37; born day

8.4K 660 42
                                    

Makin lama makin sakit juga kontraksi yang Wilona rasakan, cewek itu mulai mengatur nafasnya, sementara Naja yang berdiri di sebelahnya gak berhenti menggenggam tangan Wilona, Naja juga mengusap pelan perut serta punggung Wilona.

Berharap rasa sakitnya bisa berkurang sedikit.

Naja gak mempermasalahkan lengan atau tangannya jadi sasaran Wilona melampiaskan rasa sakitnya, istrinya itu daritadi menangis dan merintih kesakitan kemudian ketika rasa sakitnya memudar, Wilona akan tertawa menatap Naja.

"Sakithh banget..." ringis Wilona yang membuat ekspresi wajah Naja jadi sedih.

"Sabar ya? Kamu pasti kuat, you can do it sayang," bisik Naja memeluk Wilona, mengusap bahunya menguatkan.

Wilona terkekeh pelan di tengah rasa sakit yang luar biasa, "Ka-kamu jangan sedih gitu dong mukanya..."

"Gak bisa, liat kamu kesakitan gitu mana bisa aku gak sedih, Wil."

Cewek itu mengatur nafasnya, di saat rasa sakitnya memudar, Wilona menoleh ke Naja, "Aku mau jalan, Na. Pegel juga tiduran terus..."

Naja mengangguk dan dengan sigap memapah tubuh Wilona turun dari brankar. Naja menyesuaikan langkah Wilona, keduanya pelan-pelan berjalan di sekitar sana dari dalam dan luar ruangan.

"Ah... gila, sakit banget Na!" gimana ceritanya Naja gak sedih mukanya coba?

Waktu mereka di luar ruangan, ternyata Maudy, Bunda sama Ibu dateng barengan. Maudy yang liat Kakak Iparnya jalan-jalan kaget, cewek itu langsung nyamperin keduanya.

"Emang gapapa Kak Wilona jalan-jalan gini?" tanyanya ke sang Abang.

Naja mengangguk, "Malah di suruh sama Dokternya, Mau."

Selang beberapa lama Wilona kembali minta Naja menuntunnya duduk lagi di brankar. Makin lama waktu berjalan, kontraksi yang dialami Wilona makin hebat. Kali ini Wilona sampe terpekik gak kuat nahan rasa sakitnya.

Dokter Jisa kemudian masuk, memeriksa Wilona sebentar lalu bilang kalo Wilona udah waktunya masuk ruang persalinan. Naja tambah keringet dingin denger itu, tapi dia melawan rasa takutnya, kalo dia takut gimana Wilona?

Detik-detik berlangsung menegangkan buat Naja, cowok itu gak berhenti menyemangati Wilona, tangan Naja juga digenggam kuat sama Wilona.

"Na-Naja aku gak kuat... sakit..."

Naja menggeleng, "Gak boleh ngomong gitu, sayang. Kamu kuat kok, aku tau kamu bisa!" matanya menatap lekat manik Wilona.

"Atur nafasnya lagi, Bun. Dikit lagi yuk!" intruksi Dokter Jisa menyela percakapan mereka, "Kepalanya udah keliatan nih!"

Wilona kembali mengatur nafasnya setelah mendengar itu, dia pasti bisa! satu langkah lagi mereka bisa ketemu baby!

Suara tangisan nyaring bayi terdengar tepat seusai Wilona mengejan terakhir kali, Naja menahan nafasnya mendengar suara tersebut, tanpa sadar air matanya menetes, Naja menatap Wilona yang tersenyum sembari mengatur nafasnya.

"Jangan nangis..." tangan Wilona terulur mengusap pipi Naja yang basah.

"Wil..." Naja heran, Wilona kelewat hebat masih bisa senyum di saat seperti ini.

•••

"Kecil banget." Maudy menatap takjub sosok bayi mungil yang ada di infant bed-nya. Bayi itu terlelap damai, keliatan gak keganggu sama sekali padahal di ruangan itu cukup banyak orang.

Naja tertawa kecil, "Kalo langsung gede malah serem
dong," sahutnya.

Wilona ikut ketawa pelan. Begitu juga Kanin sama Jiel yang ada di dalam ruangan, semuanya menatap gemas anak perempuan pertama dari Naja dan Wilona itu. Bahkan Kanin sampe gak tahan buat gak mengabadikan potret bayi itu di ponselnya.

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang