Brukkkk
"Auhhhh, MAMAAAAA" teriak gadis yang sudah berumur 23 tahun itu, mengaduh sakit, terlihat wanita paruh baya yang duduk di kursi roda menahan tawa melihat sang anak jatuh dari tempat tidur.
"Bangun nak, kamu lupa hari ini pertama kamu kerja", ujarnya lembut.
"Astagaa, maaf Ara lupa", ujar Ara berlari mengambil handuk bergegas menuju kamar mandi, Anita sang mama menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang sama sekali tidak berubah.
Anita menoleh mendengar suara langkah mendekat ke arahnya, terlihat Ara yang sudah rapi dengan kameja putih dan celana kain warna hitam melekat pada tubuhnya, rambut sebahu yang di gerai dan poni tipis tertata rapi terlihat sangat cocok pada wajah Ara.
"Mama, Ara berangkat ya, ingat mama ngak usah ngerjain apa-apa, udah ada mbok di sini oke", ujar Ara berjongkok menyium kedua pipi Anita.
Anita tersenyum menganggukan kepala ada rasa bersalah pada pancaran matanya melihat anak tunggalnya "mbokk DIJAAAA, ARAA BERANGKAT", teriak Ara.
Mbok Dija yang ada di dapur keluar menggelengkan kepala terkekeh sendiri melihat Ara sudah berangkat menggunakan motor metik yang terparkir di depan rumah.
Hanya 25 menit Ara sudah sampai pada satu perusahaan besar tempat Ara lulus bekerja, dengan senyuman manis melekat pada wajahnya Ara melangkah masuk, terlihat beberapa karyawan sudah berdiri berbaris, Ara yakin mereka juga adalah karyawan baru, dengan langkah cepat Ara bergabung berdiri bersama.
"Eh, kamu Ara kan?", tanya seorang gadis yang berdiri tepat di samping Ara.
Ara menoleh menaikan alis bingung merasa tidak mengenal gadis di sampingnya itu "astagaa, Ra kamu lupa, ini aku Sisil teman kelas kamu dulu waktu SMA", mata Ara membulat sempurnah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal terkekeh canggung.
Bagaimana Ara bisa kenal, waktu SMA Ara selalu menyendiri, pendiam, bahkan tidak kenal dengan satu kelasnya kecuali satu orang yang sudah terpatri di hatinya.
"Maaf Sil", ujar Ara akhirnya merasa bersalah, Sisil terkekeh menepuk pundak Ara pelan.
"Hm aku maklum Ra, tapi kamu sedikit berubah sekarang ya", ujar Sisil tersenyum senang.
Tentu Sisil tahu tentang Ara, tidak ada yang berani dekat dengan Ara masa SMA dulu, Ara selalu terlihat ketakutan jika ada yang berusaha mendekat padanya.
"Ehm"
Deheman di depan membuat Ara dan Sisil menoleh, kedua gadis itu melotot melihat siapa salah satu pemuda di depan mereka sekarang, Ara menunduk memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.
"Selamat datang di perusahaan, perkenalkan saya Affan Ahmad Baskoro, anak pemilik perusahaan yang langsung turun tangan memantau kinerja kalian semuanya, sebelum bekerja saya akan membagi kelompok, di sini ada 50 orang, dan kalian bisa melihat kelompok kalian di papan pengumuman, dalam satu kelompok akan ada lima orang, dengan satu pembimbing, salah satu pembimbing saya sendiri", ujar Affan melirik semua karyawan yang sedang berbaris rapi di depannya.
Tatapan Affan berhenti saat melihat Ara dan Sisil, hanya beberapa detik Affan memalingkan wajah ke arah lain.
"Sekarang kalian bubar, liat kelompok masing-masing, dan langsung menuju ruangan yang sudah di tentukan pada papan pengumuman", ujarnya langsung berlalu di ikuti oleh beberapa orang di sampingnya.
Ara dan Sisil menuju papan pengumuman terlihat sangat berdesakan, Ara yang sudah berdiri di depan meneliti setiap nama dan kelompok matanya melotot melihat namanya tertera di kelompok 5.
Kelompok 5.
Adara Sri Ayu
Sisilia Aprianti
Gilang Pratama Putra
Randy Abdullah
Bagas IrsyandaPembimbing kelompok 5 : Affan Ahmad Baskoro.
"Asikkk, kita satu kelompok Ra, semoga kita bisa kerja sama", ujar Sisil senang, Ara hanya mengangguk pasrah
"Ayok, ke ruangan", ajak Ara, Sisil mengangguk langsung mengapit tangan Ara menuju lantai 5.
Di depan ruangan Ara terlihat menghembuskan nafas berkali-kali sebelum melangkah di belakang Sisil, ruangan terlihat sangat luas, ada 6 meja kerja yang sudah di siapkan, satu meja besar berada tepat di depan ke lima meja yang lain yang sudah tersusun rapi, di dalam ruangan juga sudah ada satu team kerja.
"Hayy, kenalin Randy, semoga bisa kerja sama dengan baik", ujar pemuda yang langsung berdiri menyambut kedatangan Ara dan Sisil
"Bagas", ujar salah satunya ikut memperkenalkan diri.
"Gilang".
"Eh Sisil", ujar Sisil tersenyum canggung menyalami ketiga pemuda itu.
"Adara", ujar Ara tersenyum.
"Ehm, udah kenalannya, langsung duduk di meja masing-masing sesuai dengan nama di meja kalian", ujar Affan yang baru datang mengagetkan mereka, dengan cepat kelimanya langsung duduk di kursi masing-masing.
Ara yang duduk tepat di belakang Sisil lagi-lagi mengembuskan nafas panjang.
"Baik,saya harap kalian bisa kerja sama dengan baik, paham!!", ujar Affan tegas.
"Paham!!", ucap mereka kompak.
Affan tersenyum menganggukan kepala "Randy, bagikan map ini, di dalam map sudah ada rincian tugas-tugas kalian, jika ada yang kurang paham kalian jangan sungkan bertanya".
Randy langsung berdiri mengambil map membagikan kepada keempat teamnya.
"Kalian mungkin kaget melihat tugas-tugas yang ada di map kalian, di perusahaan ini memang fokus pada proyek-proyek yang ada di indonesia, mungkin ada yang berfikir ini tidak sesuai dengan jurusan kalian, tapi di perusahaan ini kita di tuntut untuk bisa mengerjakan semua pekerjaan dengan baik tanpa memilih, kalian bisa saling membantu, jangan sungkan untuk bertanya, kita di sini team", ujar Affan melihat wajah ke limanya yang terlihat bingung.
"Di sini siapa yang kuat dalam hitungan?", tanya Affan, kelimanya saling melirik, Ara mengacungkan tangan, Affan langsung menoleh keduanya bertatapan beberapa detik, Affan menganggukan kepala pasti.
"Sudah tidak di ragukan", gumam Sisil, bagaimana tidak di SMA dulu, satu sekolah tahu nilai Ara yang selalu memuaskan di semua mata pelajaran kecuali olahraga, banyak teman sekolah ingin mendekat tapi melihat Ara yang selalu ketakutan, menghindar, membuat mereka mengurungkan niat untuk sekedar bertanya tentang pelajaran.
"Baik, kamu saya tugaskan mengambil alih pekerjaan tentang hitungan, seperti rancangan anggaran biaya, perencanaan dls", ujar Affan lagi, Ara menganggukan kepala.
"Yang hebat dalam komunikasi dan bahasa siapa ?", tanya Affan lagi, Sisil dengan percaya diri langsung unjuk tangan, Affan menoleh menganggukan kepala tersenyum.
"Kamu fokus pada semua laporan, terutama dalam membuat surat", ujar Affan, Sisil mengangguk pasti.
"Yang punya stamina hebat, kuat dan tegas, siapa di antara kalian bertiga?", tanya Affan melihat Randy, Gilang dan Bagas
Gilang dan Bagas unjuk tangan, Affan tersenyum menganggukan kepala, tidak meragukan menyatukan mereka berlima.
"Kalian berdua bisa mengambil alih tugas di lapangan, tugas kalian berdua yang paling berat, saya harap kalian berdua mampu mengemban tugas tersebut", ujar Affan
"Siap pak", ujar Gilang dan Bagas kompak, kelimanya tersenyum saling pandang satu sama lain.
"Dan kamu Randy, kamu sudah tahu kan tugas kamu?", tanya Affan.
Randy tersenyum menganggukan kepala percaya diri.
"Gambar", ujar Randy.
"Baik, saya harap kedepannya kalian tetap kompak, saya berharap tidak timbul masalah-masalah, dan saya harap jangan membawa urusan pribadi dalam perusahaan, paham!!", ujar Affan tegas.
Ara tersenyum menatap ke empat rekan kerjanya, merasa di perhatikan Ara menoleh, Affan di depan menatap Ara dengan pandangan yang sulit di jelaskan, Ara menunduk memegang dadanya, ada hantaman yang sangat sakit menjerit didalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Love Story (Selesai)
Teen FictionLangsung baca kuy. Kisah Ara dan Affan yang bertemu kembali di dunia kerja.