"Annalie."
"Kamu sangat cantik malam ini."
"Aku tidak menyangka gadis secantik kamu ada di Bumi ini. Aku sangat buta sampai aku tidak menyadarimu."
"Tetaplah bersamaku."
"My Grace."
Jantungku berdegup kencang, mengingat kembali kalimat-kalimat manisnya semalam. Lorong sekolah ini tidak pernah terasa sepanjang ini. Aku begitu berdebar karena mungkin aku akan berpapasan dengannya. Kakiku tampak enggan—malu—karena aku mungkin akan bergemu dengannya, tapi hatikut meronta—ingin sekali bertemu dengannya.
Jantungku berdetak semakin tidak karuan saat aku mengingat apa yang sudah kami lakukan semalam. Jujur saja, aku merasa bersalah karena apa yang aku lakukan dengannya itu sama sekali tidak baik, tapi bagaimana? Bagaimana aku menolaknya? Aku terlalu jatuh hati padanya. Apa yang kami lakukan semalam membuatku merasa hubungan kami, ternyata lebih erat dan intim dari yang aku duga.
Ah, itu dia. Pria tinggi dengan senyum yang menawan. Rambutnya sedikit bergelombang tapi terlihat sangat bervolume karena rambutnya tebal. Wajahnya begitu tampan, aku tidak pernah bosan untuk menatapnya.
Dari kejauhan aku bisa melihatnya bersama orang-orang yang selalu mengekorinya. Tidak usah pedulikan mereka, fokuslah padanya, batinku, saat aku berjalan penuh kepercayaan diri kepadanya.
"Hai—"
"Semalam aku melihatmu mengajak Annalie keluar, ada apa di antara kalian?"
Aku terpaku. Namaku disebut oleh salah satu gadis di dekatnya. Aku buru-buru bersembunyi di balik pilar yang tak jauh dari mereka, bertanya-tanya apa yang mungkin mereka bicarakan tentangku? Aku meremas pakaianku dengan cemas. Apa yang akan dia jawab?
"Anna ... siapa? Aku tidak mengenalnya."
Jantungku rasanya seperti ditekan oleh beban yang begitu berat. Aku mengernyit, tidak mengerti kenapa dia mengatakan itu. Priaku ...? Hanya bertahan semalam?
Aku mendengar salah satu temannya tertawa. "Astaga, bagaimana bisa kau lupa? Annalie, Annalie Gunoir. Kamu sekelas dengannya dan semalam kau menariknya ke suatu tempat."
"Aku tidak mengingat apa-apa. Bukannya kita sedang pesta-pesta?"
"Kalau dia bilang dia tidak mengenalnya, berarti dia memang tidak mengenalnya." Aku mendengar suara gadis lain.
"Bro! Berarti semalam kamu mabuk banget! Kemana kamu bawa dia?"
"Enggak, itu pertanyaan yang tidak penting. Kamu apain dia?"
"Kalian bicara apa? Aku benar-benar tidak ingat. Mungkin hanya berita bohong yang disebarin sama orang yang tidak punya kerjaan."
Jantungku berdegup dengan kencang. Kalimatnya membuatku pusing dan mual. Bagaimana bisa dia menjadi sekeji itu? Kami benar-benar menghabiskan malam bersama! Aku tidak bohong! Tapi ... mereka menuduhku, mereka menertawaiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
from YOU, to GOD's ear
Roman d'amour"Darimu, ke telinga Tuhan." Sebuah kisah pernikahan yang terpaksa terjadi antara seorang Puteri Mahkota dan seorang Pangeran dari kerajaan berbeda. Dari sisi budaya hingga kepribadian, dari suara yang terdengar hingga doa yang terbisikkan, dari g...