Chapter 17

160 15 3
                                    

Sebagai seorang prajurit, mereka sudah tahu bahwa mereka harus siap mengorbankan nyawa mereka. Kematian bukanlah hal baru. Mengorbankan nyawa mereka juga bukanlah hal yang mudah dilakukan.

Namun jika dibandingkan dengan kehilangan teman, keluarga, dan orang-orang yang ia sayangi, Luther lebih memilih untuk kehilangan nyawanya ratusan bahkan ribuan kali.

'Tidak...tidak...'

Pembantaian. Itu mungkin kata yang tepat untuk menjelaskan apa yang mereka lihat sekarang ini. Noda dan percikan darah tersebar di hutan itu. Lalu di tengah, tepat di tengah hutan itu...

"Olou...semuanya..."

Luther terjatuh ke tanah dan memuntahkan isi perutnya. Tak pernah ia sangka akan tiba hari dimana ia harus melihat kematian teman-temannya. Sahabatnya. Keluarganya.

"Ahh...ahhh...Arghh!"

Luther berteriak kencang. Air mata menetes membasahi pipinya.

'Brengsek! Brengsek! Dasar bodoh!'

'Seandainya saja...seandainya saja kami lebih hati-hati! Seandainya kami sadar lebih cepat! Kenapa...'

Ia menangis sambil memegangi dadanya dengan erat. Sakit. Dadanya terasa sakit. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Luther, tetaplah disini dan tunggu aku kembali."

Levi menggunakan 3D gearnya dan pergi mencari Eren. Untuk sekarang, memaksakan Luther bertarung hanya akan membahayakan nyawanya. Jauh lebih baik jika dia duduk diam dan menunggu kaptennya kembali.

Tak lama setelah Levi pergi, Luther mencoba menenangkan dirinya. Ia menggunakan 3D gearnya untuk membawa tubuh Gunther turun dari pohon. Tangannya bergemetar hebat. Dadanya terus berdegup kencang. Ia masih merasa kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa seluruh timnya sudah tidak ada. Setelah beberapa menit, Luther berhasil membawa turun jasad Gunther dan membaringkan jasadnya di samping teman-temannya yang gugur.

'Kenapa berakhir begini lagi...'

'Olou, aku serahkan padamu.'

'Apa ini karena aku memilih bergabung dengan misi komandan?'

'Jika seandainya aku membuat pilihan yang berbeda, jika saja aku menolak bergabung dengan rencana komandan, mungkin aku bisa...'

'Hey Olou.'

'Hn?'

'...Jika...jika besok terjadi sesuatu, bisa ku titipkan Eren pada kalian?'

'Kenapa kau ini? Kau seperti mau mati saja.'

'Hanya perumpamaan...lagipula, kita tidak bisa tahu apa yang akan terjadi besok...'

'Jika saja aku memberitahu mereka. Jika saja aku memperingatkan mereka...hal seperti ini tidak akan terjadi.'

Selama ini, Luther selalu memikirkan semua kemungkinan. Ia berpikir jika misi mereka gagal, jika mereka gagal menangkap titan itu, ia lah yang akan kehilangan nyawanya. Ia tidak keberatan jika kehilangan nyawanya. Ia sudah siap untuk kehilangan nyawanya. Jika itu untuk melindungi apa yang penting baginya, ia siap untuk mengorbankan nyawanya.

Tak pernah sekalipun ia berpikir ia akan kehilangan teman-temannya. Tak pernah ia menyangka ia harus kehilangan keluarganya lagi.

'Sebenarnya...kenapa kita kemari...sebenarnya kenapa aku bergabung dengan pasukan pengintai...'

'Aku terus mengatakan aku siap mengorbankan nyawa ku tapi...'

"Luther!"

"Luther-nii!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Wings || Attack On Titan || Shingeki No KyoujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang