Sudah hampir 6 bulan semenjak akademi militer dibuka. Eren, Mikasa, dan Armin mendaftar di akademi itu. Semenjak akademi dimulai, Luther jadi jarang bertemu mereka. Satu sisi dia punya kewajiban di pasukan pengintai, sisi lain ia tahu kalau akademi pastinya sibuk. Saat ia ingin kesana, ia melihat Shadis sedang melatih mereka. Tapi hingga sekarang pun, Luther masih merasa sedikit khawatir. Dia tahu seberapa tegasnya Shadis, bukan sekali dua kali Shadis menghukumnya karena telat atau bangun kesiangan.
'Sebentar saja tidak apa-apa kan. Lagipula kami tidak ada ekspedisi.'
Luther mengendap-endap dan mengintip akademi dari balik pohon namun seseorang menemukannya dan menegurnya. Luther menengok ke belakangnya dan melihat Shadis. Luther segera meminta maaf dan bersiap untuk pergi namun Shadis memintanya untuk singgah jika dia sedang luang.
"Luther, bagaimana keadaan pasukan pengintai sekarang?"
"Semua baik Shadis-san. Anda tidak perlu khawatir."
"Lalu kau, bagaimana denganmu?"
"Dengan ku?"
'Apa anda sudah gila! Kenapa anda menyuruh kami mundur! Teman-temanku masih ada disana! Jasad mereka masih disana!'
'Kadet Yeager, tenangkan dirimu. Aku yakin kau baru melihat hal yang menakutkan tapi-'
'Apa?! Tapi apa?! Kalau kau merasa bersalah cepat kembali kesana dan bawa mereka kesini! Kau pikir maaf akan mengambalikan teman-temanku?!'
"Aku baik-baik saja. Mungkin karena aku masih muda jadi aku sering bertingkah gegabah tapi kapten dan anggota tim yang lain selalu membantuku."
"Luther, Eren itu. Dia adikmu bukan."
"Benar, tapi hanya karena dia adikku tolong jangan beri dia perlakuan special. Latihlah dia seperti kadet lainnya."
"Kenapa? Kenapa kau membiarkannya kemari? Kau sendiri sudah melihatnya bukan, seperti apakah dunia luar itu."
'Maaf...maaf. Aku seharusnya tidak mengajak kalian kemari. Maaf.'
'Tolong, bawa mereka juga. Kita punya gerobak bukan? Tadi aku melihatnya. Tolong bawa mereka juga.'
"Aku sudah tahu. Aku tahu betapa menyeramkannya dunia dibalik dinding ini. Kalau bisa aku ingin mereka bertiga tetap tinggal disini. Aku tidak ingin mereka merasakan hal yang sama denganku. Tapi Eren itu sama sepertiku, walau ku larang pun dia pasti akan memaksa pergi. Jadi daripada menahannya lebih baik ku dukung mimpinya itu. Setidaknya itulah yang bisa ku lakukan untuknya."
Luther dan Shadis berjalan menuju lapangan. Disana Luther melihat alat 3D maneuver gear sedang dipasang di tengah lapangan. Luther tersenyum mengingat masa akademiknya dulu. Sama seperti saat itu, semua berkumpul memandangi 3D manuever gear itu dengan takjub.
Shadis berteriak dan meminta semua kadet untuk berbaris. Shadis menjelaskan cara kerja dari alat itu. Luther berdiri di samping Shadis lalu ia melihat Eren, Mikasa, dan Armin. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya. Armin membalasnya dengan melambaikan tangannya, Mikasa menganggukan kepalanya, Eren memalingkan wajahnya.
'Oh, Mikasa potong rambut ya.'
"-ther."
"Luther!"
"Ya!"
Shadis meneriaki Luther dan membuatnya terkejut. Kadet-kadet tersenyum bahkan tertawa kecil saat melihat reaksinya. Shadis meminta Luther untuk memakai 3D gear itu dan menunjukkan cara menggunakannya pada kadet lain.
Luther memakai 3D gear itu lalu perlahan tubuhnya diangkat. Semua awalnya menatapnya takjub namun Luther tiba-tiba terjatuh dan membenturkan kepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/310390834-288-k325748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wings || Attack On Titan || Shingeki No Kyoujin
FanfictionLuther Yeager adalah anak tertua dari Grisha dan Carla serta kakak dari Eren. Ia memulai mimpinya sebagai kadet dari Pasukan Pengintai. Sama seperti temannya ia ingin meraih mimpinya. Dan juga