21

2.8K 145 11
                                    

Langit mulai menggelap, entah helaan nafas keberapa kalinya sudah dikeluarkan oleh Arnetta. Jujur berat rasanya bagi dirinya untuk meninggalkan desa tempatnya dibesarkan, banyak orang-orang baik yang ada disana sering memberikan bantuan untuknya serta sang ibu. Namun, Arnetta tidak bisa mengutarakan rasa yang mengganjal ini sebab sering kali merasa tak nyaman saat berdekatan dengan pria, yang mengaku sebagai ayah kandungnya itu.

Kesan pertama Anetta pada pria itu saat pertama kali bertemu adalah kesal. Ya, Arnetta kesal dan juga menurut Arnetta pria itu sangan menyebalkan! berbeda sekali dengan ayah Zayn-nya. Priaitu sedikit memaksa dan banyak bicara, Arnetta tidak suka. Arnetta lebih suka dengan Zayn yang tidak banyak bicara tetapi banyak melakukan banyak hal untuknya.

Seperti mengajaknya bermain dan berjalan-jalan. Tidak seperti pria itu yang hanya bisa memberikan banyak mainan dan pakaian yang cantik dan indah. Arnetta tidak butuh utu semua. Yang Arnetta mau hanyalah menghabiskan waktu untuk bermain selayaknya anak seusianya pada umumnya.

Gadis kecil itu mengalihkan pandangannya pada tumpukan kotak yang berada diatas ranjang tidurnya, kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada tumpukan salju yang berada dibalik jendela besar dihadapannya.

"Aku ingin bermain salju.." lirihnya pelan sebelum akhirnya berusaha untuk turum dari kursi tinggi yang dijadikan panjatannya tadi.

Tangan kecilnya berusaha menggapai gagang pintu kamarnya dan membukanya kemudia segera berlari menuju luar istana, lorong istana sangatlah sepi, sebab saat ini orang-orang berada diruang pertemuan yang diadakan sang ayah. Maka dari itu, Arnetta mengambil kesempatan untuk berlari.

Setelah tiba diluar, Arnetta dengan senang menjatuhkan tubuhnya diatas tumpukan salju tanpa mengenakan pakaian yang tebal. Jujur saja, Arnetta kedinginan. Tetapi, saat ini gadis kecil itu lebih tertarik untuk membuat manusia salju dibandingkan memikirkan kondisi kedua tangan serta pipinya yang mulai terasa seperti akan membeku karena kedinginan.

Sedang asik-asiknya bermain, gadis itu tidak menayadari bahwa seluruh orang tengah mencarinya. Terlebih sang ayah yang sudah panik dan murka karena tidak menemukan putri kecilnya. "BAGAIMANA BISA PUTRIKU MENGHILANG SEPERTI INI?! APA YANG SEBENARNYA KALIAN KERJAKAN DARI TADI HAH?" amuknya yang ditujukan pada para pengasuh putrinya yang saat ini tidak berani mengangkat kepala mereka karena takut denga sang kaisar.

"CEPAT CARI DISEMUA TEMPAT! INGAT, CARI SAMPAI DAPAT!" perintahnya yang dijawab anggukan serentak dari para prajurit serta dayang yang ada disana.

Saat sedang melewati lorong sepi, tiba-tiba Ravizzele mendengar suara anak berceloteh karena penasaran maka dengan segera Ravizzele mempercepat langkahnya dan akhirnya dia dapat menghembuskan  nafasnya dengan lega. Namun raut wajah lega itu tak bertahan lama saat medengar...

HATCHUU!

 Dengan cepat Ravizzele berlari dan kemudian menghampiri gadis kecil yang membelakanginya itu. "Arnetta!" panggilnya dengan kuat membuat sang anak terkejut hingga menolehkan wajahnya pada sang ayah.

"Yang mulia.." cicitnya sebelum akhirnya tubuhnya diangkat dan dibawa masuk kedalam mantel sang ayah. Ravizzele memeluk tubuh kedinginan Arnetta yang bergetar dengan erat, berharap agar rasa dingin itu menghilang dari putri kecilnya.

"Kau kemana saja hemm?? ayah mencarimu kemana-mana, kau tau bagaimana khawatirnya ayah saat tidak menemukan putri ayah dikamar?" Arnetta yang merasa bersalah itupum memeluk erat leher sang ayah menyembunykan wajahnya disana.

"Maaf.." ujarnya dengan suara serak bercampur dengan suara  tarikan ingus membuat Ravizzele terbelelalak sebelum akhirnya dengan cepat berlari dan memerintahkan bawahannya untuk memanggil tabib menuju istana.

Saat ini, Ravizzele tengah menggenggam tangan kecil milik sang putri  yang sudah berganti pakaian tebal dan tengah berbaring diatas ranjang, sedangkan Evelyn menatapa kedua ayah dan anak itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Tak lama terdengar suara Robbert yang datang sembari membawa tabib.

"Masuklah, periksa putriku dengan benar jika kau tidak ingin nyawawmu melayang!" serunya menatap tajam sang tabib yang sudah meneguk ludahnya kasar itu. 

"Baik, yang mulia. Akan saya laksanakan." Tak butuh waktu lama untuk memeriksa kondisi Arnetta. Sebab Arnetta yang lebih mudah ditanya mengenai kondisinya saat ini. Jujur awal mula, Tabib itu merasa bahwa Arnetta sama seperti putri bangsawan lain yang akan menangis dan merengek saat diobati. Namun nyatanya, gadis kecil ini sangat  tenang dan mudah menjelaskan apa yang sedang dirasakan oleh tubuhnya.

Sang tabib selesai membuat obat dan menyerahkan obat itu pada dayang yang ada disana. "Tuan putri hanya terkena demam ringan, yang mulia. Jika rutin meminum obat dan beristirahat, tuan putri dapat sembuh secepatnya." jelasnya pada Ravizzele yang sedang menatap cemas pada sang putri yang terlelap setelah meminum obat itu. Dalam hati, sang tabib merasa beruntung dapat melihat sisi yang tak pernah ditunjukkan oleh pria dingin dihadapannya ini. Dapat dipastikan bahwa Kaisar lebih menyayangi sang putri dibandingkan putranya.

Melihat bagaimana reaksinya saat ini, dia sudah mendapatkan jawabannya.

"Baiklah, kau bisa pergi." setelah mendapatkan izin akhirnya sang tabib beserta Robbert dan yang lainnya memberi hormat dan akhirnya meninggalkan ruangan itu dengan perasaan lega. Hanya tersisa Rvizzele, Evelyn serta Arnetta didalam ruangan itu.

Ravizzele mendekat dan duduk disamping sang putri yang terlelap. Tangannya terulur untuk mengelus lembut sang anak. "Cepatlah sembuh, permata hati ayah." bisiknya pelan kemudian mengecup penuh kasih sayang pada kening sang anak. 

Evelyn mendekat dan mengambil tempat disisi lain putrinya berada. Kemudian mengecup singkat pipi sang anak dan menatap kearah Ravizzele yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya sama sekali dari sang putri.

"Kau menangis?!" pekik Evelyn terkejut sedangkan Ravizzele hanya terdiam dan bergerak memeluk sang putri. Evelyn yang melihat itu pun hanya dapat menggelengkan kepalanya.

'aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya jika Arnetta nantinya akan menikah.' batin Evelyn menatap geli Ravizzele.


~~~~~

Bersambung.......

gimana nih?? apa sudah terdeteksi kebucinan si ayah??

hehe jangan lupa votmennya!! thank uu<33

ternyata banyak yang ngeunfoll ya gara-gara diterbitkan^^ hehe ada juga yang komen nyesel kasih vote sampai akhir hehe maaf ya..kalo karyaku gak sesuai sama minat kalian, aku juga awalnya takut buat nerbitkan dan ternyata bener banyak yang gk setuju, hehe maaf ya.

Secret marriage with the emperor- ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang