"Naja, jagain Nadline dulu, aku mau masak," titah Wilona sambil memberikan bayi berumur empat bulan itu ke suaminya.
Najarendra yang tengah asik menonton televisi jadi mengubah posisinya, menerima anaknya dengan senang hati. Wilona tersenyum melihat gimana ekspresi Naja yang sumringah menatap bayi mereka, gak nampak sedikit pun keterpaksaan dari cowok itu sejak Nadline hadir di antara mereka.
"Sayangnya Papa udah makan beyum???" Naja memanyunkan bibirnya lantas tertawa kecil, mencium pipi gembil anaknya.
Wilona terkekeh, "Dia udah pup, udah makan, udah semua."
Cewek itu bersyukur karena Naja mau membantunya mengurus Nadline dari hari pertama bayi itu lahir ke dunia. Hal yang cukup mengagetkan Wilona karena dia sama sekali gak menyangka Naja bisa jadi sosok yang cekatan mengurus anak.
Memandikan, mengganti popok, membuat susu formula, semuanya bisa dilakukan Naja tanpa Wilona tahu darimana suaminya belajar itu semua. Semua keterampilan itu tentu membantu Wilona banget, Wilona bisa terhindar dari gejala baby blues yang biasa dialami oleh para Ibu baru.
Bahkan di saat tengah malam pun Naja juga ikut bangun saat Nadline terbangun, bergantian mengawasi Nadline ketika Wilona udah gak sanggup lagi terjaga mengawasi bayi mereka. Seharian mengurus Nadline gak sebanding sama apa yang Naja lakuin, menurutnya.
Selain itu, Naja juga kerap kali membawakan buah tangan untuk Wilona saat pulang kerja. Entah itu hadiah atau makanan, semuanya Naja lakuin sebagai bentuk apresiasinya ke Wilona yang udah ngalamin banyak hal untuk Nadline.
Menurut Naja, udah ada banyak orang yang mengapresiasi putri kecilnya. Jadi biarin Naja yang melakukan apresiasi buat istrinya sendiri. Gak masalah semua orang berfokus ke anaknya, Naja bisa lakuin hal yang sama untuk Wilona sendiri.
"Naja, menurut kamu mending bikin sup ayam atau sup kentang aja?"
Posisi Naja duduk gak jauh dari area kitchen set, cowok itu ada disana menggendong Nadline sambil sesekali memperhatikan Wilona yang bergerak lincah di daerah kekuasaannya. Lebih enak ngeliatin Wilona masak daripada nonton acara televisi.
"Apa aja, Wil. Aku makan semua."
"Ih bukan gitu, kan aku pengen dua-duanya tapi bingung mending enak yang mana buat makan hari ini," balas Wilona.
"Kamu pengen yang mana?" Naja ikutan bingung.
Wilona diam berpikir sejenak, "Mendingan ayam aja gak sih?"
"Boleh."
Akhirnya cewek itu menentukan keputusan buat masak sup ayam sebagai menu makan mereka hari ini. Sama halnya seperti Naja, Wilona yang masak juga sesekali mencuri pandang dan tersenyum kecil melihat Naja dan anak mereka.
Gak pernah ada di bayangannya akan ada hari seperti ini dalam hidupnya. Memasak seperti seorang istri, ditemani suami dan anak tersayangnya. Melihat Naja yang berinteraksi lucu dengan Nadline sedemikian rupa—hatinya tersentuh, banyak perasaan aneh di dalam dirinya.
Bertahun-tahun lalu, baik Naja dan Wilona gak pernah melakukan interaksi apapun. Saling berpapasan di sekolah gak bisa membuat mereka saling kenal satu sama lain, kalau dipikir ulang jelas sekali banyak hal gak terduga yang terjadi.
"Naja," panggil Wilona, dia menoleh sekilas.
Naja menoleh ke arahnya, "Iya?"
Pandangan Wilona fokus ke masakannya, "Kalo kita gak ketemu, kalo kamu berjodoh sama yang lain, hidup kita gimana ya?" pertanyaan random yang tercetus begitu aja di otak Wilona.
"Tiba-tiba banget...." Naja mengernyit heran, menyebabkan Wilona terkikik geli.
"Gimana ya... tiba-tiba kepikiran, kita dulu gak saling kenal walau satu sekolah selama tiga tahun, terus sekarang malah jadi satu keluarga kayak—aku gak nyangka banget, sampe sekarang aku masih gak nyangka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahara
Fanfiction[end] Rahara; dalam bahasa Indonesia mengartikan seorang gadis yang sudah memasuki tahap usia yang pas untuk menikah. Persis kayak Wilona yang dongkol setengah mati ditanyain sama orang sekitar sama pertanyaan 'kapan nikah?' berkali-kali. Iya sih Wi...