Bab 18 Hutan Jiwa Pemburuan

763 111 3
                                    

Saat sampai di Hutan Jiwa Pemburuan, Master menunjukkan jiwa beladirinya kepada mereka. Itu adalah makhluk berwarna ungu, Master menyebutnya Luo Sanpao, setelah itu, dia memperkenalkan mereka dengan karakteristiknya.

Setelah berbicara, dia menyerahkan dua belati ke arah mereka, "Ingat, pukulan terakhir adalah milikmu."

Melihat belati, Tang San dan Tang Nan menggelengkan kepala, "Guru, kami memiliki belati disini." Tang San berkata sambil menunjuk sisi celananya yang memiliki saku kecil tambahan yang berisi belati yang diberikan Tang Nan kepadanya.

....

Hari mulai gelap, Master mencari tempat yang aman dan menyerahkan bubuk pengusir ular dan serangga kepada Tang San. Selama perjalanan, Mereka banyak belajar dari Master, seperti bagaimana mengidentifikasi kekuatan binatang jiwa, dan batas tahan setiap master jiwa. Master juga memperkenalkan nama dan karakteristik binatang jiwa serta cara mengidentifikasi usia binatang jiwa.

Perjalanan panjang hari ini sangat melelahkan bagi Tang Nan. Setelah menunggu Tang San kembali duduk, dia tanpa melihat situasi langsung merebahkan kepalanya di paha Tang San, menghadapkan wajahnya keperutnya dan tertidur begitu dia menutup matanya.

Tang San merasa tidak berdaya, ditempat yang tidak diketahui ini, bisa bisanya Nan Er-nya tertidur begitu saja.

"Apa kau tidak terlalu memanjakan Xiao Nan?" Master tiba-tiba berbicara kepada Tang San.

Tang San tersenyum kepada Master dan berkata, "Tidak apa-apa Guru, Nan Er sebenarnya tidak manja, dia hanya terlalu lelah hari ini. Jangan melihat dia yang tertidur setiap saat, tapi sebenarnya dia bisa memahami situasi disekitarnya. Nan Er adalah anak yang bijaksana dan kuat."

Melihat senyum lembut kebapakan di wajah Tang San, Master bisa merasakan kedutan di sudut bibirnya yang kaku.

"Lou!" Saat ini, Luo Sanpao tiba-tiba berteriak ke satu arah.

Mata Tang Nan langsung terbuka, dengan ini Tang San membantu Tang Nan untuk berdiri, lalu keduanya menatap intens ke arah lusinan titik hijau di kejauhan.

"Ini Serigala Nether." Master berkata dengan suara rendah, lalu dia mendengus dingin, "Sekelompok serigala tingkat sepuluh, berani menggangguku."

Master memerintahkan Luo Sanpao. Setelah itu tubuh Luo Sanpao langsung berubah, ukuran badannya membengkak dan membesar. Master mengulurkan tangannya dan satu cincin roh kuning bersinar di belakangnya. Master berteriak, "Kentut seperti Guntur, membenturkan langit dan menghancurkan bumi!"

Tang Nan, "..." Mantra ini sangat lucu.

Lalu tiba-tiba wajahnya dan Tang San ditutupi oleh Master dengan topeng yang menutupi seluruh wajah. Mereka melihat Luo Sanpao membalikkan badannya dan mengeluarkan kentut yang sangat kuat. Dengan daya kejut dari Luo Sanpao, beberapa Serigala Nether langsung diterbangkan dan empat lainnya melarikan diri dengan ekor terselip di kedua kaki.

"Lihatlah, sebentar lagi cincin roh akan terbentuk." Keduanya segera menatap fokus kesana, tak lama kemudian cincin roh putih perlahan naik dari tubuh mayat-mayat Serigala Nether. Lalu cincin-cincin roh tersebut melayang dan mengelilingi tubuh master, tapi tidak terintegrasi dengannya.

"Kekuatan saya saat ini tidak membutuhkan cincinroh tambahan, nanti setelah satu jam, cincin roh akan menghilang dengan sendirinya. Xiao San beri aku dia lobak."

Tang San segera mengeluarkannya dan melihat Master melemparkan lobak tersebut ke arah Luo Sanpao yang bersemangat.

Melihat Luo Sanpao yang makan dengan bahagia, Tang Nan sedikit bingung dan bertanya, "Apa jiwa beladiri juga bisa makan?"

"Ya, makan adalah cara lain untuk menghemat konsumsi kekuatan jiwa." Dengan sedikit kepahitan di wajahnya Master melanjutkan, "Memakan lobak adalah yang paling tepat untuk Sanpao."

Melihat wajah Master, keduanya diam-diam tidak bertanya lagi.

"Lou! Lou! Lou!" Disertai teriakan Luo Sanpao, terdengar ledakan keras tidak jauh didepan mereka.

Suara keras itu membuat mereka langsung waspada. Tidak lama kemudia tampaklah dua binatang jiwa yang sedang bertarung.

Master melihat ke arah sana, lalu mengerutkan kening dengan terkejut, itu adalah Ular Mandala dan Kalajengking Ekor Pedang yang seharusnya tidak muncul di daerah pinggiran hutan.

Bisa dilihat bahwa kedua binatang itu sama-sama terluka parah dan tekanan yang mereka keluarkan menunjukkan bahwa level mereka tidak rendah. Master memperhatikan kedua bisatang itu dan memastikan bahwa mereka adalah binatang jiwa 400 tahun.

"Kalian beruntung, jika kita bisa membunuh itu, mereka akan menjadi cincin roh terbaik untuk kalian berdua."

Setelah berkata, Master memerintahkan Luo Sanpao untuk menyerang. Serangan ini membuat kedua binatang jiwa yang berkelahi itu langsung melihat ke arah pelaku. Master tiba-tiba merasakan niat buruk, lalu dia berteriak, "Semuanya, lari!"

Tanpa menunda, mereka bertiga berlari sekuat tenaga. Tentu saja, kecepatan mereka bisa dengan mudah di susul oleh kedua binatang jiwa besar itu. Kalajengking Ekor Pedang mengangkat ekornya yang runcing dan tajam yang tampak seperti pedang, lalu menebaskannya ke arah Luo Sanpao dengan kuat. Meski kedua benitang jiwa itu terluka, itu tidak membuat mereka begitu lemah.

Serangan tiba-tiba ini membuat tubuh Luo Sanpao terjatuh dan ada luka besar disisi tubuhnya. Bersamaan dengan Luo Sanpao yang ditebas, Master juga ikut tersungkur, tapi dia tetap berteriak kepada Tang San dan Tang Nan yang berhenti didepannya, "Jangan pedulikan aku! Kalian larilah! Cepat! Berlari sejauh mungkin!"

Pada saat ini Ular Mandala juga mendekati Luo Sanpao dengan kecepatan yang cepat, lalu menggigit tubuhnya. Akibat gigitan itu, tubuh Luo Sanpao langsung menghilang dan menyatu dengan tubuh Master. Seketika Master merasa matanya menjadi gelap dan dia kehilangan kesadarannya.

🎀❤️🎀❤️🎀❤️🎀❤️🎀❤️🎀❤️🎀❤️🎀

Yah, agak susah mengubah adegan yang dibayangin menjadi teks, terutama adegan pertempuran.

Jadi reader sayangku, maap aja kalau nanti adengannya kagak sesuai ekspektasi, ngokey😘

Together Douluo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang