20

2.9K 112 18
                                    

Evelyn menatap sekitarnya dengan ragu, melihat betapa banyaknya orang yang menyambut kedatangan mereka membuat Evelyn sedikit merasa takut. Takut jika nanti tidak ada yang mau menerimanya serta putrinya.

Telapak tangannya yang semula terasa dingin itu mulai menghangat sebab tiba-tiba sebuah tangan kekar menggenggam milknya. Evelytn menatap pada sang pemilik tangan yang saat ini melayangkan senyuman hangat padanya.

Dalam senyuman itu seperti memiliki makna bahwa 'semua akan baik-baik saja.' hati Evelyn merasa tenang dengan itu. Kemudian tatapannya tertuju pada sang putri yang sedari tadi terdiam itu, sama sekali tak melihat kearahnya maupun sang ayah. Arnetta justru lebih tertarik dengan apa yang tertampang dari jendela kereta yang mereka tumpangi.

"Arnetta." panggil Ravizzele lembut yang tak membuat sang putri tertarik untuk melihat kearahnya. Melihat itu, lagi-lagi Ravizzele harus menelan pil pahit dengan sikap putrinya terhadap dirinya.

"Arnetta butuh waktu, biarkan dia untuk sementara. Agar dia tidak terbebani nantinya." ujar Evelyn berbisik padanya  membuat Ravizzele hanya bisa mengangguk mengerti.

Lain halnya dengan Ravizzele, Evelyn justru terlihat tampak santai melihat perilaku sang putri pada ayahnya. Dalam hati Ravizzele bertanya-tanya, 'apakah karena sudah terbiasa bersama hingga dia tidak terganggu dengan ini?' tetapi Ravizzele tidak akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan hati istri serta anaknya kembali, kali ini dia yang akan berusaha. Maka dari itu, mari berikan semangat pada kaisar tampan ini.

Setelah kereta itu berhenti, Ravizzele turun terlebih dahulu kemudian membukakan pintu untuk Evelyn yang terdiam ditempatnya, tatapan Evelyn tertuju pada tangan milik sang kaisar yang tengah terulur kearahnya. Sekali lagi, Evelyn merasakan sensasi aneh didalam hatinya.

Tatapannya beralih menatapm wajah tampan milik pria yang sempat menjadi tempatnya berlabuh, hingga akhirnya tatapan mereka bertemu, sorot mata akan kerinduan, kekaguman, serta gugup turut bercampur didalam diri mereka.

"Ayo, semua orang menunggumu." ajaknya kemudian tangannya meraih tangan putih nan lembut milik sang wanita dan kemudian membantu sang wanita untuk turun dari kereta kuda, setelah itu Ravizzele tersenyum manis kearah putrinya yang menatapnya datar.

"Ayo, kita sudah sampai dirumah." Arnetta hanya menatapnya sekilas sebelum akhirnya dengan santai turun dari atas kereta tanpa menghiraukan sang ayah yang tetap dengan posisinya.

"Arnetta.." tegur Evelyn melihat bagaimana sang putri yang turun dengan melompat dari kereta, sedangkan Arnetta hanya tersenyum memamerkan gigi kecilnya yang rapi itu.

"Dimana Arghes?" tanya Ravizzele kepada pengasuh sang putra.

"Tuan muda sedang menuju kemari bersama permaisuri, yang mulia." jawab sang pengasuh.

Sedangkan Ravizzele hanya mengangguk, kemudian tak berlangsung lama Arghes beserta Gissele pun tiba di halaman utama kerajaan.

"Salam saya kepada yang mulia yang agung, yang menyinari seluruh kekaisaran dengan kejayaan." hormat Gissele yang hanya dibalas anggukan singkat dari sang Kaisar.

"Karena kehadiran kalian semua disini, aku ingin menyampaikan sebuah pengumuman kepada kalian." Evelyn menundukkan wajahnya kemudian memejamkan kedua matanya erat-erat.

"Disini, dihadapan kalian semua, aku umumkan kepada kalian semua, Lady Evelyn adalah istri pertamaku. Pernikahan kami diadakan setelah tiga bulan kepergian ayahku, yaitu kaisar keempat. Karena kesalahanku sebelumnya, istriku pergi dari istana dengan keadan mengandung pewarisku. Dan, inilah pewarisku yang sebenarnya, yang akann menjadi pemimpin dari kekaisaran ini.  Putri Arnetta Diviar.  Dia yang akan menjadi penerusku." mendengar perkataan dari Ravizzele seluruh orang disana dibuat terkejut secara bersamaan.

"Lalu bagaimana dengan putra mahkota?" tanya salah satu mentri yang merupakan pendukung Arghes. Sedangkan Gissele dan Evelyn hanya mendengarkan tanpa berani memotong maupun membantah perkataan Ravizzele.

"Pada peraturan kekaisaran, yang dapat menjadi penerus kekaisaran adalah anak pertama dari kaisar kecuali jika anak pertama itu memiliki cacat atau hal lainnya. Maka tidak ada yang bisa melanggar hal itu. Walaupun anak pertamaku adalah seorang putri, tetapi aku yakin bahwa putriku akan menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana di kemudian hari." Ujarnya sembari menatap penuh pada Arnetta yang menatap kearahnya.

"Lalu bagaimana dengan putra mahkota?"

"Arghes akan menjadi salah satu bawahan terpercaya untuk kakak perempuannya, Arghes tidak apa-apakan jika tidak menjadi seorang pemimpin? tugas Arghes adalah menjaga kakak perempuan Arghes, kak Arnetta." terang Ravizzele yang dibalas dengan tatapan polos dari Arghes.

Arghes menatap Arnetta serta Gissele dengan bergantian, melihat sang ibu yang hanya memberikan senyuman akhirnya dengan yakin Arghes pun mengangguk kemudian tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit.

"Aku akan menjaga kakak dengan baik!" jawabnya yang disambut elusan lembut dari sang ayah.

Gissele tersenyum, hatinya jauh lebih lega mendengar hal ini. Akhirnya, Gissele tak perlu khawatir bagaimana takdir Arghes kedepannya, jika begini maka nyawa Arghes tidak akan terancam.

Gissele menatap kearah Evelyn yang tengah menatap kearahnya, dapat Gissele lihat bahwa tampak jelas jika wanita itu tengah takut terhadap dirinya. Gissele mendekat secara perlahan sebelum akhirnya berhenti dan menggenggam kedua tangan milik Evelyn.

"Tidak apa-apa, itu adalah hak putri kalian. Biarkan Arghes menjaga kakak perempuannya." mendengar kalimat itu, hati Evelyn terenyuh mengetahui kebaikan hati dari sahabat suaminya yang sama-sama memiliki status yang sama dengannya.

Dalam hati, Evelyn merasa cemas bagaimana jika suatu hari nanti, ingatan buruk milik Gissele akan kembali? dia tidak siap melihat kehancuran wanita dihadapannya. 'semoga itu tidak akan terjadi, aku tidak tau bagaimana nantinya nasib Arghes nantinya.'  batinnya berdoa.

"Terima kasih sudah kembali, kau tau bagaimana gilanya suami kita itu? sangat gila! bahkan dia seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup!" Gissele bercerita dengan semangat sedangkan Evelyn hanya tertawa mendengar cerita dari wanita cantik dihadapannya. Saking semangatnya mereka bercerita, mereka sampai lupa dimana mereka berada dan situasi apa yang sebenarnya tengah terjadi.

"Jika kalian lupa, orang yang kalian bicarakan masih ada disini." tegur Ravizzele dengan datar sedangkan semua orang yang berada disana menahan mulut mereka masing-masing untuk tidak tertawa.

"Ohh..." jawab kedua wanita itu bersamaan. Lepas sudah tawa semua orang yang ada disana, untuk Ravizzele sendiri, tidak masalah. Semuanya sudah membaik sekarang dan semoga selalu membaik selamanya.


~~~~~~

END...





bercanda, next or no???? jangan lupa votmennya ya!! 




lagi mau sok-sok buat deary, tapi ujung-ujungnya geli sendiri bacanya:D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lagi mau sok-sok buat deary, tapi ujung-ujungnya geli sendiri bacanya:D

Secret marriage with the emperor- ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang