Na. Anterin aja abis itu langsung pulang, jangan mau ribut deh cuma gara-gara masalah kabel charger," jawab Wilona.
"Bukan masalah kabel charger-nya, Wil. Tapi kamu tau kan posisinya Rani itu suka sama aku? Aku ngehindar tapi kamu malah kayak nyuruh aku ketemu dia loh ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahara
Fanfiction[end] Rahara; dalam bahasa Indonesia mengartikan seorang gadis yang sudah memasuki tahap usia yang pas untuk menikah. Persis kayak Wilona yang dongkol setengah mati ditanyain sama orang sekitar sama pertanyaan 'kapan nikah?' berkali-kali. Iya sih Wi...