S2'D' - Gagal

1.1K 75 22
                                    



.

.

.

.

Happy Reading

.

Enjoy:)

Mark menarik baju Jeno kasar hingga adiknya itu terduduk di sofa. Tatapannya nyalang tidak Terima akan perlakuan si sulung. "Oh ayolah Jen aku tahu ini sulit, Bubu sudah bilangkan, perkenalkan perlahan. Jika jaemin pria baik dia pasti akan mengerti, tenangkan dirimu dulu ayo kita minum di luar".

Jeno yang memang sudah tidak memiliki tenaga untuk melawan, kakinya memilih melangkah mengikuti langkah Mark keluar dari rumah. Minum satu sampai dua botol soju mungkin bisa melepas segala pikirannya yang rumit. Dia kebingungan untuk memulai, bagaimana cara mengatakannya pada Jaemin? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan pertemuan pertama itu jika Jaewon diperkenalkan sebagai anaknya.

"Ahjumma satu botol soju" Bibi di pertigaan tak jauh dari tempat tinggal mereka mengangguk, dan mendatangi meja keduanya dengan satu botol soju dan dua gelas ke meja. Tenda merah itu tidak terlalu ramai hari ini, hanya tidak lebih dari lima bangku terisi. Mark dengan cekatan menuangkan soju ke dalam gelas sembari matanya menelisik ke arah wajah murung adiknya. Jeno mungkin masih diliputi rasa bersalah setelah bertengkar dengan bubu tadi, ia tahu betul bahwa Jeno sangat menyayangi bubu juga Jaemin yang selaluada disisinya dan paling mengerti dirinya, tetapi hal seperti initidak dapat diteruskan terlalu lama. Demi kebaikan Jeno sendiri.

"Minum" Mark menyodorkan gelas yang tela berisi soju, ia akan memilih tidak mengatakan apapun dan membiarkan Jeno menenggak segelas dua gelas hingga satu botol itu tandas seorang diri. Mark menaruh rasasimpati besar pada adiknya, bagaimanapun mereka tumuh bersama sejak kecil. Ia tidak menyentuh soju miliknya dan mengabaikan segelas soju dihadapannya. ia hanya akan menemani adiknya bahkan saat mabuk kini Jeno tidak mengatakan apapun dan hanya menggeram sesekali saat pikirannya terusik.

Adik kecilnya yang baik ,yang ia ingat Jeno yang memiliki sisi jahil namun juga perhatian kini tumbuh menjadi sosok yang mengabaikan perasaan orang lain bahkan perasaan dirinya sendiri. "Jangan terlalu jauh Jeno~aa, kau sudah berlari sejauh ini, kami merindukanmu pulang".

Jeno masih setengah sadar saat membuka botol soju kedua, ia meminumnya hingga sekali tenggak hingga botol tersebut tersisa setengah. Ia menelungkupkan wajahnya di meja seraya menggeram saat mendengar ucapan Mark. Ia mengambil ponselnya dan berusaha melihat jam di lockscreennya meski pandangannya mengabur, kepalanya berkunang-kunang hingga menatap jam digital di layar kunci tampak sulit baginya.

Pukul seelas malam sepertinya, ia harus pulang sebelum Jaemin sadar dirinya di tinggalkan terlalu lama. "Aku pulang" dengan sempoyongan Jeno berdiri dengan cepat hingga menimbulkan getaran pada meja. Mark menghembuskan nafas berat sebelum membopong tubuh Jeno dengan menahan tangan kanan Jeno pada bahunya.

"Tunggu biar ku antar saja, Ahjumma... Kami selesai" Bibi pemilik kedai menghampiri Mark yang akan membayar. Mark sedikit kelimpungan bahkan untuk mengeluarkan uang cash di dalam dompetnya karena gerakan Jeno yang berusaha mendorong tubuh Mark menjauh.

"Aku bisa naik taksi" Mark tidak yakin Jeno akan sampai ke tujuannya. Ia tidak menghiraukannya dan tetapmembawajeno bersamanya.

"Akan aku antar, tidak ada penolakan, jangan tidur dulu Jeno~aa, harus ku antar kemana? " Mark harus mengeluarkan mobilnya dari garasi dan mendudukkan tubuh berat Jeno di kursi santai teras rumah mereka.

"Apartemen Neo unit 1270"

~~~


Pagi itu Taeyong bangun dengan kepala yang berputar, ia mengedipkan matanya dan melirik pada anak berusia lima tahun yang meringkuk di sisi lain ranjangnya. Ia mengusap wajahnya kasar harus dengan cara apalagi, yang tidak akan terlalu menyakitkan bagi semua orang yang terlibat, kepalanya berdenging kembali.

Coming HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang