Twin?

45 5 0
                                    

Belum genap sehari Suga tinggal bersamanya, ia sudah muak dengan tingakahnya yang menurut Suga sangat mengganggu ketenangannya.
Malam ini ia putuskan untuk pergi ketempat Jay untuk mengajaknya minum bersama, sambil membahas beberapa pekerjaan normalnya.

Selain menjadi Mafia, Suga juga bekerja di bidang investasi saham. Ia merupakan pemegang saham terbesar di beberapa perusahaan. Termasuk perusaan milik Jay. Suga memiliki andil dalam kepemilikan saham. Itu sebabnya dia dan Jay berteman. Selain itu, Jay hanya satu-satunya orang yang tahu latar belakang Suga dan mengetahui pekerjaan rahasianya. Itu mengapa sekarang Suga memilih pergi ke aprtemen Jay untuk membuang segala kelelahannya.

***

Jay menuangkan wiski kedalam sloki milik Suga, lalu ia juga menuangkannya untuknya. Merekapun bersulang. Dan saling meneguk minuman masing-masing.

"Ahh... Bagaimana rasanya tinggal bersama seorang gadis cantik?" Tanya Jay membuka pembicaraan dengan nada sedikit menggoda.

"Merepotkan dan mengganggu." Jawab Suga.

"Yak, kau belum terbiasa. Lama-kelamaan kau juga akan terbiasa dengan adanya dia, dan tidak menutup kemungkinan kau akan merasakan 'rasa' yang berbeda ada di dalam hatimu." Ucap Jay sambil menuangkan wiski ke gelas Suga dan miliknya lalu meneguknya lagi.

"Itu tidak mungkin." Sangkal Suga.

"Untuk saat ini kau bisa menyangkalnya. Suatu saat kau akan dengan terpaksa menerima kenyataan terhadap hatimu." Jay mengambil kentang goreng yang ada di hadapannya, lalu mengunyahnya.
"Lagi pula kau sudah cukup umur untuk menikah." Lanjut Jay. Mengingat umur Suga yang kini sudah memasuki umur 29 tahun dan setahu Jay, Suga belum pernah sama sekali terlibat dalam hal yang berbau percintaan, bahkan dia belum pernah sedikitpun melihat Suga menggoda seorang wanita. Tidak seperti teman-teman Jay yang lain, yang akan rela membayar mahal demi 'menyewa' wanita bayaran di luaran sana hanya untuk satu malam. Jay sedikit khawatir mengenai itu, pasalnya ia benar-benar belum pernah melihat Suga tertarik kepada seorang Wanita, hingga kadang Jay berpikir apa temannya ini memiliki nafsu seksual yang normal?

Namun, ada satu hal yang sangat membuat Jay kagum. Sekeras, sedingin, dan semematikan apapun Suga, Ia tidak pernah sama sekali menerima pekerjaan untuk membunuh seorang wanita, jangankan membunuh, menyakitipun Suga tidak pernah mau sebesar apapun bayarannya. Ia selalu menolak tawaran apapun yang menyakiti wanita. Itu juga yang membuat Jay percaya jika gadis itu akan hidup lebih layak dan baik bersama Suga. Karena Suga akan menjaganya bagaimanapun itu, terlebih Suga memiliki janji kepada mendiang ayahnya. Walau ada sedikit ketakutan, mengingat Jay tau jika Ayah angkat Mira merupakan salah satu target Suga tahun lalu, dan tentunya sudah menjadi salah satu list yang terselesaikan. Jay takut terhadap respon Mira suatu saat jika mengetahui hal ini.

"Apa kau sudah mabuk?" Tanya Suga menyadarkan lamunan Jay. Suga mengambil botol wiski yang ada di meja, menuangkannya ke gelas Jay dan gelas miliknya. Lalu meneguknya lagi.

"Tidak. Aku hanya berpikir bagaimana responnya jika tau kau yang membunuh ayah angkatnya." Ucap Jay.

"Dia akan marah. Tentunya." Jawab Suga santai.

"Apa kau tidak takut?"

"Apa yang perlu di takutkan?"

"Bagaimana jika dia pergi meninggalkanmu?"

"Aku akan membiarkannya. Aku tidak akan memaksa orang yang tidak ingin bersamaku." Suga kembali meneguk Wiski dan mengecap bibirnya yang merah muda seperti gummy. "Lagipula bagus, aku akan terbebas dari beban." Lanjutnya.

"Aku yakin kau akan menyesal mengatakan ini." Jay mengatakannya dengan sedikit tertawa.

"Sudah ku bilang, aku tidak pernah punya waktu untuk memikirkan hal yang tidak penting." Suga menyenderkan badannya ke kepala sofa dan melipat tangannya di dada.

AmygdalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang