Kangen nggak? Apakah masih ada yang membaca cerita ini?
Dikit dulu pelan pelan bacanya.
Okey Lets Gooooo, fyuhhh.....
.
.
.
.
Happy Reading
Enjoy : )
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Penyesalan begitu mencekik, menimbulkan perasaan tidak nyaman. Kehilangan sosok yang berharga sungguh menyiksanya. Kenangan indah yang berputar pada otaknya tanpa diminta seakan mengejeknya dan memaki betapa buruknya dirinya. Menjalani hari dengan kosong, tertawa dan tersenyum tanpa arti. Satu-satunya emosi yang murni hanyalah kesedihan.
.
.
Saat tangisan pertama anak keduanya lahir, Jaehyun pernah berjanji satu hal pada dirinya sendiri. Ia akan menjaga keluarganya dengan segenap jiwanya dan menebus masa-masa dimana ia tidak bisa menjadi kepala keluarga sepenuhnya. Pekikan kecil Jeno serta tawa putranya Mark Lee hari itu seakan merubah dirinya lebih dewasa.
Kejadian demi kejadian sangat mendadak. di suasana malam itu membuat keduanya mendapatkan dukungan untuk melakukan hal yang lebih jauh dan intim. Tidak terbesit dalam pikiran Jaehyun kala itu. Yang ia tahu bahwa keduanya sama-sama ingin tanpa terpikir akibat dari perbuatan mereka.
Siang hari menuju sore dimana ia tahu bahwa ia akan menjadi seorang ayah kebingungan lah yang pertama kali singgah di kepalanya hal yang belum pernah ia pikirkan.
Dengan tatapan bingung itu ia menatap yang lebih tua. Yang lebih tua lebih pendiam tidak memaksa dan tidak lagi mengeluarkan kata, tanpa pikir panjang kalimat pertanggungjawaban keluar dari mulutnya begitu saja. Itu anaknya dan dia harus menjaganya.
Ia masih anak dibawah umur saat memiliki Mark. Ia kaku dan juga canggung dengan semua kegiatan sehari-harinya, Ia memendamnya sendiri tak ingin menambah beban pikiran yang lebih tua disaat dokter menyarankan menjaga suasana hati disaat masa masa kehamilan, nyatanya hal yang terjadi memang sungguh hal baru baginya.
