Sepasang mata sipit memicingkan matanya di tengah temaramnya kota melihat pergerakan dari seorang mangsanya yang sedang di pancing keluar.
Seseorang keluar dari gedung club dengan sempoyongan. Ia meliarkan pandangannya seperti tengah mencari seseorang.
Tiba-tiba tiga orang pria bertubuh tegap datang menghampiri lelaki mabuk itu, membekap mulutnya dengan kain lalu mengurung kepalanya dengan karung. Mereka menyeret lelaki mabuk itu pergi dari sana. Tak lama seseorang keluar dari persembunyiannya, lalu ia mengikuti ketiga orang itu.
Mereka sampai di dalam hutan yang sepi.
Orang yang wajahnya terkurung karung itu memberontak."Lepaskan aku bajingan!" Lelaki itu terus memberontak. Ketiga orang itu melemparkan ia ketanah lalu mengikatnya di pohon. Tangannya terikat kebelakang, melingkari pohon.
Suga menyeringai mendengar teriakannya. Ia menunduk mensejajarkan tubuhnya dengan orang itu. Ia merogoh saku celana milik lelaki itu, mencari sesuatu.
"Lepaskan aku sialan!"
Suga menemukan benda yang ia cari. Sebuah flasdisk. Ia mengangkat flasdisk itu dan menatapnya lalu tersenyum seringai.
"Kau kalah."
"Sialan. Kembalikan benda itu bajingan!"
"Untuk apa?" Suga meraba wajah yang masih tertutup karung.
"Lebih baik kau ucapkan selamat tinggal untuk duniamu." Bisik Suga tepat di wajah sisi kanan lelaki itu."Apa yang akan kau lakukan? Lepaskan aku aku mohon. Aku tidak bersalah. Aku hanya orang suruhan." Suara itu terdengar bergetar, dan melemah.
"Terlambat. Semua bukti telah mengarah kepadamu."
"Ti-tidak aku"
*DUARRR
Suara tembakan terdengar menggelegar di tengah hutan, bersamaan dengan darah yang mengucur dari kepala lelaki itu. Suga menembakan pistol dengan jarak yang amat dekat tanpa rasa ngeri sedikitpun. Lelaki itu kini terkulai lemas di batang pohon.
Suga berdiri dan membuka hand gloves-nya. Seorang dari ketiga pria itu menghampiri Suga membawa plastik hitam. Ia memasukan hand gloves dan pistol itu kedalam pelastik hitam. Sebagai Mafia provesional tidak mungkin membuang barang bukti begitu saja.
"Bereskan semuanya dan pastikan tidak ada sedikitpun bukti."
"Baik boss!"
Suga melangkah pergi dari tempat itu sambil menggulung lengan bajunya. Lagi, kali ini darah mencrat ke lengan kemeja putihnya. Untungnya ini malam hari, suasana gelap dan sepi, jadi tidak akan menimbulkan kecurigaan.
Suga sampai di depan mobil Mercy G-class miliknya. Ia segera masuk kedalam mobil dan mencari sesuatu.
"Sial, aku lupa membawa baju ganti."
Suga memang selalu sedia baju ganti ketika menjalankan misi ini. Agar ia bisa mengganti bajunya jika baju yang ia pakai terkena darah, lalu baju yang kotor akan segera ia bakar untuk menghilangkan bukti.Suga berdecak. Ia mengambil ponsel dari sakunya. Memanggil nomor seseorang.
"Aku sudah mendapatkannya."
"Lalu bagaimana dengan orang itu?"
"Sudah selesai. Semua sudah aman."
"Baiklah. Sekarang juga kita bertemu di markas."
"Aku berangkat."
Panggilanpun berakhir. Suga melajukan mobilnya pergi dari tempat itu, menuju tempat tujuannya sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amygdala
Misteri / Thriller"Aku terlahir tanpa adanya perasaan." Min Suga Hidupku? Tidak ada yang istimewa dalam cerita hidupku. Semua hanya tentang tahta, uang, dendam dan kematian. Awalnya tidak ada yang berani merubah alur ceritaku. Namun, dia datang merubah segalanya. -23...