Affan menaikan alis ada yang beda dengan suasana hari ini, terlihat Ara hanya diam, Gilang yang berusaha mendekat ingin mengatakan sesuatu, Sisil yang terpaksa tinggal di rumah karena tidak sanggup menahan rasa sakit perutnya, Dewa sudah menyiapkan obat penyeda nyeri haid.
Sekarang yang fokus kerja hanya Chiko, Randy dan Bagas, ketiganya sudah keliling lapangan tidak lupa mengambil dokumentasi, mengingatkan tukang dan mandor yang salah dalam pengerjaan, Affan menghela nafas.
"Araa, Gilang, sini kalian berdua", tegas Affan.
Ara dan Gilang saling pandang berjalan lesu mengikuti Affan menuju tempat yang teduh dan sepi, "kalian berdua kenapa? Saya sudah bilang jangan pernah bawa masalah pribadi di tempat kerja", ucap Affan
"Ngak ada pak", ucap Gilang dan Ara kompak.
Affan mengusap wajah kasar, berusaha menahan untuk tidak melempar helm proyek di kepalanya "saya tahu ada masalah antara kalian berdua jadi saya harap kalian propesional dalam bekerja sampingkan masalah pribadi kalian, paham!!", marah Affan.
Ara menunduk menghela nafas memejamkan mata berusaha untuk tetap kuat, Ara kembali mendongak menatap Affan "maaf pak", ucapnya lemah, Gilang langsung menoleh dengan mata menyendu.
"Ra", panggil Gilang lirih.
"Ngak apa Lang, ini bukan kesalahan kamu, aku yang minta maaf karena aku akhirnya kamu sempat bermasalah dengan pacar kamu, sekali lagi maaf", ucap Ara merasa bersalah.
Affan mengatupkan bibir mendengar ucapan Ara, merasa sedikit paham tentang masalah keduanya "bukan masalah itu Ra, aku mewakili dia meminta maaf atas apa yang pernah dia lakukan di masa lalu, maaf", ucap Gilang tulus bahkan menggengam pergelangan tangan Ara lembut.
Dada Ara seperti di remas, rasa sakit kembali menganga, matanya sudah berkaca-kaca, "itu hanya masa lalu Lang, udah ya, lupakan semua yang dia bilang tentang masa lalu", ucap Ara meyakinkan.
Gilang menghela nafas pasrah, ada rasa bersalah yang muncul di hatinya, tadi pagi saat Adel bicara dengan Ara, semua terbongkar tentang masa lalu keduanya, Gilang sampai merasa bersalah mendengar pengakuan Adel pada Ara, awalnya Adel marah karena cemburu namun saat tahu perempuan yang ada di foto adalah Ara, Adel malah meminta maaf dan mengakui semua apa yang di lakukan di masa lalu.
"Aku duluan, kita datang ke sini untuk bekerja, aku ke tempat pembuatan campuran ya, ini ada chat dari Bagas nyuruh aku ke sana", ucap Ara beranjak pergi, Gilang dan Affan hanya diam di tempat melihat punggung Ara yang semakin menjauh.
"Sial", umpat Gilang mengusap wajahnya kasar.
"Ada apa Lang?", tanya Affan penasaran.
"Maaf pak, Ara melarang untuk menceritakan semuanya pada pak Affan, masalah ini berhubungan dengan masa lalu pak Affan", ucap Gilang langsung beranjak meninggalkan Affan yang diam membeku.
Ara kembali bekerja berusaha untuk tetap fokus, sampai waktu istirahat mereka kembali ke rumah untuk istirahat, makan dan mengerjakan sholat, Ara yang sudah sampai di rumah langsung masuk ke dalam kamar, Gilang yang melihat itu menghela nafas panjang, Chiko yang menyadari ada hal yang ganjal langsung menarik Gilang ke dalam kamar Chiko dan Affan.
Sisil yang berbaring di tempat tidur manautkan alis bingung melihat wajah sendu dari Ara, belum sempat bertanya Sisil langsung bangun mendengar Ara terisak, "Ra ada apa?", tanya Sisil menarik Ara agar duduk di sampingnya.
"Hiks", Ara menubruk tubuh Sisil mengeluarkan rasa sakit di hatinya lewat tangisan, Sisil sampai meringis ikut merasakan sakit.
"Kamu bisa cerita Ra, jangan pendam sendiri", ucap Sisil lembut mengusap rambut sebahu Ara.
Ara menghela nafas, melepas pelukannya menatap Sisil dengan tatapan sendu dengan kasar Ara menghapus air matanya.
"Sil, tadi pagi aku bicara sama Adel, awalnya dia cemburu melihat foto yang Gilang upload tapi saat mengetahui aku adalah perempuan di dalam foto, Adel malah mengaku tentang masa lalu, soal Adel yang menjadikan Affan bahan taruhan, untuk membuat aku sakit, karena Adel dan teman-temannya tahu kalau aku dulu menyimpan rasa pada Affan", Sisil menahan nafas mendengar cerita Ara, tidak menyangka karena di masa remaja, Affan dan Adel merupakan cople yang terlihat sangat sweet, dan soal perasaan Ara, Sisil sudah tahu, Ara sendiri yang menceritakan semuanya.
"Adel dan teman-temannya ingin menghancurkan aku dengan cara menjadikan Affan pacar, dengan begitu Adel dan teman-temannya berharap semua nilai aku turun, Adel marah sama aku karena nilai yang selalu memuaskan aku dapatkan membuat Adel mendapat perlakuan kasar dari orang tuanya, walaupun kita beda jurusan tapi aku selalu menjadi perbandingan dari orang tua Adel di masa remaja", lanjut Ara.
"Rasanya sakit Sil, rasa sakit yang dulu aku rasakan setiap melihat Adel dan Affan bersama kembali sakit lagi", lirih Ara kembali mengeluarkan air mata.
"Sudah Ra, lupakan ya, itu masa lalu, sekarang kita ada di masa kini, kamu fokus ke depan ya", ucap Sisil menepuk pundak Ara menenangkan.
"Tapi Sil, ada satu hal yang membuat aku makin sakit", ucap Ara, Sisil mengatupkan bibir penasaran mendengar kelanjutan cerita dari Ara.
"Adel yang menjebak Affan di masa kuliahnya, kamu tau apa julukan Affan dari masa kuliah sampai sekarang?", tanya Ara.
Sisil mencoba berfikir, matanya langsung melotot mendengar beberapa karyawan sering bergosip tentang Affan "pria perusak perempuan", ucap Sisil melongo, Ara menganggukan kepala.
"Adel yang menjebak Affan menyebarkan satu foto yang membuat nama baik Affan tercemar sampai sekarang, Affan sempat terpuruk di masa kuliahnya karena ucapan satu kampus padanya, hanya Chiko dan Dewa yang masih tetap setia di sampingnya, walaupun kedua orang tuanya tetap percaya pada Affan tapi karena itu satu perusahaan orang tua Affan di ambang kehancuran", jelas Ara.
Sisil masih melongo menutup mulut tidak percaya "apa karena itu perusahaan buka lowongan besar-besaran, bahkan menerima kita yang tidak berhubungan dengan jurusan yang harusnya di terima?",
Ara menganggukan kepala "pak Baskoro membuka lowongan kerjaan besar-besaran untuk tetap bisa mempertahankan perusahaan di ambang kehancuran, semakin banyak karyawan semakin banyak pertimbangan untuk perusahaan lain bisa bekerja sama", jelas Ara.
"Aku merasa bersalah itu yang membuat aku sakit, Adel ingin aku hancur malah berimbas pada Affan", lirih Ara menunduk.
"Itu bukan kesalahan kamu Ra, aku yakin pak Baskoro tidak akan mudah hancur hanya karena satu perusahaannya, kamu lupa malah sekarang makin banyak perusahaan yang ingin kerja sama dengan perusahaan beliau", ucap Sisil menanggapi.
"Tapi alasan Adel menghancurkan Affan karena Adel mendengar saat aku mengungkapkan perasaan di akhir ujian masa SMA dulu Sil, bagaimana jika Affan tau kebenarannya, dia mungkin akan membenciku, atau lebih parahnya aku bisa di pecat", ujar Ara lirih.
Sisil termenung, Ara ikut terdiam, kenapa semuanya semakin rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Love Story (Selesai)
Novela JuvenilLangsung baca kuy. Kisah Ara dan Affan yang bertemu kembali di dunia kerja.