Chapter 2

308 31 7
                                    

Luther berlari secepat yang ia bisa lalu ia pun bertemu dengan seorang remaja perempuan berambut pirang kecoklatan. Remaja perempuan itu meneriakkan namanya lalu melambaikan tangannya.

"Luther, kau ingin ke markas bukan! Tunggu aku ya!"

Remaja perempuan itu berlari memasuki rumahnya. Luther menghela nafasnya dan ingin pergi meninggalkannya namun

'Sebentar saja tidak apa-apa sepertinya.'

Saat itu Luther baru menyadari kesalahan bodoh yang ia buat. Karena ia memilih menunggu Petra, ia jadi terlambat. Tubuhnya bahkan merinding saat ia membayangkan wajah komandannya.

'Shadis-san akan membunuhku.'

"Luther maaf membuatmu menunggu."

Luther menengok ke sampingnya dan menatap Petra. Rambutnya benar-benar harum. Senyumannya begitu manis. Tatapannya

"Wajahmu merah. Kau sakit?"

Petra meletakkan tangannya di dahi Luther untuk memeriksa suhu tubuhnya namun Luther segera menepis tangannya. Ia beralasan kalau ia baru berlari dari rumah. Petra tertawa lalu ia pun berlari meninggalkan Luther. Luther tersenyum dan berlari mengejarnya namun senyumannya segera berubah menjadi

"Kau kehilangan jaketmu?!"

Menjadi ekspresi ketakutan.

Shadis memarahi, benar-benar memarahinya. Entah sudah berapa kali Shadis meneriaki telinganya.

"Kadet! Bagaimana kau bisa kehilangan jaketmu! Melindungi jaketmu saja tidak bisa! Apa kau ingin mati di luar sana!" Teriak Shadis.

"Aku terjatuh di sungai dan jaketku hanyut." Ucap Luther.

"Huh?!"

"Jaketku hanyut di sungai!" Teriak Luther.

"Begitu ya. Jaketmu hanyut! Bahkan saat kita berada di dalam tembok kau sudah kehilangan jaketmu! Kau tidak akan berguna di luar sana! Aku tidak peduli jika kau mendapat ranking satu di pelatihan! Kau hanya akan menjadi makanan titan!"

Setelah entah berapa lama dimarahi Shadis, Shadis akhirnya memberikan jaket baru pada Luther. Luther mengenakan jaketnya lalu memeriksa 3D gearnya. Saat ia sedang memeriksa 3D gearnya, ia dikejutkan oleh dua remaja.

"Aku tak menyangka aku akan melihat Luther-sama dimarahi."

Seorang remaja laki-laki berambut hitam pekat bersandar pada bahunya.

"Kehilangan jaket bukan hal aneh tahu. Memang komandan tidak pernah kehilangan jaketnya."

Seorang remaja perempuan berambut coklat berdiri di depannya dengan ekspresi sedikit kesal.

"Takashi, Asuka, sudah biarkan saja. Lagipula aku yang salah."

Takashi dan Asuka, dia adalah teman dari Luther. Mereka bertemu di kamp pelatihan dan menjadi teman baik. Karena mereka tidak masuk peringkat 10 besar, mereka pun bergabung dengan pasukan pengintai. Benar, hanya mereka yang bergabung dengan pasukan pengintai. Mereka bahkan dicaci-maki oleh teman-temannya karena mereka menganggap semua itu hanyalah omong kosong dan mereka hanya membuang nyawa mereka.

"Susah susah belajar jadi peringkat 10 besar tapi malah takut melawan titan. Dasar pengecut dan disini mereka yang bilang kita bodoh."

Takashi dan Luther hanya tersenyum menatap teman mereka. Asuka memang gadis yang tajam. Tajam dalam ucapan tentunya.

Setelah itu, mereka bertiga keluar dari markas mereka dan menaiki kuda mereka masing-masing. Mereka semua berbaris lalu begitu pintu gerbang dibuka, seluruh pasukan memacu kuda mereka dan berlari pergi.

My Wings || Attack On Titan || Shingeki No KyoujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang