.
Warning ⚠️
Banyak typo
Tidak ada tenaga yang tersisa untuk merevisi eaa...
.
Happy reading
Enjoy :).
.
Kebahagian itu tidak ditunggu melainkan dicari!!
.
Jalan raya pagi ini cukup lenggang membuat Hyunjin lebih santai meski hari ini bukan hari libur. Setelah Junho masuk ke dalam mobil miliknya sepuluh menit yang lalu kini sibuk dengan mainan yang langsung ia keluarkan dari tas ranselnya. Hal itu membuat Hyunjin menggelengkan kepalanya mengingat sikap Junho yang lebih tenang daripada sosok yang ia kenal jelas selama ini.
"Junho~aa, bagaimana jika bermain seharian dengan paman Hyunjin? Tidak masalah untuk pulang telatkan?" anak lelaki itu berpikir sejenak melepaskan mainan miliknya, mengalihkan pandangannya pada Sang Paman yang masih fokus menyetir.Sebenernya hari ini ia sudah berjanji pada mamanya untuk menemani Paman Hyunjin, yah meski berat karena ia ingin menikmati bermain di daycare, siapa tahu dia akan bertemu Paman cantik dan baik lalu bermain bersama.
Teringat hal itu membuatnya murung, bisakah dia bermain dengan paman cantik sekali lagi? Junho juga tidak tahu mengapa dirinya ingin sekali bersama dengan sosok yang baru dia temui beberapa kali. Junho hanya bocah lima tahun yang mudah untuk mengagumi sosok yang terlihat seperti pahlawan baginya.
Pemikiran kekanak-kanakan itu membentuk kepercayaan bahwa paman cantik itu datang sebagai malaikat dalam kehidupannya. Menghempaskan kesedihan serta ke khawatiran membawa rasa nyaman dan damai. Bukankah hal itu sangat menakjubkan.
Junho menatap Hyunjin yang sedang menampilkan tatapan memohonnya yang terlihat diimut-imutkan meski itu sama sekali tidak imut akhirnya Junho akan tetap mengiyakan saja karena takut pamannya tersesat sendirian. Paman Hyunjin kan bukan orang Korea.
Hyunjin mengajaknya berbelanja ke swalayan besar membelikan beberapa cemilan, disana juga ada caffe anak yang cukup terkenal di sosial media akhir-akhir ini. Junho kecil sangat suka jalan-jalan sayangnya mamanya tidak terlalu suka, ia selalu menurut untuk berdiam diri di rumah.
Mamanya sering berteriak ketakutan saat tidak melihatnya dan memarahi nya jika ketahuan bermain di luar terlalu lama kadang mama juga terlihat pendiam seakan-akan tidak melihat Junho meski tidur di ranjang yang sama.
Junho tidak membenci mama, ia sangat menyayangi mama meski terkadang ada rasa ingin seperti teman-teman sepermainannya.
Bagaimana rasanya diantar ke sekolah oleh orang tuanya.
Bagaimana rasanya berlibur dengan keluarga saat musim panas.
Bagaimana rasanya hidup normal tanpa harus memahami perasaan kedua orang tuanya.
Ia jadi teringat dengan mamanya, setelah berkirim kabar via telepon malam itu. Mamanya terlihat bahagia dengan kehidupan barunya yah tidak salah sih untuk menjalani hidup lebih bahagia. Junho sendiri tidak suka melihat orang yang ia sayangi terlihat sedih dan murung setiap saat. Setidaknya jika mama sudah sembuh ia bisa mewujudkan harapannya.
"Hei, Paman kemari untuk mengajakmu bersenang-senang, kenapa melamun? hmm.." Hyunjin mengarahkan telunjuknya ke pipi keponakannya gemas.
Junho terkekeh kecil memarkan gigi susunya, ia menyadari bahwa sepanjang perjalanan kesadarannya berada di alam pikiran sehingga ia pun bingung karena telah berada di depan caffe anak-anak yang cukup ramai. Mata bulatnya menatap Hyunjin berbinar menarik antusias agar segera masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coming Home
أدب الهواةEntah sejauh apapun mereka berjalan, pasti akan ada saatnya mereka kembali, ke tempat paling nyaman yang mereka sebut "Rumah"