Bagian 2

8 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang Sama,Di Istana Kerajaan Selatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang Sama,
Di Istana Kerajaan Selatan

"Yang Mulia, sarapan Anda—"

"Ganti!"

Aku tidak menghiraukan panggilan pelayan wanita yang sedari tadi mengingatkanku Seorang pelayan pria berlari untuk mengganti papan target. Setelah dia berlari kembali ke jarak yang aman, aku mengangkat senapan laras panjangku, aku membidik ke arah target. Dan menembak.

Aku menurunkan senjataku dan tersenyum bangga melihat bidikanku begitu mujur hingga aku dapat menembak tepat sasaran. Aku sebenarnya tidak ingin menjadi sombong, tapi Pangeran tampan sepertiku memang harus serba bisa, bukan? Aku tampan, aku pandai berolahraga, dan aku seorang Pangeran, apa lagi yang kurang?

Aku merenggangkan tubuhku karena senjata yang ku pikul ini cukup berat. Aku mengisi ulang peluru senjataku, sambil melihat pemandangan lapangan yang terbentang luas sambil tersenyum bangga seperti telah memenangkan sesuatu. Oh, tunggu, aku memang memenangkan sesuatu! Aku memenangkan kehidupan!

Aku bersiap untuk kembali menembak, aku melihat ke arah pelayan yang ku tugaskan untuk menggangi papan target. "Gan—"

"DEVAN HUGHSON!"

Aku terkejut mendengar suara nyaring kakakku dari pengeras suara istana, aku melihat sekelilingku dan melihat para pelayan di sekitarku juga ikut terkejut mendengar suara kakak.

"Sarapan, sekarang!"

Kakakku kembali berseru. Aku menghela nafas dengan panjang dan memberikan senjataku pada pelayan yang bertugas menyimpan alat-alatku. Aku melirik ke arah seorang wanita berseragam militer yang lengkap dan menganggukkan kepalaku saat menatapnya.

Aku berjalan cepat sambil membersihkan tanganku dengan kain lalu memberikannya pada pelayan wanita yang juga ikut berjalan denganku, tapi dia hanya mengejar sarung tanganku, setelah aku memberikan itu padanya, dia berhenti mengikutiku. Meninggalkanku dan wanita gagah ini. Kayaknya aku tidak perlu susah-susah menyebutnya dengan deskripsi, namanya adalah Lady Kala Bramsiel, aku biasa memanggilnya dengan Kala.

from YOU, to GOD's earTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang