The lost

28 5 2
                                    

"Ahh apa kau tidak lapar? Aku lapar..."

Jimin menghentikan langkahnya setelah mendengar rengekan Mira. Mereka masih berjalan beriringan menelusuri jalan, langit mulai menggelap.

"Emm, bagaimana dengan burger?" Jimin menyarankan dengan wajahnya yang selau tersenyum kepada Mira.

"Ide bagus."

Mereka berduapun melanjutkan jalannya menuju restoran cepat saji yang ada di dekat sana.





Kini mereka berdua sedang menikmati burger masing-masing. Mira tampak menyantapnya dengan lahap, ia terlihat kelaparan. Jimin masih memperhatikannya, dan ia selalu tersenyum melihatnya. Entah mengapa Jimin selalu merasa deja Vu saat bersama Mira. Rasanya ia selalu senang saat dekat dengannya, hingga ia sering lupa akan misi yang sebenarnya ia rencanakan.

"Mengapa kau selalu tersenyum?" Tiba-tiba saja Mira bertanya seperti itu.

"Ahh apa ada larangan untuk tersenyum setiap saat?"

"Emm, aku rasa tidak, hanya saja kau akan dinilai aneh oleh orang-orang yang melihatmu."

"Apa kau berpikir seperti itu?"

"Tidak." Mira menggeleng dengan mulut yang masih penuh dengan burger. Tiba-tiba tangan Jimin mendekat ke wajah Mira. Jari telunjuk Jimin mendarat mulus di sudut bibir Mira, ia menyeka saus yang ada di sudut bibirnya. Setelah jimin menarik tangannya lagi, Mira refleks menjilat ujung bibirnya. Jimin tertawa kecil akibat gemas.

"Bagus. Aku tidak terlalu memikirkan penilaian oranglain. Lagi pula kau berpikiran berbeda dengan orang-orang itu kan?"

Mira memasang wajah bingungnya.

"Ahh sudah lah, cepat habiskan makananmu, sebentar lagi supirku datang."

"Um." Mira mengangguk patuh.

Tak lama setelah Mira menyelesaikan makanannya Jimin mengajaknya segera pergi dari restoran cepat saji itu. Dengan tanpa Mira sadari ia menjatuhkan ponselnya.




Jimin dan Mira sudah duduk di kursi belakang mobil. Supir itu segera melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

"Setelah ini kita akan pergi kemana?" Tanya Mira sambil menatap Jimin yang ada di sampingnya.

Jimin membalas menatapnya.
"Um, ketempat dimana kamu tidak akan pernah merasa terkekang."

Tiba-tiba ada perasaan aneh yang masuk kedalam hati Mira. Ia tiba-tiba merasa sedih. Tapi bukankah ini yang dia inginkan? Tapi Mira tidak merasa senang. Seperti ada rasa sesal dan tidak rela.

Mira membenarkan duduknya, ia menatap jalanan dengan tatapan kosong.
"Apakah keputusan ini benar?" Batin Mira.

Jimin menatap Mira yang merubah raut wajahnya. Ia tau jika Mira akan merasa menyesal setelah keputusannya. Jimin menyandarkan kepalanya ke kepala kursi dan menutup matanya perlahan mencoba mengabaikan gadis yang menjadi target utamanya.

Sebenarnya Jimin bisa saja membawanya ketempat yang jauh lalu membunuhnya. Namun, Jimin tidak melakukannya. Entah mengapa selalu ada saja alasan untuknya mengulur waktu untuk membunuhnya. Dan entah apa yang sebenarnya ia rasakan mengapa seperti ada beribu duri di jalan ketika ia mengingat tujuan utamanya. Seperti sekarang, Jimin mencoba mengacuhkannya karena ia tau jika Jimin bertanya tentang perasaan Mira saat ini, kemungkinan besar Mira akan memintanya untuk kembali pulang.

Mobil yang mereka tumpangi terus berjalan membawa mereka pergi jauh dari kota, terlihat dari jalanan yang mereka lewati. Banyak pepohonan di kanan kiri, juga kini ada danau yang terlihat. Mira melirik kanan kirinya.

AmygdalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang